Senin, 23 Juli 2018

GENERASI MILENIAL :DAMPAK POSITIFNYA BAGI GURU



Istilah ini,akhir-akhir ini Familiar kita dengar,sering diucapkan dan disandingkan dengan kata yang lainnya,contoh:
  • Suara generasi MILENIAL menjadi rebutan.
  • Generasi MILENIAL mulai dilirik para kontestan
  • Dan contoh-cintoh lainnya yang sering kita dengar
Lalu,apa ya Deskripsi dari istilah ini??
Itu salah satu pertanyaan yang mengemuka dihati saya,karena seringnya mendengar istilah tersebut.
Untuk mencari jawabanya,akhirnya saya googling sana sini mencari kejelasan dari deskripsi istilah tersebut,dari sekian banyak jawaban yang muncul,inilah akhir pencarian saya di google:
  • Menurut https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial,disana dibahas panjang lebar tentang istilah Milenial tersebut,namun kuambil intisarinya yang sesuai dengan jawaban pertanyaannya,bahwa:
  1. Milenial (juga dikenal sebagai generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X).
  2. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awak 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok Milenial ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahirannya. 
"Berarti,kita yang lahir sebelum 1980-an bukan generasi Milenial lagi dong?"
Baru juga satu istilah terjawab,timbul lagi pertanyaan baru,wajar...jika terjawab satu pertanyaan,tumbuh lagi seribu pertanyaan,itu artinya kita termasuk orang yang kritis,selalu ingin tahu dan penasaran dengan hal-hal yang baru.
Usia memang tidak mungkin disembunyikan,bahwa kenyataannya kita bukan lahir di era 1980-an dan kita tidak termasuk kedalam kelompok Generasi Milenial,jangan berkecil hati,malahan kita harus bangga bahwa:
  1. Kita diberi kesempatan untuk mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial
  2. Kita masih diberi usia panjang sehingga dapat menyaksikan tumbuh kembang generasi Milenial
  3. Kita masih diberi kesempatan untuk mengetahui,mengalami dan merasakan tantangan dan hambatan mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial.
Lalu,bagaimana karakteristik generasi Milenial ini?
Menurut wikipedia yang saya jadikan rujukan ketika menulis artikel ini,bahwa karakteristik generasi Milenial ini ditandai dengan Peningkatan penggunaan dan keakraban dengan :
  1. Komunikasi,
  2. Media dan 
  3. Teknologi digital.
Ketiga hal tersebut diatas,memang akrab dengan generasi milenial,lihatlah "kids zaman now",mereka tidak terlppisahkan dengan perangkat komunikasi seperti Handphone dan barang sejenisnya dengan berbagai merk dan kecanggihannya tidak diragukan lagi.
Kemudian Media,yang begitu beragam seperti:
  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Instagram
  • Pinterest
  • Tumblr
  • Filckr
  • Linkedln
  • Dan lai-lain
Semua itu,akrab dengan generasi Milenial,malahan kita selaku orangtua atau guru kalah pintar dengan mereka dalam hal bermedia sosial ini.
Satu lagi yang akrab dengan generasi Milenial,yaitu Teknolog Digital,mari kita kenang masa lalu zaman baheula kita,yang ketika itu kita menggunakan Teknologi analog:
  • Ketika kita mau kirim surat,berjam-jam kita buat,beli perangko dan amplop lalu kita kirimkan ke kantor pos atau kotak surat,seminggu kemudian baru dapat balasannya,nah...di era teknologi digital saat ini,tinggal ketik via Handphone lalu klik kirim atau send,hitungan detik sudah dapat balasannya
  • Doeloe ketika seorang guru akan membuat persiapan mengajar atau membuat administrasi kelas dan perangkat pembelajaran lainnya,dibuat dengan cara diketik pada mesin tk atau digambar pada karton memakai spidol ketika ingin membuat alat peraga,kini,tinggal ketik di Laptop atau membuat file Presentasi dengan format powerpoint,jadilah perangkat pelengkap kegiatan belajar mengajar.
  • Itulah contoh kecil sebagian perbedaan,hambatan dan kemudahan zaman baheula dengan zaman sekarang atau era Teknologi analog dengan teknologi digital saat ini.
Lalu,dimana letak dampak positifnya,ketika kita sebagai guru menjadi bagian dari generasi milenial,letaknya adalah bahwa ketika menjadi seorang guru dari generasi Milenial,inilah dampak positifnya bagi guru:
  1. Guru menjadi lebih inovatif
Artinya,seorang guru lebih termotivasi untuk meningkatkan dan mendayagunakan kemampuan serta keahliannya,guru harus mulai berpipikir inovatif,karena yang mereka hadapi adalah peserta didik dari generasi milenial yang kritis dan cerdas,yang tidak bisa dihadapi dengan kompetensi yang seadanya,peserta didik seperti itu harus dihadapi dengan persiapan yang matang,jika tidak,bersiap-siaplah untuk terpojok.
2.  Guru menjadi Guru pembelajar
Artinya setiap saat akan selalu meng-upgrade dirinya,kemampuannya,tidak berhenti belajar dan belajar,tidak hanya menyuruh  peserta didik belajar akan tetapi juga menyuruh sang guru belajar,mempunyai keinginan untuk BISA dan MAU BELAJAR.
3.  Guru menjadi kebih kreatif
Dalam hal ini guru mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya didalam kelas,kreatifitasnya muncul ketika masalah menghadapinya,ingatlah bahwa guru juga manusia yang tidak sempurna,artinya jika didalam kelas guru bukanlah satu-satunya sosok yang serba bisa,serba pandai,serba tahu dan julukan-julukan lain yang terkadang memahat rasa malu jika hal itu terjadi,kita menjadi sosok yang takut dibilang tidak bisa,tidak tahu dan tidak cerdas oleh peserta didik,abaikan rasa itu,artinya kita sebagai guru haruslah menjadi guru yang berpikir kreatif,di era milenial ini banyak hal yang dapat dijadikan guru atau tempat berguru,jika kita menemukan masalah dikelas,salah satu solusi kreatifnya adalah kita cari jawabannya di media-media online,atau komunitas-komunitas pendidikan online yang diikuti,coba ketik masalah pembelajaran yang dihadapi,searching kemudian analisi,setelah yakin bahwa yang kita temukan itu adalah jawaban benar dari masalah yang dihadapi tersebut,maka aplikasikanlah untuk memecahkan masalah tersebut.
4.  Guru menjadi lebih kritis
Yang saya maksud adalah kritis terhadap intern diri kita,kita kritisi diri kita,terutama apa yang menjadi hambatan dan kekurangan diri kita terhadap profesi yang kita emban,
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi,bukan bermaksud menggurui!
Terimakspasih sudah mampir diblog kami!

Referensi:
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial
  • Foto dokumen pribadi 

Selasa, 17 Juli 2018

HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH,MASALAH DAN SOLUSINYA

Begitu kaki menginjak halaman sekolah,wajah-wajah sumringah menyambut kedatanganku,tangan-tangan mungil itu pun menjulur mengucap salam,tanpa menunggu dulu kakiku memarkir kendaraan,langsung menyerbuku dengan sejuta rasa kangen  menggebu,setelah sekian lama berlibur.
Diantara wajah-wajah lugu itu,terdapat wajah-wajah baru,dengan pakaian serba baru,mengikuti kakak-kakak kelasnya,menyambutku dengan malu-malu,kusambut tangan silatutahmi mereka dengan penuh kehangatan dibarengi dengan kalungan seuntai doa,agar peserta didik baruku,menjadi anak yang soleh dan soleha,rajin belajar,berguna kelak bagi Nusa,Bangsa dan Agama,kata Amin pun menggema dari orangtua yang mengantar mereka kesekolah.
Selesai bersilaturahmi,kutengok kelas baru mereka,ternyata didalam kelas lebih sibuk lagi,para orangtua,sibuk mencarikan tempat duduk buat anaknya,masing-masing ingin anaknya duduk dibarisan bangku paling depan,Subhanallah....begitu sayangnya mereka,begitu pedulinya mereka sampai tempat dudukpun mereka perhatikan,walaupun pada selanjutnya,tempat duduk anaknya tersebut,tentu akan selalu berpindah-pindah,dirotasi oleh bapak dan ibu gurunya,agar para siswa tidak duduk ditempat yang sama sepanjang tahun.
Kita tinggalkan dulu,hiruk pikuk eporia  peserta didik baru kita karena dibalik hal tersebut ada cerita lain yang mewarnai nuansa pagi,baik disekolah terlebih lagi dirumahnya masing-masing,apa sajakah itu,ini lah cerita dan bahasannya.
  1. Dirumah
Suasana pagi dirumah peserta didik baru,lebih seru dan lebih beragam problematikanya,apa sajakah itu,ini diantaranya:
  • Anak susah bangun
Drama anak susah bangun dipagi hari adalah permasalahan klasik,yang setiap orangtua pernah mengalaminya,berbagai bujuk rayu tidak mempan menghalau semuanya,orangtua terutama sang Bunda dibikin geleng-geleng kepala,kesabaran orangtua diuji dan dipertaruhkan,gunakan berbagai cara dan bujuk rayu,saya yakin setiap orangtua punya seribu satu cara agar anaknya bangkit dari tempat tidur lalu mandi dan sarapan,setelah itu sang anak berlenggang dengan senang menuju sekolah barunya.
  •  Rewel
Rewel itu normal bagi seorang anai,namanya juga anak-anak,demikian obat mujarab untuk menghadapinya,lagi-lagi kesabaran oraangtua diujindan dipertaruhkan,walaupun tidak semua anak rewel,namun  dominasi anak seusia itu,pasti rewel ketika emasuki saatnya pergi kesekolah.
  • Tidak mau berangkat sekolah
Ini juga merupakan bagian dari drama anak dipagi hari menjelang berangkat sekolah,tidak mau berangkat sekolah,anak menjadi susah diajak pergi sekolah,berbagai cara dan metoda dilakukan oleh kedua orangtuanya ,agar sang anak mau berangkat kesekolah.
  • Manja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,pengertian manja adalah: manja/man·ja/ a 1 kurang baik adat kelakuannya karena selalu diberi hati, tidak pernah ditegur (dimarahi), dituruti semua kehendaknya, dan sebagainya: karena anak bungsu, ia sangat --; 2 sangat kasih, jinak, mesra (kepada): anak itu sangat -- kepada kakeknya; kucing itu -- sekali kepada tuannya;
Tapi,manja yang saya maksud ketika anak susah berangkat sekolah adalah anak tidak mau berangkat sekolah jikalau tidak diantar oleh ibunya,atau bapaknya,atau,anak tidak mau berangkat sekolah andai tidak diberi bekal yang banyakoleh kedua orangtuanya. 
 2.Disekolah
Disekolah pun,ketika peserta didik baru tersebut sampai disekolah, tidak luput dari problem,diantaranya yaitu: 
  •  Tidak mau ditinggal oleh orangtuanya
 Sesampainya peserta didik disekolah,kemudian bangku juga sudah didapatkannya,timbulah masalah baru,sang anak tidak mau ditinggal oleh orangtuanya,ibunya harus duduk bersamanya dikelas,menemaninya belajar,ditinggal sedikit saja nangis,dicoba sebentar saja dengan cara keluar kelas,merengek.
  • Susah bersoaialisasi
Mungkin,karena lingkungannya lingkungan baru,teman baru,guru baru dan semua serba baru yang menyebabkan peserta didik baru tersebut susah bersoailisasi atau bergaul baik dengan teman-temannya sesama peserta didik baru maupun dengan kakak-kakak kelasnya,pun dengan bapak dan ibu gurunya,wajar jika hal itu terjadi pada awal tahun pelajaran,namun jika terus berlanjut setelah sekian lama terjadi,hal itu menjadi tugas dan kewajiban guru maupun orangtua untuk bersama-sama mencari solusi agar tidak terus berlarut-larut. 
  • Takut sama temannya
Takut sama teman disaat pertama kali masuk sekolah,mungkin wajar-wajar saja bagi merekamereka,mengingat mereka baru pertama kali bertemu dan belum akrab,sehingga anak cenderung kelihatan takut bergaul sama teman barunya,mudah-mudahan seiring berjalannya waktu,seiring seringnya mereka bersosialisasi,rasa takut itu berganti menjadi sebuah keberanian,mereka menjadi berani bersoasialisasi dan bergaul dengan teman barunya, 
  • Takut sama bapak atau ibu gurunya  
Takut sama bapak ibu gurunya?Memang ada?Mungkin itu sebuah pertanyaan yang menggelitik untuk dijawab,jawabannya adalah,bisa iya bisa tidak,artinya mungkin saja kita sebagai guru menemukan hal seperti itu,anak seolah takut berhadapan dengan guru barunya,disinilah jurus pamungkas guru diuji,bagaimana guru bersikap dan berbuat,yang bisa merubah image siswa seperti itu,dalam hal ini,guru telah dibekali dan mempunyai kompetensi yang mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah yang kemungkinan terjadi.
Demikian,mohon maaf bukan bermaksud menggurui,hanya sedikit berbagi,mudah-mudahan ada guna dan manfaat.
Terimakasih telah mampir di blog kami!


Referensi:

  •  Foto dokumen pribadi




Sabtu, 07 Juli 2018

MENDIDIK DENGAN METODE KLASIK:"BAWEL"


Yang Pernah ngalamin masa kanak-kanak,tentu familiar dengan kata CEREWET ini,hehe...apapun persepsinya terhadap istilah tersebut,darimanaoun sudut pandang anda tentang istilah ini.Hampir tiap saat ketika masih kecil  kita dicerewetin, baik sama kedua orangtua kita maupun sama Kakek dan Nenek kita:
  1. "Kakak...ayo bangun!"
  2. "Adek....cepet tidur,jangan nonton TV terus!"
  3. "Neng,rapihin tempat tidurnya!"
  4. "Jangan bicara kalau lagi makan"!
  5. "Dengarkan kalau orangtua lagi bicara!"
  6. "Ayo,belajar!Buka buku pelajarannya,jangan lupa Peernya kerjakan!"
  7. "Jangan lupa,kalau mau tidur beedoa dulu!"
  8. Dan masih banyak lagi kenangan manis kita dimasa kecil yang masih terngiang ditelinga kita hingga saat ini.
Dan...kita saat ini adalah produk kecerewetan kedua orangtua kita dulu,cerewetnya mereka adalah:

  1. Kasih sayangnya
  2. Perhatiannya
  3. Kepeduliannya
  4. Cara / metodenya untuk mendidik kita
Terbukti,banyak hal positif yang kita rasakan saat ini dari kecerewetan atau kebawelan kedua orangtua kita dulu,dan banyak memberikan kontribusi positif bagi tumbuh kembang kita,Pembentukan karakter serta Mental sosial kita.
Dan.., banyak diantara kita yang menyandingkan istilah CEREWET ini dengan kata BAWEL,apa benar CEREWET sama dengan BAWEL??
Mari kita telusuri arti dari tiap istilah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,bahwa:
  1. cerewet/ce·re·wet/ /ceréwét/ a suka mencela (mengomel, mengata-ngatai, dan sebagainya); banyak mulut; nyinyir; bawel: pembantu rumah tangga tidak suka bekerja pada nyonya rumah yang --;
  2. bawel/ba·wel/ /bawél/ a suka mencela; cerewet
Setelah ditelusuri makna dari kedua istilah tersebut,kita semua pasti berkesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signipikan dari kedua pengertian istilah diatas,malahan kita terkadang menari kesimpulan bahwa kedua istilah tersebut sama pengertuannya,CEREWET ya BAWEL,jadi andai ada diantara anak-anak ataupun orang dewasa yang menyandingkan istilah CEREWET dengan istilah BAWEL,kita tidak dapat menyalahkannya.
Sudahlah,semua saya serahkan pada anda,saya tidak akan fokus pada perbedaan ataupun persamaannya,namun yang akan saya bedah,adalah makna tersembunyi dari setiap kata BAWEL tersebut seperti berikut:

  1. Behavior
  2. Ability
  3. Warning
  4. Earnest
  5. Laudable

Baiklah kita perluas bahasannya satu persatu:
  1. Behavior adalah sikap atau tingkah laku atau tindak tanduk seseorang,jadi dengan seringnya orangtua kita bawel terhadap apapun yang menurut mereka laik untuk dibawelin,terutama yang menyangkut dengan sikap,tingkah laku serta tindak tanduk kita,diharapkan selalu sesuai dengan norma atau aturan,baik norma keluarga,norma Agama,serta Norma dan aturan lain yang berlaku dimasyarakat,baik yang tertukis maupun yang tidak tertulis.
2.Ability adalah Kecakapan,bakat atau Kemampuan,jadi ketika kita dibawelin kemudian kita ikuti dan turuti,insyaallah kecakapan,bakat serta kemampuan kita akan berubah lebih baik,contohnya ketika orangtua kita menyuruh untuk belajar,menyuruh untuk segera pergi ketempat Les,dan sejenisnya,jika kita menurut pada mereka,inshaallah Kecakapan,bakat dan kemampuan kita semakin lebih baik.
3.Warning artinya  Peringatan,jadi bawelnya mereka adalah warning atau peringatan agar kita senantiasa baik,senantiasa jadi anak yang penurut,jadi anak yang selalu patuh dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik serta tidak melakukan kesalahan yang sama.
4.Earness artinya bersungguh-sungguh,orangtua kita ngebawelin kita ,bertujuan agar kita  selalu bersungguh-sungguh atau serius dalam segala hal.
5. Laudable artinya patut dipuji.Orangtua kita bawel bermaksud agar kita menjadi anak yang patut dipuji dan menjadi anak yang terpuji,sopan terhadap kedua orangtua,guru,teman dan sahabat serta masyarakat sekitarnya.
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi mohon maaf bila berbeda sudut pandang dalam menafsirkan arti BAWEL,yang jelas BAWELnya kita terhadap anak-anak kita atau BAWELnya dulu orangtua kita terhadap kita adalah sebuah Cara atau Metode yang mereka ketahui dan mereka yakini untuk mendidik kita agar menjadi anak yang berbakti terhadap kedua orangtua,Agama,Bangsa dan Negara,serta menjadi anak yang pberkarakter.
Terimakasih telah mampir di blog kami!

Daftar Referensi:



  1. https://kbbi.web.id/cerewet
  2. https://kbbi.web.id/bawel
  3. Foto dokumen pribadi

Tulisan ini saya dedikasikan buat :

  1. Keluargaku tersayang:"Maaf,Ayah selalu BAWEL!💞
  2. Murid-muridku semua:"Maaf juga,BAWEL!"💞

Jumat, 06 Juli 2018

JEJAK WORKSHOP MENULIS BUKU :"MENULIS ITU MUDAH?"

Alhamdulilah...sampai juga dirumah,berkumpul kembali bersama keluarga tercinta,setelah ditinggal selama dua hari,karena saya diberi tugas untuk mengikuti workshop menulis buku,yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat,dari tanggal 5-6 Juli 2018 bertempat di Vila Lemon.
Sambil selonjoran,ditemani secangkir teh manis,kucoba menyusun kembali jejak-jejak hasil workshop yang sempat tercecer dari ingatanku,agar dapat saya  getoktularkan  kembali pada teman dan sahabat,dengan harapan kelak berguna serta bermanfaat.
Ada sesuatu yang membekas dan menggelitik dari pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Asep Rachmat selaku pemateri sekaligus Koordinator Pengawas Kabupaten Bandung Barat,beliau menyampaikan bahwa:
"Menulis itu sesungguhnya mudah,karena hanya menggabungkan 26 hurup mulai dari hurup A sampai dengan Z ditambah angka 0 sampai 9 dengan dihiasi tanda baca".
Mendengar apa yang disampaikan beliau tersebut,hati saya bergumam saat itu juga:
"O iya yah,apa susahnya merangkaikan hurup-hurup tersebut,menjadi sebuah kalimat,sebuah paragraf,sebuah halaman,sampai akhirnya menjadi sebuah buku ataupun artikel?".
Tapi kenyataan yang terjadi,kok susah ya,merangkai hurup-hurup tersebut,kok saya selalu gagal ketika ingin memulai menulis,apa yang menjadikannya susah dan gagal?,pertanyaan berikutnya muncul mematahkan semangatku yang sepersekian detik tadi sempat menggelora.
Kutepis dulu pertanyaan itu,saya kembali fokus mengikuti sajian materi selanjutnya dari pemateri,barangkali seiring bergulirnya waktu,kutemukan jawabannya.
Sampai akhirnya,kutemukan jawaban atas pertanyaan tadi yang dikemukakan oleh pemateri,bahwa penyebab kegagalan seseorang dalam menulis itu disebabkan oleh beberapa Faktor yang datang dari Faktor Internal sang penulis,yaitu:
  1. Tidak punya fokus keahlian sehingga sulit menulis buku baru yang unik dan berkualitas.
  2. Tidak punya motivasi yang kuat atau ekstrim untuk menulis dan merampungkan penulisan buku.
  3. Tidak telaten menuangkan ulang apa yang telah dibaca,ditulis,didengar,diajarkan,dilihat,dipikirkan atau direnungkan dalam bwntuk tulisan yang sistematis.
  4. Tidak memiliki pengetahuan tentang strategi dan prosedur penulisan yang baik dan benar sehingga sulit menuangkan pemikiran secara lancar.
  5. Tidak menginvestasikan dana untuk mendapatkan sumber-sumber literatur yang relevan dan berkualitas.
  6. Tidak percaya diri
  7. Sibuk dengan pekerjaan administrasi/mencari uang recehan.
Sampai disitu saja rasanya saya sudah menemukan jawabannya,bahwa faktor penyebab kegagalan saya diantara faktor-faktor tersebut diatas adalah bahwa saya:
  1. Tidak fokus dan minim kompetensi dibidang menulis
  2. Motivasi yang saya miliki kurang kuat
  3. Kurang telaten
  4. Tingkat kepercayaan diri saya minus
Untuk sementara,hasil refleksi saya,barangkali keempat point tersebut diatas,yang emergency untuk segera diatasi,bahwa saya:
  1. Harus fokus dan meningkatkan kompetensi dibidang menulis
  2. Harus berjuang lebih keras untuk memotivasi  diri saya lebih kuat
  3. Harus lebih telaten dalam menulis
  4. Meningkatkan level kepercayaan diri saya.
Bismilah,kubulatkan tekad  untuk memulai semua ini,kalau tidak sekarang, kapan lagi?Ini resolusiku,semangat!✊✊
Terimakasih untuk seluruh pemateri yang telah memotivasi kami semua,mohon maaf bilamana ada kesalahan kutif maupun kesalahan penulisannya.
Terimakasih,anda telah mampir diblog saya,semoga bermanfaat!

Daftar referensi:
  1. Resume hasil workshop
  2. Ilustrasi foto diambil dari dokumen pribadi