Minggu, 09 September 2018

PPK:MULAI DARI KITA (SEBAGAI GURU) UNTUK SISWA

Ada sedikit sentilan kecil ketika kita berseloroh soal keteladanan,katanya:"Menjadi TELADAN itu SULIT ketimbang menjadi TELATAN",Mungkin yang dimaksud bahwa ketika kita dituntut menjadi seorang teladan bagi orang-orang disekitar kita,jika menjadi guru mungkin harus jadi teladan bagi peserta didiknya,ketika menjadi orangtua mungkin harus menjadi teladan bagi keluarganya,dan lain sebagainya,itu merupakan hal yang sulit ketika akan diaplikasikan,itu mungkin penjabaran dari seloroh tersebut.
Padahal bagi sebagian orang,mungkin tidak berlaku selorohan tersebut,artinya bagi sebagian orang,untuk Menjadi seseorang yang diteladani itu tidak sulit.
Lalu apa yang menjadikannya sulit,ini yang harus kita telusuri.
Sebelum itu,mari kita cari tahu dulu tentang pengertian dari kata Teladan tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,disebutkan bahwa:
  • teladan/te·la·dan/ n sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya); contoh: ketekunannya menjadi -- bagi teman-temannya; ia terpilih sebagai pelajar --;
  • meneladan/me·ne·la·dan/ v mencontoh; meniru: anak akan selalu ~ kelakuan orang tuanya; orang lebih mudah ~ yang mudah dan menyenangkan daripada ~ sesuatu yang sukar dan menyulitkan;
  • meneladani/me·ne·la·dani/ v 1 memberi teladan: guru hendaklah ~ murid-muridnya; 2 mengambil teladan: ibu itu berharap agar putri-putrinya akan dapat ~ R.A. Kartini;
  • keteladanan/ke·te·la·dan·an/ n hal yang dapat ditiru atau dicontoh: tidak perlu kita ragukan lagi ~ nya sebagai orang tua

Ada beberapa kata yang berhubungan dengan kata Teladan,yaitu:
  1. Teladan
  2. Meneladan
  3. Meneladani
  4. Keteladan
Masing-masing mempunyai arti yang saling terkait:
  1. Teladan Kata ini memiliki arti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh,ini berhubungan dengan perbuatan,sifat,kelakuan,etika,sopan santun,tatakrama dan sebagainya.Sosok kita sebagai orangtua,harus menjadi teladan bagi keluarga,istri dan anak,bapak ibu guru harus menjadibTeladan bagi peserta didiknya dalam berbagai aspek,baik perbuatannya,sifatnya,kelakuannya,perkataannya,dan lain sebagainya,begitupun dengan sosok yang lain,Pemimpin harus menjadi Teladan bagi yang dipimpinnya,Seorang Kakak harus menjadi Teladan bagi adik-adiknya.Jadi kata Teladan ini harus dimiliki dan menjadi sebuah keinginan bagi semua pihak,bukan milik seorang guru saja,orangtua saja atau milik seorang pimpinan saja,semua kita harus menjadi Teladan bagi orang-orang disekeliling kita.
2. Berikutnya adalah Meneladan artinya yaitu mencontoh atau meniru,siapakah itu?Kalau disekolah berarti peserta didik yang akan meneladan Gurunya,Bapak ibu gurupun akan Meneladan Pimpinannya,Kalau dirumah berarti istri akan meneladan suaminya,anak-anaknya akan meneladan kedua orangtuanya,Adik akan meneladan Kakaknya,dilingkungan masyarakat,warga akan meneladan pimpinannya.
3.Meneladani yaitu memberi teladan,nah...kata inilah yang menjadi bahan selorohan tadi,bahwa menjadi Teladan itu sulit,Memang sulit ketika kita tiba-tiba harus memposisikan diri kita menjadi yang diteladani,menjadi teladan itu perlu proses,tidak instan hanya dengan sim salabim langsung menjadi sosok yang diteladani.Menjadi seseorang yang diteladani itu perlu proses yang namanya belajar dan terus belajar,kenapa harus terus belajar,ini korelasinya kita sebagai manusia,yang sesekali atau mungkin sering melakukan kesalahan bail sikap,tingkahlaku maupun perkataan,sedangkan disatu sisi kita menuntut diri kita tampil sempurnantudaknada cela,supaya yang meneladani kita tidak lantas memberikan penilaian negatif,tidak begitu juga kan,kita sesekali akan terpeleset,keluar dari rel semestinya,itu sebabnya bahwa menjadi Teladan itu perlu belajar dan belajar secara terus menerus,jika sesekali terpelest,segeralah bangun dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut,terus begitu,berkelanjutan,berihtiar menjadi yang terbaik,bukan dengan maksud ingin diteladani,akan tetapi memang itu tugas dan kewajiban kita,bukan juga dimaksudkan,agar kita mendapat pujian akanntetapi memang sebuah kewajiban.
Lalu,apa korelasinya Menjadi Teladan itu sendiri dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) disekolah?
Tentu ada hubungan yang sangat erat antara keteladanan dengan PPK,coba kita refleksikan hal berikut:
  1. Setiap saat kita menasehati peserta didik agar dalam setiap ucapan,tingkahlaku dan perbuatannya harus senantiasa mencerminkan ucapan,tingkahlaku dan perbuatan sebagaimana layaknya seseorang yang terpelajar,begitupun sebaliknya,jika kita menasehati demikian terhadap peserta didik,itu juga berlaku untuk kita sang pemberi nasehatnya,bahwa kitapun haruslah demikan,harus baik dalam ucapan,perbuatan dan tingkahlaku
  2. Setiap saat kita memberi teguran kepada peserta didk kita,agar jangan membuang sampah sembarangan misalnya,begitupun teguran tersebut berlaku juga untuk kita.
  3. Dan contoh serta prilaku lain yang berkarakter dari seorang guru atau seorang orangtua,dan lain sebagainya.
Kesimpulannya bahwa apa yang kita ucapkan itu juga yang kita lakukan,apa yang kita nasehatkan,itu pula yang kita aplikasikan.
Bahwa,Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah merupakan sebuah gerakan untuk memperkuat karakter seorang siswa melalui harmonisasi olah hati,olah rasa,olah pikir serta olahraga dengan pelibatan sebuah kerjasama antara satuan pendidikan,keluarga serta masyarakat sebagai bagian dari gerakan revolusi mental.
Permendikbud nomor 20 tahun 2018 pasal 3 tentang Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan menggunakan prinsip yang diamanhkan pada ayat (b)  keteladanan dalam penerapan pendisikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan.
Jelaslah bahwa jika kita telisik lebih dalam tentang Penguatan Pendidikan Karakter ini,Keteladanan merupakan salah satu media terupdate dan kekinian dalam mengaplikasikan Penguatan Pendidikan Karakter dilingkungan pendidikan,itu artinya "MULAILAH DARI KITA (SEBAGAI GURU) AGAR PESERTA DIDIK MENELADANINYA".
Terimakasih,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi bukan bermaksud menggurui anda,namun untuk menggurui saya secara pribadi,jika ada kesesuaian pola pikir,mudah-mudah menginspirasi.
Sampai jumpa pada artikel berikutnya,salam Blogger!

Referensi:

  1. https://kbbi.web.id/teladan
  2. Foto dokumen pribadi

Kamis, 02 Agustus 2018

OCT:RIWAYATMU...KINI!

Menyimak sambutan dari Bapak Kepala UPT Pendidikan SD dan PAUDNI Kec.Cipeundeuy pada Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru Jenjang Sekolah Dasar gelombang 1 dari tanggal 2-8 Agustus 2018,saya tertarik dengan pernyataan beliau bahwa guru itu banyak jabatannya,kita harus bangga dengan hal tersebut.
Dulu,kata beliau,kita pernah mengikuti sebuah program yang namanya OCT atau Off Campus Teaching,mungkin kalau sekarang istilahnya PPL atau yang sejenisnya,tetapi dijaman beliau dan generasi seangkatannya (termasuk saya lho),terutama yang sekolahnya di sekolah keguruan seperti SPG dan SGO,pasti mengalami program tersebut,pernyataan inilah yang membuka ingatan saya kemasa itu,masa ketika saya mengikuti program OCT tersebut.
OCT dulu diprogramkan manakala kita memasuki semester akhir,para siswa dibagi kedalam beberapa kelompok,kemudian disebar ke beberapa wilayah kecamatan diluar wilayah sekolah tersebut,seperti yang pernah dialami penulis,saya melaksanakan OCT diwilayah Kecamatan Cikalongwetan,tepatnya di SDN Cigentur,kurang lebih selama satu bulan setengah.
Lalu apa yang dilakukan ketika OCT tersebut berlangsung,ingatan saya kembali saya upgrade agar kembali fresh sehingga dapat mengingat masa-masa itu,masa kurang lebih 31 tahun silam,lama memang,tapi saat-saat itu masih segar diingatan saya.
Dalam aplikasinya,ketika OCT kita sebagai calon guru banyak menimba ilmu dan pengalaman,pengalaman apa sajakah itu,inilah hasil reuni masa lalu saya ketika OCT:
  1. Untuk pertama kalinya kami berhadapan langsung dengan peserta didik
  2. Untuk pertama kalinya kami mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dikampus,langsung dilapangan,dikelas yang beragam karakternya,.
  3. Untuk pertama kalinya,kami dihadapkan dengan berbagai problema sosial dan pembelajaran
  4. Untuk pertama kalinya,kami malu-malu ketika berhadapan dengan bapak ibu guru pamong.
Kemudian ketika kami untuk pertama kalinya mengajar didalam kelas,apa kesibukannya ketika itu,ini diantaranya:
Kami sibuk koordinasi dengan guru pamong,bertanya sampai batasan mana mereka mengajar,topik atau sub topik mana yang belum diajarkan,kami melihat juga Model Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya,dan sebagainya.
  1. Jika sudah mendapat jawaban dari guru pamong tentang semua itu,sesampainya di tempat menginap,kami berkumpul mempersiapkan segala sesuatunya,mulai dari membuat RPP,alat evaluasi,alat peraga dan lain sebagainya,semua kami persiapkan sejak awal,artinya,besoknya mau mengajar,mulai pulang sekolah sampai larut malam,kami mempersiapkan semuanya itu,saling bantu sudah menjadi kebiasaan kami sejak itu,sehingga pas pagi harinya,kami siap action didepan kelas dengan penuh percaya diri karena matangnya persiapan yang kami lakukan?
  2. Masihkah kebiasaan semasa kita OCT dulu sampai sekarang masih kita lakukan,seperti membuat perencanaan,membuat alat evaluasi,membuat alat peraga,dan lain sebagainya??Pertanyaan yang jawabannya ada pada diri kita semua selaku guru,bahwa kebiasaan baik tidak harus luluh oleh kesibukan,tidak harus sirna oleh rasa malas,dan saya yakin,kita selaku guru masih tetap eksis dengan kesibukan seperri itu,apalagi di era digital saat ini,semua serba mudah,kalau dulu hanyansekedar mmbuat RPP saja kita harus pegal-pegalan seharian menulis,sekarang tinggal buka laptop lalu print selesai satu tugas hari itu,untuk membuat peraga sulu kuta siapkan spidol berbagai warna dan ukuran,karton siper besar,paku payung dan sebagainya,sekarang tinggal buka laptop lalu buat rancangan gambar peragaperaga di format power point,tayangkan dengan infokus,selesai tugas membuat peraga,idealnya jika semua serba mudah,tidak ada kata malas lagi untuk memulainya.
  3. Dari program OCT tersebut banyak pengalaman positif yang kami raih,mulai dari administrasi kelas,pemecahan masalah dikelas,pergaulan dengan bapak ibu guru pamong,saling bantu dan saling menghargai,saling memberi saran dan kritik ketika kita menjadi observer maupun ketika kita menjadi orang yang diobservasi,dan sebagainya.
Demikian,terimasih sudah mampir,semoga bermanfaat!

Referensi:
  • Foto dokumen pribadi

Senin, 23 Juli 2018

GENERASI MILENIAL :DAMPAK POSITIFNYA BAGI GURU



Istilah ini,akhir-akhir ini Familiar kita dengar,sering diucapkan dan disandingkan dengan kata yang lainnya,contoh:
  • Suara generasi MILENIAL menjadi rebutan.
  • Generasi MILENIAL mulai dilirik para kontestan
  • Dan contoh-cintoh lainnya yang sering kita dengar
Lalu,apa ya Deskripsi dari istilah ini??
Itu salah satu pertanyaan yang mengemuka dihati saya,karena seringnya mendengar istilah tersebut.
Untuk mencari jawabanya,akhirnya saya googling sana sini mencari kejelasan dari deskripsi istilah tersebut,dari sekian banyak jawaban yang muncul,inilah akhir pencarian saya di google:
  • Menurut https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial,disana dibahas panjang lebar tentang istilah Milenial tersebut,namun kuambil intisarinya yang sesuai dengan jawaban pertanyaannya,bahwa:
  1. Milenial (juga dikenal sebagai generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X).
  2. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awak 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok Milenial ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahirannya. 
"Berarti,kita yang lahir sebelum 1980-an bukan generasi Milenial lagi dong?"
Baru juga satu istilah terjawab,timbul lagi pertanyaan baru,wajar...jika terjawab satu pertanyaan,tumbuh lagi seribu pertanyaan,itu artinya kita termasuk orang yang kritis,selalu ingin tahu dan penasaran dengan hal-hal yang baru.
Usia memang tidak mungkin disembunyikan,bahwa kenyataannya kita bukan lahir di era 1980-an dan kita tidak termasuk kedalam kelompok Generasi Milenial,jangan berkecil hati,malahan kita harus bangga bahwa:
  1. Kita diberi kesempatan untuk mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial
  2. Kita masih diberi usia panjang sehingga dapat menyaksikan tumbuh kembang generasi Milenial
  3. Kita masih diberi kesempatan untuk mengetahui,mengalami dan merasakan tantangan dan hambatan mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial.
Lalu,bagaimana karakteristik generasi Milenial ini?
Menurut wikipedia yang saya jadikan rujukan ketika menulis artikel ini,bahwa karakteristik generasi Milenial ini ditandai dengan Peningkatan penggunaan dan keakraban dengan :
  1. Komunikasi,
  2. Media dan 
  3. Teknologi digital.
Ketiga hal tersebut diatas,memang akrab dengan generasi milenial,lihatlah "kids zaman now",mereka tidak terlppisahkan dengan perangkat komunikasi seperti Handphone dan barang sejenisnya dengan berbagai merk dan kecanggihannya tidak diragukan lagi.
Kemudian Media,yang begitu beragam seperti:
  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Instagram
  • Pinterest
  • Tumblr
  • Filckr
  • Linkedln
  • Dan lai-lain
Semua itu,akrab dengan generasi Milenial,malahan kita selaku orangtua atau guru kalah pintar dengan mereka dalam hal bermedia sosial ini.
Satu lagi yang akrab dengan generasi Milenial,yaitu Teknolog Digital,mari kita kenang masa lalu zaman baheula kita,yang ketika itu kita menggunakan Teknologi analog:
  • Ketika kita mau kirim surat,berjam-jam kita buat,beli perangko dan amplop lalu kita kirimkan ke kantor pos atau kotak surat,seminggu kemudian baru dapat balasannya,nah...di era teknologi digital saat ini,tinggal ketik via Handphone lalu klik kirim atau send,hitungan detik sudah dapat balasannya
  • Doeloe ketika seorang guru akan membuat persiapan mengajar atau membuat administrasi kelas dan perangkat pembelajaran lainnya,dibuat dengan cara diketik pada mesin tk atau digambar pada karton memakai spidol ketika ingin membuat alat peraga,kini,tinggal ketik di Laptop atau membuat file Presentasi dengan format powerpoint,jadilah perangkat pelengkap kegiatan belajar mengajar.
  • Itulah contoh kecil sebagian perbedaan,hambatan dan kemudahan zaman baheula dengan zaman sekarang atau era Teknologi analog dengan teknologi digital saat ini.
Lalu,dimana letak dampak positifnya,ketika kita sebagai guru menjadi bagian dari generasi milenial,letaknya adalah bahwa ketika menjadi seorang guru dari generasi Milenial,inilah dampak positifnya bagi guru:
  1. Guru menjadi lebih inovatif
Artinya,seorang guru lebih termotivasi untuk meningkatkan dan mendayagunakan kemampuan serta keahliannya,guru harus mulai berpipikir inovatif,karena yang mereka hadapi adalah peserta didik dari generasi milenial yang kritis dan cerdas,yang tidak bisa dihadapi dengan kompetensi yang seadanya,peserta didik seperti itu harus dihadapi dengan persiapan yang matang,jika tidak,bersiap-siaplah untuk terpojok.
2.  Guru menjadi Guru pembelajar
Artinya setiap saat akan selalu meng-upgrade dirinya,kemampuannya,tidak berhenti belajar dan belajar,tidak hanya menyuruh  peserta didik belajar akan tetapi juga menyuruh sang guru belajar,mempunyai keinginan untuk BISA dan MAU BELAJAR.
3.  Guru menjadi kebih kreatif
Dalam hal ini guru mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya didalam kelas,kreatifitasnya muncul ketika masalah menghadapinya,ingatlah bahwa guru juga manusia yang tidak sempurna,artinya jika didalam kelas guru bukanlah satu-satunya sosok yang serba bisa,serba pandai,serba tahu dan julukan-julukan lain yang terkadang memahat rasa malu jika hal itu terjadi,kita menjadi sosok yang takut dibilang tidak bisa,tidak tahu dan tidak cerdas oleh peserta didik,abaikan rasa itu,artinya kita sebagai guru haruslah menjadi guru yang berpikir kreatif,di era milenial ini banyak hal yang dapat dijadikan guru atau tempat berguru,jika kita menemukan masalah dikelas,salah satu solusi kreatifnya adalah kita cari jawabannya di media-media online,atau komunitas-komunitas pendidikan online yang diikuti,coba ketik masalah pembelajaran yang dihadapi,searching kemudian analisi,setelah yakin bahwa yang kita temukan itu adalah jawaban benar dari masalah yang dihadapi tersebut,maka aplikasikanlah untuk memecahkan masalah tersebut.
4.  Guru menjadi lebih kritis
Yang saya maksud adalah kritis terhadap intern diri kita,kita kritisi diri kita,terutama apa yang menjadi hambatan dan kekurangan diri kita terhadap profesi yang kita emban,
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi,bukan bermaksud menggurui!
Terimakspasih sudah mampir diblog kami!

Referensi:
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial
  • Foto dokumen pribadi 

Selasa, 17 Juli 2018

HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH,MASALAH DAN SOLUSINYA

Begitu kaki menginjak halaman sekolah,wajah-wajah sumringah menyambut kedatanganku,tangan-tangan mungil itu pun menjulur mengucap salam,tanpa menunggu dulu kakiku memarkir kendaraan,langsung menyerbuku dengan sejuta rasa kangen  menggebu,setelah sekian lama berlibur.
Diantara wajah-wajah lugu itu,terdapat wajah-wajah baru,dengan pakaian serba baru,mengikuti kakak-kakak kelasnya,menyambutku dengan malu-malu,kusambut tangan silatutahmi mereka dengan penuh kehangatan dibarengi dengan kalungan seuntai doa,agar peserta didik baruku,menjadi anak yang soleh dan soleha,rajin belajar,berguna kelak bagi Nusa,Bangsa dan Agama,kata Amin pun menggema dari orangtua yang mengantar mereka kesekolah.
Selesai bersilaturahmi,kutengok kelas baru mereka,ternyata didalam kelas lebih sibuk lagi,para orangtua,sibuk mencarikan tempat duduk buat anaknya,masing-masing ingin anaknya duduk dibarisan bangku paling depan,Subhanallah....begitu sayangnya mereka,begitu pedulinya mereka sampai tempat dudukpun mereka perhatikan,walaupun pada selanjutnya,tempat duduk anaknya tersebut,tentu akan selalu berpindah-pindah,dirotasi oleh bapak dan ibu gurunya,agar para siswa tidak duduk ditempat yang sama sepanjang tahun.
Kita tinggalkan dulu,hiruk pikuk eporia  peserta didik baru kita karena dibalik hal tersebut ada cerita lain yang mewarnai nuansa pagi,baik disekolah terlebih lagi dirumahnya masing-masing,apa sajakah itu,ini lah cerita dan bahasannya.
  1. Dirumah
Suasana pagi dirumah peserta didik baru,lebih seru dan lebih beragam problematikanya,apa sajakah itu,ini diantaranya:
  • Anak susah bangun
Drama anak susah bangun dipagi hari adalah permasalahan klasik,yang setiap orangtua pernah mengalaminya,berbagai bujuk rayu tidak mempan menghalau semuanya,orangtua terutama sang Bunda dibikin geleng-geleng kepala,kesabaran orangtua diuji dan dipertaruhkan,gunakan berbagai cara dan bujuk rayu,saya yakin setiap orangtua punya seribu satu cara agar anaknya bangkit dari tempat tidur lalu mandi dan sarapan,setelah itu sang anak berlenggang dengan senang menuju sekolah barunya.
  •  Rewel
Rewel itu normal bagi seorang anai,namanya juga anak-anak,demikian obat mujarab untuk menghadapinya,lagi-lagi kesabaran oraangtua diujindan dipertaruhkan,walaupun tidak semua anak rewel,namun  dominasi anak seusia itu,pasti rewel ketika emasuki saatnya pergi kesekolah.
  • Tidak mau berangkat sekolah
Ini juga merupakan bagian dari drama anak dipagi hari menjelang berangkat sekolah,tidak mau berangkat sekolah,anak menjadi susah diajak pergi sekolah,berbagai cara dan metoda dilakukan oleh kedua orangtuanya ,agar sang anak mau berangkat kesekolah.
  • Manja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,pengertian manja adalah: manja/man·ja/ a 1 kurang baik adat kelakuannya karena selalu diberi hati, tidak pernah ditegur (dimarahi), dituruti semua kehendaknya, dan sebagainya: karena anak bungsu, ia sangat --; 2 sangat kasih, jinak, mesra (kepada): anak itu sangat -- kepada kakeknya; kucing itu -- sekali kepada tuannya;
Tapi,manja yang saya maksud ketika anak susah berangkat sekolah adalah anak tidak mau berangkat sekolah jikalau tidak diantar oleh ibunya,atau bapaknya,atau,anak tidak mau berangkat sekolah andai tidak diberi bekal yang banyakoleh kedua orangtuanya. 
 2.Disekolah
Disekolah pun,ketika peserta didik baru tersebut sampai disekolah, tidak luput dari problem,diantaranya yaitu: 
  •  Tidak mau ditinggal oleh orangtuanya
 Sesampainya peserta didik disekolah,kemudian bangku juga sudah didapatkannya,timbulah masalah baru,sang anak tidak mau ditinggal oleh orangtuanya,ibunya harus duduk bersamanya dikelas,menemaninya belajar,ditinggal sedikit saja nangis,dicoba sebentar saja dengan cara keluar kelas,merengek.
  • Susah bersoaialisasi
Mungkin,karena lingkungannya lingkungan baru,teman baru,guru baru dan semua serba baru yang menyebabkan peserta didik baru tersebut susah bersoailisasi atau bergaul baik dengan teman-temannya sesama peserta didik baru maupun dengan kakak-kakak kelasnya,pun dengan bapak dan ibu gurunya,wajar jika hal itu terjadi pada awal tahun pelajaran,namun jika terus berlanjut setelah sekian lama terjadi,hal itu menjadi tugas dan kewajiban guru maupun orangtua untuk bersama-sama mencari solusi agar tidak terus berlarut-larut. 
  • Takut sama temannya
Takut sama teman disaat pertama kali masuk sekolah,mungkin wajar-wajar saja bagi merekamereka,mengingat mereka baru pertama kali bertemu dan belum akrab,sehingga anak cenderung kelihatan takut bergaul sama teman barunya,mudah-mudahan seiring berjalannya waktu,seiring seringnya mereka bersosialisasi,rasa takut itu berganti menjadi sebuah keberanian,mereka menjadi berani bersoasialisasi dan bergaul dengan teman barunya, 
  • Takut sama bapak atau ibu gurunya  
Takut sama bapak ibu gurunya?Memang ada?Mungkin itu sebuah pertanyaan yang menggelitik untuk dijawab,jawabannya adalah,bisa iya bisa tidak,artinya mungkin saja kita sebagai guru menemukan hal seperti itu,anak seolah takut berhadapan dengan guru barunya,disinilah jurus pamungkas guru diuji,bagaimana guru bersikap dan berbuat,yang bisa merubah image siswa seperti itu,dalam hal ini,guru telah dibekali dan mempunyai kompetensi yang mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah yang kemungkinan terjadi.
Demikian,mohon maaf bukan bermaksud menggurui,hanya sedikit berbagi,mudah-mudahan ada guna dan manfaat.
Terimakasih telah mampir di blog kami!


Referensi:

  •  Foto dokumen pribadi




Sabtu, 07 Juli 2018

MENDIDIK DENGAN METODE KLASIK:"BAWEL"


Yang Pernah ngalamin masa kanak-kanak,tentu familiar dengan kata CEREWET ini,hehe...apapun persepsinya terhadap istilah tersebut,darimanaoun sudut pandang anda tentang istilah ini.Hampir tiap saat ketika masih kecil  kita dicerewetin, baik sama kedua orangtua kita maupun sama Kakek dan Nenek kita:
  1. "Kakak...ayo bangun!"
  2. "Adek....cepet tidur,jangan nonton TV terus!"
  3. "Neng,rapihin tempat tidurnya!"
  4. "Jangan bicara kalau lagi makan"!
  5. "Dengarkan kalau orangtua lagi bicara!"
  6. "Ayo,belajar!Buka buku pelajarannya,jangan lupa Peernya kerjakan!"
  7. "Jangan lupa,kalau mau tidur beedoa dulu!"
  8. Dan masih banyak lagi kenangan manis kita dimasa kecil yang masih terngiang ditelinga kita hingga saat ini.
Dan...kita saat ini adalah produk kecerewetan kedua orangtua kita dulu,cerewetnya mereka adalah:

  1. Kasih sayangnya
  2. Perhatiannya
  3. Kepeduliannya
  4. Cara / metodenya untuk mendidik kita
Terbukti,banyak hal positif yang kita rasakan saat ini dari kecerewetan atau kebawelan kedua orangtua kita dulu,dan banyak memberikan kontribusi positif bagi tumbuh kembang kita,Pembentukan karakter serta Mental sosial kita.
Dan.., banyak diantara kita yang menyandingkan istilah CEREWET ini dengan kata BAWEL,apa benar CEREWET sama dengan BAWEL??
Mari kita telusuri arti dari tiap istilah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,bahwa:
  1. cerewet/ce·re·wet/ /ceréwét/ a suka mencela (mengomel, mengata-ngatai, dan sebagainya); banyak mulut; nyinyir; bawel: pembantu rumah tangga tidak suka bekerja pada nyonya rumah yang --;
  2. bawel/ba·wel/ /bawél/ a suka mencela; cerewet
Setelah ditelusuri makna dari kedua istilah tersebut,kita semua pasti berkesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signipikan dari kedua pengertian istilah diatas,malahan kita terkadang menari kesimpulan bahwa kedua istilah tersebut sama pengertuannya,CEREWET ya BAWEL,jadi andai ada diantara anak-anak ataupun orang dewasa yang menyandingkan istilah CEREWET dengan istilah BAWEL,kita tidak dapat menyalahkannya.
Sudahlah,semua saya serahkan pada anda,saya tidak akan fokus pada perbedaan ataupun persamaannya,namun yang akan saya bedah,adalah makna tersembunyi dari setiap kata BAWEL tersebut seperti berikut:

  1. Behavior
  2. Ability
  3. Warning
  4. Earnest
  5. Laudable

Baiklah kita perluas bahasannya satu persatu:
  1. Behavior adalah sikap atau tingkah laku atau tindak tanduk seseorang,jadi dengan seringnya orangtua kita bawel terhadap apapun yang menurut mereka laik untuk dibawelin,terutama yang menyangkut dengan sikap,tingkah laku serta tindak tanduk kita,diharapkan selalu sesuai dengan norma atau aturan,baik norma keluarga,norma Agama,serta Norma dan aturan lain yang berlaku dimasyarakat,baik yang tertukis maupun yang tidak tertulis.
2.Ability adalah Kecakapan,bakat atau Kemampuan,jadi ketika kita dibawelin kemudian kita ikuti dan turuti,insyaallah kecakapan,bakat serta kemampuan kita akan berubah lebih baik,contohnya ketika orangtua kita menyuruh untuk belajar,menyuruh untuk segera pergi ketempat Les,dan sejenisnya,jika kita menurut pada mereka,inshaallah Kecakapan,bakat dan kemampuan kita semakin lebih baik.
3.Warning artinya  Peringatan,jadi bawelnya mereka adalah warning atau peringatan agar kita senantiasa baik,senantiasa jadi anak yang penurut,jadi anak yang selalu patuh dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik serta tidak melakukan kesalahan yang sama.
4.Earness artinya bersungguh-sungguh,orangtua kita ngebawelin kita ,bertujuan agar kita  selalu bersungguh-sungguh atau serius dalam segala hal.
5. Laudable artinya patut dipuji.Orangtua kita bawel bermaksud agar kita menjadi anak yang patut dipuji dan menjadi anak yang terpuji,sopan terhadap kedua orangtua,guru,teman dan sahabat serta masyarakat sekitarnya.
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi mohon maaf bila berbeda sudut pandang dalam menafsirkan arti BAWEL,yang jelas BAWELnya kita terhadap anak-anak kita atau BAWELnya dulu orangtua kita terhadap kita adalah sebuah Cara atau Metode yang mereka ketahui dan mereka yakini untuk mendidik kita agar menjadi anak yang berbakti terhadap kedua orangtua,Agama,Bangsa dan Negara,serta menjadi anak yang pberkarakter.
Terimakasih telah mampir di blog kami!

Daftar Referensi:



  1. https://kbbi.web.id/cerewet
  2. https://kbbi.web.id/bawel
  3. Foto dokumen pribadi

Tulisan ini saya dedikasikan buat :

  1. Keluargaku tersayang:"Maaf,Ayah selalu BAWEL!💞
  2. Murid-muridku semua:"Maaf juga,BAWEL!"💞

Jumat, 06 Juli 2018

JEJAK WORKSHOP MENULIS BUKU :"MENULIS ITU MUDAH?"

Alhamdulilah...sampai juga dirumah,berkumpul kembali bersama keluarga tercinta,setelah ditinggal selama dua hari,karena saya diberi tugas untuk mengikuti workshop menulis buku,yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat,dari tanggal 5-6 Juli 2018 bertempat di Vila Lemon.
Sambil selonjoran,ditemani secangkir teh manis,kucoba menyusun kembali jejak-jejak hasil workshop yang sempat tercecer dari ingatanku,agar dapat saya  getoktularkan  kembali pada teman dan sahabat,dengan harapan kelak berguna serta bermanfaat.
Ada sesuatu yang membekas dan menggelitik dari pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Asep Rachmat selaku pemateri sekaligus Koordinator Pengawas Kabupaten Bandung Barat,beliau menyampaikan bahwa:
"Menulis itu sesungguhnya mudah,karena hanya menggabungkan 26 hurup mulai dari hurup A sampai dengan Z ditambah angka 0 sampai 9 dengan dihiasi tanda baca".
Mendengar apa yang disampaikan beliau tersebut,hati saya bergumam saat itu juga:
"O iya yah,apa susahnya merangkaikan hurup-hurup tersebut,menjadi sebuah kalimat,sebuah paragraf,sebuah halaman,sampai akhirnya menjadi sebuah buku ataupun artikel?".
Tapi kenyataan yang terjadi,kok susah ya,merangkai hurup-hurup tersebut,kok saya selalu gagal ketika ingin memulai menulis,apa yang menjadikannya susah dan gagal?,pertanyaan berikutnya muncul mematahkan semangatku yang sepersekian detik tadi sempat menggelora.
Kutepis dulu pertanyaan itu,saya kembali fokus mengikuti sajian materi selanjutnya dari pemateri,barangkali seiring bergulirnya waktu,kutemukan jawabannya.
Sampai akhirnya,kutemukan jawaban atas pertanyaan tadi yang dikemukakan oleh pemateri,bahwa penyebab kegagalan seseorang dalam menulis itu disebabkan oleh beberapa Faktor yang datang dari Faktor Internal sang penulis,yaitu:
  1. Tidak punya fokus keahlian sehingga sulit menulis buku baru yang unik dan berkualitas.
  2. Tidak punya motivasi yang kuat atau ekstrim untuk menulis dan merampungkan penulisan buku.
  3. Tidak telaten menuangkan ulang apa yang telah dibaca,ditulis,didengar,diajarkan,dilihat,dipikirkan atau direnungkan dalam bwntuk tulisan yang sistematis.
  4. Tidak memiliki pengetahuan tentang strategi dan prosedur penulisan yang baik dan benar sehingga sulit menuangkan pemikiran secara lancar.
  5. Tidak menginvestasikan dana untuk mendapatkan sumber-sumber literatur yang relevan dan berkualitas.
  6. Tidak percaya diri
  7. Sibuk dengan pekerjaan administrasi/mencari uang recehan.
Sampai disitu saja rasanya saya sudah menemukan jawabannya,bahwa faktor penyebab kegagalan saya diantara faktor-faktor tersebut diatas adalah bahwa saya:
  1. Tidak fokus dan minim kompetensi dibidang menulis
  2. Motivasi yang saya miliki kurang kuat
  3. Kurang telaten
  4. Tingkat kepercayaan diri saya minus
Untuk sementara,hasil refleksi saya,barangkali keempat point tersebut diatas,yang emergency untuk segera diatasi,bahwa saya:
  1. Harus fokus dan meningkatkan kompetensi dibidang menulis
  2. Harus berjuang lebih keras untuk memotivasi  diri saya lebih kuat
  3. Harus lebih telaten dalam menulis
  4. Meningkatkan level kepercayaan diri saya.
Bismilah,kubulatkan tekad  untuk memulai semua ini,kalau tidak sekarang, kapan lagi?Ini resolusiku,semangat!✊✊
Terimakasih untuk seluruh pemateri yang telah memotivasi kami semua,mohon maaf bilamana ada kesalahan kutif maupun kesalahan penulisannya.
Terimakasih,anda telah mampir diblog saya,semoga bermanfaat!

Daftar referensi:
  1. Resume hasil workshop
  2. Ilustrasi foto diambil dari dokumen pribadi

Selasa, 15 Mei 2018

PERILAKU ORANGTUA DAN GURU YANG MEMBERIKAN KONTRIBUSI NEGATIF TERHADAP KEBIASAAN BURUK ANAK

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),Perilaku mempunyai arti sebagai berikut:
perilaku/pe·ri·la·ku/ n tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan;
Namun,pengertian secara harpiah,bahwa perilaku adalah tingkahlaku yang ditunjukan oleh seorang individu.Individu tersebut bisa berarti kita selaku orangtua,kita selaku bapak atau ibu guru,kita selaku seorang Kakak,dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian "kebiasaan" menurut KBBI adalah :
kebiasaan/ke·bi·a·sa·an/ n 1 sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; 2 Antr pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama
Jadi antara perilaku yang dilakukan seorang individu dengan kebiasaan individu yang lain,saling memberikan kontribusi,baik kontribusi positif maupun kontribusi negatif.
Berikut perilaku orangtua,guru ataupun individu yang lainnya yang dapat berkontribusi pada kebiasaan buruk seorang anak.
  1. Memerintah/Menyuruh/Memberi tugas dengan berteriak
  2. Selalu berubah-ubah atau tidak konsisten
  3. Menakut-nakuti anak dengan hukuman yang tidak pernah dilakukannya
  4. Memberikan hukuman fisik
  5. Mentolerir kesalahan yang dilakukan anak
  6. Melakukan pembiaran terhadap kebiasaan buruk anak
  7. Memaksakan kehendak kepada anak
  8. Berkata kasar
Baiklah,kita bahas satu persatu secara berurutan:
  1. Terkadang disadari atau tidak,ketika kita selaku orangtua atau guru menyuruh melakukan sesuatu kepada anak atau siswa,hal itu dilakukan dengan power yang agak sedikit tinggi,sehingga terdengar sebagai sebuah teriakan yang bisa membangunkan tetangga,walaupun kita tahu bahwa meskipun kita berteriak,belum tentu anak atau siswa akan mendengarkan,malahan sebaliknya akan merusak hubungan dengan anak atau siswa kita,anak atau siswa menjadi lebih sulit diatur,anak malah menjauh daripada mendekat.
  2. Selalu berubah atau tidak konsisten,jika hal ini dilakukan oleh orangtua ataupun guru,maka akan terbentuk stigma negatif,anak atau siswa tidak akan lagi percaya pada aturan yang dibuat guru atau orangtuanya,jika terus berlanjut,anak atau siswa akan tumbuh menjadi seseorang yang tidak disiplin.Contoh kecil yang ada hubungannya dengan ketidak konsistenan orangtua ataupun guru adalah ketika seorang anak yang baru saja sembuh dari sakit,dan mendapat larangan dari Dokter untuk tidak mengkonsumsi ice cream,namun ketika masuk sebuah toko,dia merengek minta dibelikan,akhirnya luluh hati sang ibu dan membelikannya,sambil berkata:"ya sudah....,ambil,tapi jangan banyak-banyak ya?",hal contoh ketidak konsistenan orangtua tersebut,dapat menumbuhkan prilaku tidak disiplin.
  3. Menakut-nakuti anak dengan hukuman yang tidak pernah dilakukannya,hal ini biasanya dilakukan orangtua ketika segala daya upaya telah mendapatkan jalan buntu,sehingga orangtua mengambil inisiatif dengan cara menakut-nakuti sang anak dengan sebuah hukuman,walaupun pada kenyataannya,hukuman tersebut tidak dilakukannya.Contoh kecil:Suatu hari,menjelang magrib,seorang anak malahan makin asyik menonton tayangan film anak kesukaannya,sang ibu telah berulangkali menyuruh mematikan televisi dan menyuruhnya pergi mengaji,namun sikecil tidak juga beranjak dari depan televisi,akhirnya dengan kesal,lagi-lagi sang ibu berteriak,bahwa,jika televisinya tidak dimatikan,sang ibu menakut-nakuti sang anak,bahwa televisinya akan beliau jual,namun,apa yang terjadi,seminggu kemudian televisi tersebut masih ada dan tidak pernah dijual sebagaimana tadi yang sang ibu katakan.,jika kebiasaan ini tetap berlanjut,anak akan melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari,ah...kemarin juga bohong,begitu gumanya kelak.
  4. Memberikan hukuman fisik,kita semua selaku orangtua maupun guru tahu bahwa hukuman fisik bukanlah solusi bijak untuk mengatasi kenakalan atau kebiasaan buruk anak maupun siswa,malahan dengan hukuman fisik,anak akan lebih sulit menghilangkan kebiasaan buruknya,dengan hukuman fisik anak menjadi seseorang yang beringas serta melakukan hal yang sama terhadap teman-teman sebayanya,contoh kecil ketika seorang anak dicubit oleh orangtuanya,tidak menutup kemungkinan,sang anak akan melakukan hal yang sama terhadap teman sebayanya,ingatlah bahwa apa yang pernah dirasa dan dilihat anak adalah pendidikan yang ditakutkan diaplikasikan kembali oleh sang anak dikelak kemudian hari.
  5. Mentolerir kesalahan yang dilakukan anak,maksudnya adalah bahwa sekecil apapun kesalahan yang dilakukan seorang anak,segera sikapi dan respon dengan bijak,jika salah katakan salah,jangan yang salah ditolerir menjadi sesuatu yang benar,jika hal ini kontinyu dilakukan oleh orangtua,akan memotivasi pribadi anak menjadi pribadi yang tidak bertanggungjawab.Contoh sepele,ketika pagi hari,bangun dari tidur,kemudian orangtua melihat kamar tidurnya dan ternyata masih berantakan,janganlah lantas ditolerir dengan kata-kata berikut,"biar sajalah,mungkin dia masih kecil,belum memahami dan mengerti cara membereskan tempat tidur",Jika hal itu terlalu sering dilakukan dan terlalu sering mencari alasan untuk membenarkan kesalahan yang dlakukan seorang anak,maka anak tersebut dihawatirkan menjadi seorang anak yang tidak bertanggungjawab.
  6. Melakukan pembiaran terhadap kebiasaan buruk anak,hal inipun tidak jauh beda pembahasan pada poin nomor 5,dimana,ketika orangtua melakukan pembiaran terhadap kebiasaan buruk anak,maka,sang anak akan tumbuh dengan kebiasaan buruknya.Contoh kecil,ketika sang anak bangun terlalu siang,maka janganlah dianggap sepele,karena jika hal itu dibiarkan dan tidak dinasehati,kebiasaan buruknya akan terus tumbuh hingga sang anak tumbuh dewasa.
  7. Memaksakan kehendak kepada anak,janganlah dilakukan,hargai anak kita,dengar pendapatnya,agar anak terbiasa terlatih menyampaikan pendapat dan terlatih mendengar pendapat oranglain.Orangtua tidak berhak memaksakan kehendak,jadilah orangtua yang demokratis,contoh kecil,ketika anak kita akan melanjutkan sekolah,komunikasikanlah terlebih dahulu dengan sang anak,kemana kecenderungan sang anak melanjutkan studinya,jika tidak sejalan dengan pemahaman orangtua,maka ajaklah bermusyawarah,sampai menemukan titik temu!
  8. Perkataan kasar bukanlah milik siapa-siapa,oleh karena itu siapapun,termasuk orangtua,tidaklah sepantasnya berkata kasar terhadap anak-anak,karena perkataan orangtua baik kadar maupun lembut,sama-sama akan memberikan kontribusi terhadap kebiasaan sang anak,bedanya,mungkin jika orangtua berkata dengan penuh kelembutan kepada anak atau anggota keluarga yang lain,kontribusi yang didapat sang anak adalah kontribusi positif,anak akan berkata dengan penuh kelembutan kepada kedua orangtuanya,anggotankeluarga yang lain,maupun kepada lingkungan disekitarnya,begitupun sebaliknya,jika yang selalu didwngar dan diterima adalah perkataan yang kasar,tentu inipun akan memberikan kontribusi,hanya kontribusinya adalah kontribusi negatif,sang anak akan berkata kasar terhadap kedua orangtuanya,anggota keluarganya,maupun terhadap lingkungan disekitarnya.
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,mari menjadi orangtua yang bijak,yang dapat membatasi ucap dan prilakunya,agar anak kita tumbuh kembang dengan baik serta terhindar dari kebiasaan-kebiasaan buruk sebagai dampak dari kebiasaan-kebiasaan buruk orangtuanya.
Terimakasih!

Referensi:
  1. https://kbbi.web.id/perilaku
  2. https://kbbi.web.id/biasa


Rabu, 09 Mei 2018

MEMBANGUN KARAKTER ANAK SEJAK USIA DINI

Sekian lama berkutat dalam kesibukan profesi,akhirnya terbuka juga kesempatan klick menu "New Entry" di dashboard bloger pribadi saya,menorehkan sebuah judul artikel,mudah-mudahan ada guna dan manfaat!
Ketika ide ini terlintas,ada rasa kangen terhadap almarhum kakek,yang mencurahkan seluruh dukungannya bersama-sama dengan kedua orangtua saya,hingga akhirnya,cita-cita dan harapan ini terwujud.
Masih terngiang,sang kakek berucap:"Menjadi orangtua itu tidak mudah Cu,maka dari itu persiapkan segala sesuatunya,agar kelak kamu menjadi orangtua yang diteladani!"
Awalnya saya tidak paham dengan apa yang dimaksud,namun ketika waktu berjalan dan kehidupan saya berubah menjadi seorang Ayah,barulah,petuah sang kakek dapat saya pahami maksudnya.
Bahwa,benar,menjadi orangtua itu tidak mudah,memerlukan "Kompetensi"khusus,yang tidak diperoleh secara akademis,kompetensinya diperoleh dari kebaikan waktu dan kesempatan,yang kesemuanya diperoleh dan membentuk sebuah Kemampuan.
Apanya yang membuat menjadi otangtua itu susah,tinggal nyuruh,tinggal perintah:
"Nak,kamu harus jadi anak baik!"; 
"Nak kamu harus jadi anak sholeh!"; 
"Nak,kamu harus jadi anak pintar!"
Dan harapan-harapan yang lainnya.
Memang seperti itukah?
Saya kira tidak sesederhana itu untuk menjadi orangtua.
  1. Jika kita selaku orangtua menginginkan anak kita menjadi anak yang baik,maka terlebih dahulu selaku orangtua,haruslah menjadi orangtua yang baik
  2. Jika kita menginginkan anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholeha,kita terlebih dahulu harus menjadi orangtua yang sholeh maupun sholeha.
  3. Jika kita menginginkan anak kita menjadi anak yang pintar,terlebih dahulu kita selaku orangtua harus menjadi orangtua yang pintar.
  4. Dan sebagainya. 
Lalu,apa hubungannya semua itu?
Hubungannya bahwa:Sikap,tabiat,perkataan,perbuatan dan ucapan orangtua,akan memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh kembang Karakter anaknya kelak.
Dan,tumbuh kembang karakter anak kita kelak,harus dipersiapkan sejak dini,sejak masih kecil,sejak karakter anak masih murni belum terkontaminasi oleh derasnya arus lingkungan,yang akan banyak memberikan kontribusi,baik kontribusi yang positif maupun kontribusi yang negatif.
Terkadang secara tidak sadar,selaku orangtua,kita memberikan kontribusi negatif terhadap tumbuh kembang karakter anak,contoh kecil:

  1. Ketika kita sedang bercengkrama,berkumpul bersama anak-anak diruang keluarga sambil menonton tayangan sebuah acara,kita lupa mana yang boleh ditonton oleh anak dan mana yang tidak boleh ditonton sama anak,malahan tontonannya sama,apa yang ditonton orangtuanya,itu juga yang ditonton sama sang anak.
  2. Kemudian ketika kita selaku orangtua lupa bahwa apa yang diperintahkan orangtua terhadap sang anak adalah Pendidikan yang akan ditiru anak,misalnya:Kita menyuruh anak kita kasbon kewarung,dan lain sebagainya,apa yang kita perintahkan tersebut adalah sebuah kontribusi yang akan melekat dan tidak meutup kemungkinan suatu saat nanti anak kita akan melakukan hal yang sama pula,oleh karena itu,untuk menghindarkan hal-hal negatif diikuti oleh anak kita kelak,alangkah bijaknya jika kita selaku orangtua,senantiasa memerintahkan atau menyuruh anak kita pada sesuatu yang bersifat positif,dengan harapan,bahwa kelak anak kita akan melakukan sesuatu yang bernilai positif pula.
  3. Contoh lain,yang terkadang sesekali lupa,ketika terjadi perselisihan,pertengkaran,maupun pertentangan,janganlah sesekali dilakukan didepan anak,atau anak melihat,atau anak mendengarnya,karena dikhawatirkan apa yang dilihat anak,apa yang disaksikan anak,dan apa yang didengarnya,menjadi sebuah contoh jelek bagi mereka!
Demikian,sedikit berbagi,bukan bermaksud menggurui,semata hanya untuk mengingatkan dan menggurui diri saya pribadi,andai ada sedikit manfaat,alhamdulilah,semoga bermanfaat


Sabtu, 20 Januari 2018

TIPS MEMILIH SEKOLAH YANG TEPAT UNTUK ANAK

Tidak terasa ya,perasaan baru kemarin,kita mendaftarkan anak,baik ke jenjang SD,SMP maupun SMA,sekarang tinggal hitungan bulan,anak kita sudah akan melaksanakan ujian,siswa SD sekitar minggu kelima bulan April,SMP minggu keempat dibulan April dan anak kita yang di SMA sekitar minggu pertama dibulan April,kalau dihitung dengan jari berarti tinggal dua bulanan lagi,nah....ini yang harus benar-benar dipersiapkan:
  1. Belajarnya yang harus dioptimalkan,agar begitu masuk musim ujian,anak kita sudah "ready" dan siaptempur.
  2. Kelanjutan studinya
Point yang nomor dualah yang akan kita sharing,karena poin nomor dua pun tidak bisa kita abaikan,sama pentingnya dengan persiapan poin yang pertama,harus dipersiapkan dan direncanakan.
Kenapa melanjutkan sekolah atau studi putra putri kita harus dipersiapkan dan direncanakan?ini diantaranya jawabannya:
  1. Supaya putra pitri kita tidak salah dalam menentukan pilihannya.
  2. Supaya putra putri kita dapat melanjutkan sekolah kesekolah yang sesuai dengan minat,bakat dan kemampuannya.
  3. Supaya putra putri kita dapat senang,tenang dan nyaman disekolah atau kampus pilihannya.
  4. Supaya putra putri kita dapat sungguh-sungguh dalam belajarnya,karena biasanya jika mereka sekolah ditempat yang mereka idolakan,dapat memotivasi semangat belajarnya.
Apakah,menentukan sekolah pilihannya itu menjadi hak prerogatif anak?
Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak!
Karena ada dua tipe orangtua dalam hal ini,yaitu:
  1. Tipe orangtua yang menyerahkan sepenuhnya kepada putra putrinya,mau melanjutkan sekolah kemana juga dipersilahkan dan didukungnya.
  2. Tipe orangtua yang menentukan pilihan sekolah buat anaknya,suka atau tidak,pokonya kamu harus sekolah disekolah yang diinginkannya
  3. Tipe orangtua dan anak yang Demokratis,artinya antara orangtua dan anak terjalin sebuah komunikasi yang baik,sang anak tidak serta merta menentukan pilihannya ,akan tetapi mengkomunikasikannya terlebih dahulu dengan kedua orangtuanya,mendengarkan pertimbangan dan pendapat kedua orangtuanya,pun orangtuanya,tidak serta merta mengharuskan sang anak sekolah disekolah yang dipilihnya,akan tetapi sebelumnya dikomunikasikan terlebih dahulu dengan sang anak dan mendengar pendapat serta pertimbangkan,jika keduanya telah sama-sama mengerti dan sama-sama memahami pendapat dan pertinbangannya,akan lahir sebuah keputusan bersama.
Nah,yang manakah tipe kita,semua dikembalikan kepada pola pikir orangtua maupun anak,tetapi alangkah bijaknya jika:
  1. Orangtua tidak memaksakan kehendaknya kepada sang anak
  2. Anak tidak memaksakan kehendaknya kepada orangtuanya
  3. Berkomunikasilah dengan baik,antara orangtua dan anak agar terjalin sebuah keputusan bersama yang didasari oleh saling memahami dan saling mengerti.
Kalau sudah terbayang sebuah konsep seperti saya kemukakan diatas,dalam menghadapi masalah kelanjutan studi sang anak,maka langkah selanjutnya adalah memperhatikan kriteria-kriteria dibawah ini,agar ketika berkomunikasi dengan anak ataupun sebaliknya,sudah mempunyai dasar yang kuat didalam berargumen,inilah kriteria yang harus diperhatikan yang ada hubungannya dengan masalah kelanjutan studi anak:
  1. Nilai akademik sang anak,lihat dan analisis nilai akademiknya
  2. Setelah dianalisis akan tetapi orangtua tidak bisa menentukan tindak lanjutnya,maka Komunikasikanlah dengan bapak atau ibu gurunya disekolah,kemana cocoknya anak kita melanjutkan sekolah dengan perolehan nilai akademiknya.
  3. Analisis kecenderungan minat dan bakatnya,jika orangtua belum bisa menganalisis minat dan bakat anaknya,ini juga perlu dikomunikasikan dengan bapak dan ibu gurunya,yang inshaallah mempunyai kompetensi dibidang itu,dengan dan mintai saran dan pendapatnya, atau datang ke Psikolog anak untuk mengetahui potensi serta kecenderungan minat dan bakat  anak kita. 
  4. Jika sudah siap dengan semua argumen dan bukti akademik sang anak,maka segera komunikasikan dengan putra putri kita,sebelum pelaksanaan ujian,agar mereka sudah mempunyai pegangan tentang kelanjutan studinya,memang seharusnya (walaupun bukan sebuah keharusan),antara orangtua dan anak sudah menentukan pilihan kelanjutan studinya kelak,begitu sang anak memasuki kelas 6 untuk SD,kelas VII untuk SMP dan kelas X untuk SMA,agar mereka lebih dini mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
Demikian tips memilih sekolah yang tepat untuk anak atau putra putri kita,mudah-mudahan bermnfaat,kurang lebihnya mohon maaf!
"Warisi anak kita dengan ilmu,karena ilmu tidak akan habis dibagi,dan tidak akan hilang dan terbuang"

Rabu, 17 Januari 2018

MENGENAL DAN MENGEMBANGKAN KECERDASAN PESERTA DIDIK

Berawal dari diskusi disebuah media sosial dengan rekan dan teman sejawat,namanya ibu HALMAHERA D'ALIA,beliau adalah seorang guru penulis yang telah merilis sebuah buku,yang diberi judul,"JANGAN PANGGIL AKU USTADZAH".
Ketertarikan saya,dimulai ketika sesampainya ditempat kerja,sambil menunggu waktu pemantapan tiba,sekitar pukul 06.30-07.30,iseng-iseng sarapan pagi dengan membuka akun Facebook saya,dan begitu terbuka,Time Line nya Bu Alia lah yang berada urutan paling atas,beliau meng-upload poto kegiatan peserta didiknya,berikut update-an status yang memperjelas cerita poto kegiatannya,inilah kutipan statusnya:
"Senin pagi selepas upacara bendera.  Siswa laki-laki sedang melakukan kegiatan peduli lingkungan dengan membersihkan sampah plastik di belakang dan disamping kelas 91&9.3. Terima kasih untuk siswa ibu yang rela berkorban untuk membersihkan sampah."
 Dan,ini salah satu poto kegiatannya:
Namun,bukan dari opening statusnya yang menyulut ketertarikan saya,sehingga kemudian saya terinsfirasi untuk membuat artikel ini,untuk kembali mengingat hasil seminar dan workshop yang saya pernah ikuti,yang selaras dengan tema diskusi tersebut,dan...inilah kutipan diskusi lainnya,yang membuat saya terinsfirasi:
"Iya pak Suherman Komara. Dari adanya kegiatan ini, saya jadi tahu karakter siswa.  Ada yang malas saat belajar,  tapi ketika diajak membersihkan sampah dia sangat antusias dan paling rajin bersihinnya@aldin"
 Dan dibalas oleh saya seperti ini:
"Jadi ingat teori Howard Gardner yg mengklasipikasikan 8 kecerdasn anak,diantaranya adalah Nature smart (kecerdasan naturalis),nah..Anak yang memiliki kecerdasan naturalis ini sangat suka bermain di alam,menyukai binatang, memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dan suka dengan tanaman,barangkali anak tsb memiliki Nature Smart,dan itu adalah potensi,yg hrs dibina dan dikembangkan"
Itulah kronologis,tersusunnya obrolan dan diskusi di facebook,sehingga kemudian saya buat menjadi sebuah artikel,yang menyadarkan kita bahwa setiap orang,termasuk kita sebagai guru,bisa menjadikan media sosial tersebut sebagai sarana saling berbagi,saling menginsfirasi dan sebagai sarana diskusi.
Akhirnya,saya minta izin sama bu HALMAHERA D'ALIA,untuk mengutif sebagian komentar beserta potonya,dan...beliau meng-iyakannya,pertanda beliau tidak keberatan untuk hal yang saya maksudkan,berikut artikel yang akan saya coba bagikan,mudah-mudahan bermanfaat:

MENGENAL DAN MENGEMBANGKAN KECERDASAN PESERTA DIDIK
Pernahkah suatu hari,kita mengalami keadaan yang membuat perasaan puyeng,karena kita dihadapkan pada sosok seorang siswa.yang sudah berbagai metode dan pendekatan,masih....saja belum faham dan mengerti dengan apa yang kita sampaikan,tiap evaluasi,hasilnya selalu...dibawah KKM,kalau bukan guru,mungkin kita sudah menjudge anak tersebut dengan kata "BODOH",namun,karena kita guru,kita mengetahui bahwa tidak ada anak yang bodoh,semua anak memiliki kecerdasan,hanya kemungkinan belum dapat dikenali atau dieksplor oleh kita,dan...untuk mengenalnya,itu sebuah keniscayaan sebagai seorang guru,agar kita tidak hanya mengenal kecerdasan mereka itu dari satu sisi saja dengan mengabaikan kecerdasan lainnya yang masih tersembunyi,mari kita kenali kecerdasan tersebut,kecerdasan apa sajakah itu?
Menurut Howard Gardner,seorang pakar pendidikan yang pertama kali memperkenalkan teori Multiple Intelligences (MI) atau kecerdasan jamak,Howard membagi kecerdasan itu kedalam 8 kelompok kecerdasan sebagai berikut:
1.WORD SMART (Kecerdasan Linguistik),kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan anak dalam hal berbahasa,baik dalam bentuk tulisan maupun saat dia berbicara.
Cara mengidentipikasinya:
  • Bisa mengeja kata dengan cepat dan baik
  • Suka membaca
  • Suka menulis
  • Suka berbicara
  • Senang mendengarkan cerita 
 Cara mengembangkannya:
  •  Berikanlah buku-buku cerita yang edukatif
  • Berikan alat permainan edukatif (APE),seperti mainan yang berkaitan dengan hurup dan kata yang dapat menstimulasi kecerdasannya,
  • Berikan kertas untuk menulis (kertas tulis,buku diary) 
  •  Ajak bercerita atau mendengarkan cerita
  • Ajak mendongeng atau mendengarkan dongeng 
  • Jalin komunikasi yang intens dengan anak
2.NUMBER SMART (Kecepatan Logika atau Matematis),kecerdasan  ini berkaitan dengan ketertarikan anak terhadap angka-angka,menyukai matematika,serta hal-hal lain yang ada hubungannya dengan sains maupun logika.
Cara mengidentipikasinya:
  • Anak menyenangi matematika dan semua yang berhubungan dengan angka-angka 
  •  Anak menyukai sains dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sains.
Cara mengembangkannya:
  • Berikan Alat Permainan Edukatif yang berhub ngan dengan alat berhitung,balok mainan,puzle yang berhubungan dengan dunia matematik 
  • Berikan Alat Permainan Edukatif yang berhubungan dengan sains
  • Ajak dan bawalah anak untuk mengunjungi museum Ilmu Pengetahuan atau Museum lain yang berhubungan dengan sains. 
  • Ajaklah anak bermain permainan yang edukatif seperti bermain monopoli atau permainan berhitung lainnya.
3.SELF SMART (Kecerdasan Intrapersonal),Kecerdasan ini dapat dikenali dari sikap anak yang cenderung suka menyendiri,namun pandai mengatur emosi dengan baik,berambisi dan sejak kecil sudah mempunyai cita-cita besar apabila kelak dia dewasa.
Cara mengidentipikasinya:
  • Suka bermain sendiri 
  • Susah bersosialisasi
  • Jika ditanya cita-citanya kelak,dia bisa menjawab dengan baik
  • Rasa percaya dirinya tinggi
  • Bisa mengkomunikasikan perasaannya dengan baik kepada orang-otang disekelilingnya.
Cara mengembangkannya:
  • Berikan tempat yang nyaman dan aman,sebagai tempat bermainnya.
  •  Berikan fasilitas bermain yang edukatif,sesuai peruntukannya,misalnya boneka jika anaknya perempuan,serta mainan yang sesuai untuk anak laki-laki
  • Ajak untuk berkomunikasi mengenai perasaan dan pendapatnya. 
4.PEOPLE SMART (Kecerdasan Interpersonal),anak yang memiliki kecerdasan seperti ini,cenderung lebih senang bermain dengan orang banyak.
Cara mengidentipikasinya:
  • Suka bersosialisasi dengan banyak orang 
  •  Memiliki empati tinggi
  • Pandai memahami perasaan oranglain disekitarnya 
  • Dominan diantara teman-temannya sehingga terkadang menjadi Leader dikelompok bermainnya.
 Cara mengembangkannya:
  • Masukan ke sekolah bermain peran,teather atau drama
  • Ajaklah ssering mungkin,anak kita untuk bersosialisasi 
5.MUSIC SMART (Kecerdasan Musikal),kecerdasan ini adalah kecerdasan yang paling mudah dilihat,baik oleh guru maupun oleh orangtua dirumah,namun kita harus pandai mengidentipikasi.
Cara mengidentipkasinya:
  • Anak Suka bernyanyi atau bergoyang,tidak tahan begitu mendengar musik.
  • Suka mengingat musik
  • Kalau dikelas suka memukul-mukul bangku atau alat musik seperti gendang,gong,alat musik rebana dan yang lainnya. 
  •  Antusias ketika mengikuti mata pelajaran seni musik 
  •  Antusias ketika tampil mementaskan sebuah tarian
 Cara mengembangkannya:

  • Berikan alat musik mainan
  • Sekolahkan disekolah musik jika usianya telah   cukup 
  • Ajaklah bermain musik bersama,bernyanyi bersama dan mendengarkan musik bersama.
  • Jika ada konser,ajaklah nonton konser bersama,tentu sajs disesuaikan dengan perkembangan usianya. 
6.PICTURE SMART (Kecerdasan Spasial)
Cara mengidentipikasinya:
  • Anaknya hobi menggambar
  • Antusias ketika diberi tugas untuk menggambar
  •  Suka mencurat coret kerta atau buku
  • Antusia ketika diberi tugas newarnai gambar
  • Suka membentuk bangun dari susunan balok atau benda lain
  •  Suka berimaginasi dan menuangkan hasil imaginasi nya pada kertas,buk gambar,tembok atau media lain.
Cara mengembangkannya:
  • Berilah buku gambar,kanvas atau media lainnya untuk menggambar 
  • Berilah perlengkapan menggambar selai buku gambar,misalnya cat air,kuas gambar,crayon atau pensil warna.
  • Ajaklah berkunjung ke museum seni 
  • Masukan ke privat melukis atau ke tempat khusus yang konsen dalam mengembangkan minat dan bakat dibidang melukis. 
7.BODY SMART (Kecerdasan Kinetik)(kecerdasan kinetik),anak yang memiliki kecerdasan kinetik itu sangat aktif disegala bidang,misalnya dibidang olahraga dan dibidang seni serta suka memoelajari berbagai benda yang ada dihadapannya.
Cara mengidentipikasinya:

  • Anaknya senang berolahraga 
  •  Senang membuat prakarya
  • Senang menonton pertunjukan olahraga,misalnya sepakbola,balet,teater maupun drama. 
Cara mengembangkannya:
  • Berilah perlengkapan olahraga,kalau masih kecil bisa dengan memberikan  alat olahraga maian,dan kalau sudah cukup umur berilah mainan olahraga sungguhan,seperti sepedah olahraga,raket badminton,skiping (alat untuk lompat tali),dan yang lainnya.
  • Bimbing untuk membuat prakarya atau sebuah produk,bisa dengan kardus bekas,tanah kempung atau media lainnya.
8.NATURE SMART (Kecerdasan Naturalis),anak yang memiliki kecerdasan ini,suka sekali bermain dialam,menyukai binatang,peduli terhadap lingkungan serta suka bercocok tanam.
Cara mengidentipikasinya:

  • Antusias ketika diajak keluar ruangan kelas 
  • Antusias ketika diajak kerja bhakti atau mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan lingkungan disekitar sekolah
  • Antusias ketika diajak bercocok tanam,misalnya menanami taman sekolah,mengurus taman sekolah,dan lain-lain.
Cara mengembangkannya:
  • Berilah tanggungjawab untuk memelihara taman sekolah 
  • Bimbing dia untuk mengaktualisasikan konsep keinginannya,sesuai bakat dan minatnya dibidang pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan.
  • Berilah binatang peliharaan yang disukainya misalnya kucing,kelinci,hammer,ikan hias untuk dijaga dan dipelihara 
Demikian 8 kecerdasan anak,yang saya peroleh ketika mengikuti seminar maupun workshop,dan saya tuliskan kembali,kurang lebihnya mohon maaf,semiga bermanfaat! 

 Daftar Referensi:

  • Ilustrasi poto dokumen dari ibu HALMAHERA D'ALIA 


Senin, 15 Januari 2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA


Berpikir kritis bukanlah berpikir biasa,yang hanya cukup simple dan sederhana,bukan hasil kesimpulan dari sebuah proses maupun kesimpulan dari hasil sebuah analisis dan proses hasil evaluasi yang kompleks,karena berpikir kritis adalah berpikir pada sebuah tingkat atau level yang lebih tinggi dan kompleks,dengan menggunakan berbagai proses analisis dan proses evaluasi terhadap informasi yang didapatkan,baik yang didengar,dilihat maupun dibacanya.
Menghadapi era globalisasi dan era digital saat ini,peserta didik kita harus dibekali konsep berpikir kritis sejak dini,sebagai bekal awal mereka untuk mengarungi samudra kehidupan yang semakin lama itu semakin sulit didapat,berbeda terbalik dengan fakta yang ada,karena diera globalisasi dan era digitalisasi ini,apapun mudah ditemukan,akan tetapi susah untuk diperolehnya.
Salah satu contoh yang mudah kita temukan dan mudah kita peroleh adalah dibidang IMPORMASI,impormasi di era digital saat ini,begitu mudah dan gampang didapat,hanya dalam sekali klik,ribuan inpormasi hadir dilayar hanphone ataupun layar komputer peserta didik kita,jika mereka tidak dibekali konsep berpikir kritis sejak dini maka ini konsekwensinya:
  1. Peserta didik kita akan menilai semua inpormasi yang diperolehnya,baik melalui dunia maya maupun diperoleh didunia nyata,akan dinilai valid oleh mereka,mereka akan melahap langsung tanpa melalui proses analisis dulu,tanpa melalui filter dulu,apakah inpormasi itu valid atau tidak,apakah inpormasi itu BENAR atau TIDAK!
  2. Peserta didk,tidak akan bisa membedakan mana yang relevan atau tidak,dimatanya semuanya relevan,tetapi andai mereka sudah dibekali konsep berpikir kritis,hal itu kemungkinan besar tidak akan terjadi,sebelum memutuskan relevan atau tidaknya,mereka terlebih dahulu akan menganalisisnya dengan baik lalu menyimpulkan bahwa:hal itu tidak relevan,hal ini tidak baik,dan kesimpulan positif lainnya.
  3. Peserta didik tidak akan bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang opini,dalam pandangannya,semuanya sama,namun,jika dalam dirinya sudah terbentuk konsep berpikir kritis,mereka akan mengetahui dan memahami mana yang FAKTA dan mana yang OPINI,mana informasi yang BENAR dan mana informasi HOAX
  4. Peserta didik tidak akan mampu mengidentipikasi,tapi andai konsep berpikir telah tertanam dan menjadi habit dalam kesehariannya,mereka akan mahir mengidentipikasi suatu masalah.
  5. Peserta didik tidak akan mampu mencari SOLUSI,tapi andai mereka MAMPU berpikir kritis,mereka akan mampu mencari dan menemukan solusi
  6. Peserta didik tidak akan mampu membuat dan mempertahankan GAGASAN,tapi andai mereka bisa berpikir kritis,mereka akan bisa membuat gagasan dan handal mempertahankan gagasannya tersebut.
  7. Peserta didik tidak akan mampu membuat perbandingan dan membuat kesimpulan
Dan,ini konsekwensi yang akan diperoleh jika peserta didik kita sudah mampu BERPIKIR KRITIS:
  1. Lebih cepat memahami apa yang bapak dan ibu guru sampaikan ataupun lebih cepat memahami apa yang orang lain sampaikan
  2. Memiliki banyak ide dan gagasan
  3. Memiliki banyak alternatif jawaban sesuai konteks permasalahan yang dihadapi
  4. Menjadi seseorang yang mandiri
  5. Mampu melakukan berbagai aktivitas
  6. Menjadi seseorang yang selalu optimis dalam kesehariannya
  7. Selalu berpikiran positif (positive thinking)
  8. Memiliki kemampuan diatas rata-rata jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
  9. Memiliki keingintahuan yang tinggi
Lalu,bagaimana cara seorang guru untuk meningkatkan kemampuan BERPIKIR KRITIS siswanya,ini dia TIPS dan TRIKnya:
  1. Bimbing peserta didik untuk MENCARI TAHU bukan DIBERI TAHU
  2. Bimbing peserta didik secara berkala untuk belajar memfokuskan pertanyaan dari sebuah kasus atau pertanyaan yang menantang,kemudian menganalisis dan menyusun pertanyaan serta menyimpulkannya.
  3. Beri kesempatan kepada siswa,untuk menjawab asumsi-asumsi yang ada dibenaknya,jangan biarkan asumsi yang ada menjadi sesuatu yang sia-sia tanpa mendapatkan jawaban,atau jangan biarkan asumsi yang dikemukakan hanya menjadi bahan pertanyaan buat orang lain dan diabaikan oleh orang yang memi liki asumsi tersebut,ingat,semua orang mampu berasumsi,namun sedikit orang yang mampu menjawab dan memecahkan asumsi tersebut,hanya orang-orang yang berpikir kritislah yang mempunyai kompetensi untuk itu,dan ingat juga,bahwa sebuah asumsi merupakan konsep dasar berpikir kritis seseorang.Kita sebagai guru dan orangtua sering menemukan celoteh anak yang terkadang kita sebut sebagai anak bawel karena banyak bertanya ini dan itu,yang membuat kita sebagai guru atau orangtua,lelah untuk meladeni semua keingintahuannya,contoh ilustrasinya:
  • Anak:"Mamah,itu apa yang terbang?"
  • Orangtua:"Burung Nak!"
  • Anak+"burung itu apa?;kenapa burung bisa terbang?,dan pertanyaan-pertanyaan lain,yang biasanya kita tepis dan kita abaikan,padahal,jika kita bisa mengarahkanya,itu akan mejadi sebuah pondasi kuat kedepannya,anak kita akan mampu berpikir krits.
Orang yang berpikir kritis tidak selalu berkonotasi negatif,bahwa,katanya:
  • Tukang KRITIK
  • Tukang PROTES
  • Tukang COMPLAIN
  • Banyak bicara
  • Dan lain sebagainya
Berpikir kritis diperlukan dalam semua aspek kehidupan,demikian,kurang lebihnya mohon maaf,semoga bermanfaat!