Selasa, 15 Mei 2018

PERILAKU ORANGTUA DAN GURU YANG MEMBERIKAN KONTRIBUSI NEGATIF TERHADAP KEBIASAAN BURUK ANAK

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),Perilaku mempunyai arti sebagai berikut:
perilaku/pe·ri·la·ku/ n tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan;
Namun,pengertian secara harpiah,bahwa perilaku adalah tingkahlaku yang ditunjukan oleh seorang individu.Individu tersebut bisa berarti kita selaku orangtua,kita selaku bapak atau ibu guru,kita selaku seorang Kakak,dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian "kebiasaan" menurut KBBI adalah :
kebiasaan/ke·bi·a·sa·an/ n 1 sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; 2 Antr pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama
Jadi antara perilaku yang dilakukan seorang individu dengan kebiasaan individu yang lain,saling memberikan kontribusi,baik kontribusi positif maupun kontribusi negatif.
Berikut perilaku orangtua,guru ataupun individu yang lainnya yang dapat berkontribusi pada kebiasaan buruk seorang anak.
  1. Memerintah/Menyuruh/Memberi tugas dengan berteriak
  2. Selalu berubah-ubah atau tidak konsisten
  3. Menakut-nakuti anak dengan hukuman yang tidak pernah dilakukannya
  4. Memberikan hukuman fisik
  5. Mentolerir kesalahan yang dilakukan anak
  6. Melakukan pembiaran terhadap kebiasaan buruk anak
  7. Memaksakan kehendak kepada anak
  8. Berkata kasar
Baiklah,kita bahas satu persatu secara berurutan:
  1. Terkadang disadari atau tidak,ketika kita selaku orangtua atau guru menyuruh melakukan sesuatu kepada anak atau siswa,hal itu dilakukan dengan power yang agak sedikit tinggi,sehingga terdengar sebagai sebuah teriakan yang bisa membangunkan tetangga,walaupun kita tahu bahwa meskipun kita berteriak,belum tentu anak atau siswa akan mendengarkan,malahan sebaliknya akan merusak hubungan dengan anak atau siswa kita,anak atau siswa menjadi lebih sulit diatur,anak malah menjauh daripada mendekat.
  2. Selalu berubah atau tidak konsisten,jika hal ini dilakukan oleh orangtua ataupun guru,maka akan terbentuk stigma negatif,anak atau siswa tidak akan lagi percaya pada aturan yang dibuat guru atau orangtuanya,jika terus berlanjut,anak atau siswa akan tumbuh menjadi seseorang yang tidak disiplin.Contoh kecil yang ada hubungannya dengan ketidak konsistenan orangtua ataupun guru adalah ketika seorang anak yang baru saja sembuh dari sakit,dan mendapat larangan dari Dokter untuk tidak mengkonsumsi ice cream,namun ketika masuk sebuah toko,dia merengek minta dibelikan,akhirnya luluh hati sang ibu dan membelikannya,sambil berkata:"ya sudah....,ambil,tapi jangan banyak-banyak ya?",hal contoh ketidak konsistenan orangtua tersebut,dapat menumbuhkan prilaku tidak disiplin.
  3. Menakut-nakuti anak dengan hukuman yang tidak pernah dilakukannya,hal ini biasanya dilakukan orangtua ketika segala daya upaya telah mendapatkan jalan buntu,sehingga orangtua mengambil inisiatif dengan cara menakut-nakuti sang anak dengan sebuah hukuman,walaupun pada kenyataannya,hukuman tersebut tidak dilakukannya.Contoh kecil:Suatu hari,menjelang magrib,seorang anak malahan makin asyik menonton tayangan film anak kesukaannya,sang ibu telah berulangkali menyuruh mematikan televisi dan menyuruhnya pergi mengaji,namun sikecil tidak juga beranjak dari depan televisi,akhirnya dengan kesal,lagi-lagi sang ibu berteriak,bahwa,jika televisinya tidak dimatikan,sang ibu menakut-nakuti sang anak,bahwa televisinya akan beliau jual,namun,apa yang terjadi,seminggu kemudian televisi tersebut masih ada dan tidak pernah dijual sebagaimana tadi yang sang ibu katakan.,jika kebiasaan ini tetap berlanjut,anak akan melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari,ah...kemarin juga bohong,begitu gumanya kelak.
  4. Memberikan hukuman fisik,kita semua selaku orangtua maupun guru tahu bahwa hukuman fisik bukanlah solusi bijak untuk mengatasi kenakalan atau kebiasaan buruk anak maupun siswa,malahan dengan hukuman fisik,anak akan lebih sulit menghilangkan kebiasaan buruknya,dengan hukuman fisik anak menjadi seseorang yang beringas serta melakukan hal yang sama terhadap teman-teman sebayanya,contoh kecil ketika seorang anak dicubit oleh orangtuanya,tidak menutup kemungkinan,sang anak akan melakukan hal yang sama terhadap teman sebayanya,ingatlah bahwa apa yang pernah dirasa dan dilihat anak adalah pendidikan yang ditakutkan diaplikasikan kembali oleh sang anak dikelak kemudian hari.
  5. Mentolerir kesalahan yang dilakukan anak,maksudnya adalah bahwa sekecil apapun kesalahan yang dilakukan seorang anak,segera sikapi dan respon dengan bijak,jika salah katakan salah,jangan yang salah ditolerir menjadi sesuatu yang benar,jika hal ini kontinyu dilakukan oleh orangtua,akan memotivasi pribadi anak menjadi pribadi yang tidak bertanggungjawab.Contoh sepele,ketika pagi hari,bangun dari tidur,kemudian orangtua melihat kamar tidurnya dan ternyata masih berantakan,janganlah lantas ditolerir dengan kata-kata berikut,"biar sajalah,mungkin dia masih kecil,belum memahami dan mengerti cara membereskan tempat tidur",Jika hal itu terlalu sering dilakukan dan terlalu sering mencari alasan untuk membenarkan kesalahan yang dlakukan seorang anak,maka anak tersebut dihawatirkan menjadi seorang anak yang tidak bertanggungjawab.
  6. Melakukan pembiaran terhadap kebiasaan buruk anak,hal inipun tidak jauh beda pembahasan pada poin nomor 5,dimana,ketika orangtua melakukan pembiaran terhadap kebiasaan buruk anak,maka,sang anak akan tumbuh dengan kebiasaan buruknya.Contoh kecil,ketika sang anak bangun terlalu siang,maka janganlah dianggap sepele,karena jika hal itu dibiarkan dan tidak dinasehati,kebiasaan buruknya akan terus tumbuh hingga sang anak tumbuh dewasa.
  7. Memaksakan kehendak kepada anak,janganlah dilakukan,hargai anak kita,dengar pendapatnya,agar anak terbiasa terlatih menyampaikan pendapat dan terlatih mendengar pendapat oranglain.Orangtua tidak berhak memaksakan kehendak,jadilah orangtua yang demokratis,contoh kecil,ketika anak kita akan melanjutkan sekolah,komunikasikanlah terlebih dahulu dengan sang anak,kemana kecenderungan sang anak melanjutkan studinya,jika tidak sejalan dengan pemahaman orangtua,maka ajaklah bermusyawarah,sampai menemukan titik temu!
  8. Perkataan kasar bukanlah milik siapa-siapa,oleh karena itu siapapun,termasuk orangtua,tidaklah sepantasnya berkata kasar terhadap anak-anak,karena perkataan orangtua baik kadar maupun lembut,sama-sama akan memberikan kontribusi terhadap kebiasaan sang anak,bedanya,mungkin jika orangtua berkata dengan penuh kelembutan kepada anak atau anggota keluarga yang lain,kontribusi yang didapat sang anak adalah kontribusi positif,anak akan berkata dengan penuh kelembutan kepada kedua orangtuanya,anggotankeluarga yang lain,maupun kepada lingkungan disekitarnya,begitupun sebaliknya,jika yang selalu didwngar dan diterima adalah perkataan yang kasar,tentu inipun akan memberikan kontribusi,hanya kontribusinya adalah kontribusi negatif,sang anak akan berkata kasar terhadap kedua orangtuanya,anggota keluarganya,maupun terhadap lingkungan disekitarnya.
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,mari menjadi orangtua yang bijak,yang dapat membatasi ucap dan prilakunya,agar anak kita tumbuh kembang dengan baik serta terhindar dari kebiasaan-kebiasaan buruk sebagai dampak dari kebiasaan-kebiasaan buruk orangtuanya.
Terimakasih!

Referensi:
  1. https://kbbi.web.id/perilaku
  2. https://kbbi.web.id/biasa


Rabu, 09 Mei 2018

MEMBANGUN KARAKTER ANAK SEJAK USIA DINI

Sekian lama berkutat dalam kesibukan profesi,akhirnya terbuka juga kesempatan klick menu "New Entry" di dashboard bloger pribadi saya,menorehkan sebuah judul artikel,mudah-mudahan ada guna dan manfaat!
Ketika ide ini terlintas,ada rasa kangen terhadap almarhum kakek,yang mencurahkan seluruh dukungannya bersama-sama dengan kedua orangtua saya,hingga akhirnya,cita-cita dan harapan ini terwujud.
Masih terngiang,sang kakek berucap:"Menjadi orangtua itu tidak mudah Cu,maka dari itu persiapkan segala sesuatunya,agar kelak kamu menjadi orangtua yang diteladani!"
Awalnya saya tidak paham dengan apa yang dimaksud,namun ketika waktu berjalan dan kehidupan saya berubah menjadi seorang Ayah,barulah,petuah sang kakek dapat saya pahami maksudnya.
Bahwa,benar,menjadi orangtua itu tidak mudah,memerlukan "Kompetensi"khusus,yang tidak diperoleh secara akademis,kompetensinya diperoleh dari kebaikan waktu dan kesempatan,yang kesemuanya diperoleh dan membentuk sebuah Kemampuan.
Apanya yang membuat menjadi otangtua itu susah,tinggal nyuruh,tinggal perintah:
"Nak,kamu harus jadi anak baik!"; 
"Nak kamu harus jadi anak sholeh!"; 
"Nak,kamu harus jadi anak pintar!"
Dan harapan-harapan yang lainnya.
Memang seperti itukah?
Saya kira tidak sesederhana itu untuk menjadi orangtua.
  1. Jika kita selaku orangtua menginginkan anak kita menjadi anak yang baik,maka terlebih dahulu selaku orangtua,haruslah menjadi orangtua yang baik
  2. Jika kita menginginkan anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholeha,kita terlebih dahulu harus menjadi orangtua yang sholeh maupun sholeha.
  3. Jika kita menginginkan anak kita menjadi anak yang pintar,terlebih dahulu kita selaku orangtua harus menjadi orangtua yang pintar.
  4. Dan sebagainya. 
Lalu,apa hubungannya semua itu?
Hubungannya bahwa:Sikap,tabiat,perkataan,perbuatan dan ucapan orangtua,akan memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh kembang Karakter anaknya kelak.
Dan,tumbuh kembang karakter anak kita kelak,harus dipersiapkan sejak dini,sejak masih kecil,sejak karakter anak masih murni belum terkontaminasi oleh derasnya arus lingkungan,yang akan banyak memberikan kontribusi,baik kontribusi yang positif maupun kontribusi yang negatif.
Terkadang secara tidak sadar,selaku orangtua,kita memberikan kontribusi negatif terhadap tumbuh kembang karakter anak,contoh kecil:

  1. Ketika kita sedang bercengkrama,berkumpul bersama anak-anak diruang keluarga sambil menonton tayangan sebuah acara,kita lupa mana yang boleh ditonton oleh anak dan mana yang tidak boleh ditonton sama anak,malahan tontonannya sama,apa yang ditonton orangtuanya,itu juga yang ditonton sama sang anak.
  2. Kemudian ketika kita selaku orangtua lupa bahwa apa yang diperintahkan orangtua terhadap sang anak adalah Pendidikan yang akan ditiru anak,misalnya:Kita menyuruh anak kita kasbon kewarung,dan lain sebagainya,apa yang kita perintahkan tersebut adalah sebuah kontribusi yang akan melekat dan tidak meutup kemungkinan suatu saat nanti anak kita akan melakukan hal yang sama pula,oleh karena itu,untuk menghindarkan hal-hal negatif diikuti oleh anak kita kelak,alangkah bijaknya jika kita selaku orangtua,senantiasa memerintahkan atau menyuruh anak kita pada sesuatu yang bersifat positif,dengan harapan,bahwa kelak anak kita akan melakukan sesuatu yang bernilai positif pula.
  3. Contoh lain,yang terkadang sesekali lupa,ketika terjadi perselisihan,pertengkaran,maupun pertentangan,janganlah sesekali dilakukan didepan anak,atau anak melihat,atau anak mendengarnya,karena dikhawatirkan apa yang dilihat anak,apa yang disaksikan anak,dan apa yang didengarnya,menjadi sebuah contoh jelek bagi mereka!
Demikian,sedikit berbagi,bukan bermaksud menggurui,semata hanya untuk mengingatkan dan menggurui diri saya pribadi,andai ada sedikit manfaat,alhamdulilah,semoga bermanfaat