Kamis, 31 Oktober 2019

INI AKSI KAMI,BUKAN CARI SENSASI,SALAM LITERASI!



Ini bukan cerita fiksi yang hanya sekedar cari sensasi untuk meraup simpati,bukan juga cerita rekaan yang berharap banyak mendapat dukungan simpatisan,ini cerita nyata kami para penggerak literasi yang benar-benar telah  kami buat mimpi ini menjadi sebuah aksi nyata, dalam menebarkan virus literasi dan memancarkan aura yang bukan hanya sekedar membiasakan diri kami untuk sekedar membaca,akan tetapi kami ingin,gerakan literasi kami melangkah lebih jauh lagi,mau tahu melangkah jauhnya komunitas kami seperti apa dan kemana,programnya seperti apa,dan bagaimana hasil pencapaian kami,hingga bisa kami ceritakan kembali seperti ini,dengan harapan,mudah-mudahan sedikit menginsfirasi,lalu membuat aksi seperti yang kami lakukan,dan memperoleh manfaat yang lebih baik dari yang telah kami dapatkan,selamat menyimak!
Kami adalah sebuah Komunitas di sebuah Sekolah Dasar Negeri 1 Ciraja,UPT Pendidikan SD dan PAUDNI Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat,dan...nama Komunitas kami adalah Komunitas Literasi Ciraja Hiji atau kami singkat dengan sebutan KALECI.
Mimpi ini berawal ketika kami membiasakan diri untuk membaca selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai sebagaimana yang diamanahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sejak 2014,setelah sekian lama hal itu kami lakukan,akhirnya tercetuslah sebuah ide dan gagasan pada sekitar bulan Juni 2019,untuk membuat sebuah komunitas literasi sebagai pengejawantahan dari Gerakan Literasi Nasional (GLN) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS),maka lahirlah Komunitas Literasi Ciraja Hiji atau KALECI pada awal tahun pelajaran 2019-2020,dengan mendapat dukungan penuh dari pimpinan sekolah dan para peserta didik serta guru-guru.
Adapun program dari Komunitas kami adalah sebagai berikut:

1.    MABAR atau Maca Bareng
MABAR adalah singkatan dari Maca Bareng,maca (Bahasa Sunda) adalah Membaca jika dalam Bahasa Nasional kita,jadi Maca Bareng adalah kegiatan membaca buku bersama-sama,dalam hal ini ada 2 kegiatan dalam pelaksanaannya,yaitu:
  1. Membaca selama 15 menit sebelum KBM dikelas,dilaksanakan dikelas masing-masing,diikuti oleh guru kelas dan peserta didik dikelas yang bersangkutan,dari kelas 1-6.
  2. Membaca selama 15 menit di Komunitas,dilaksanakan setiap hari sabtu diluar kelas secara klasikal yang diikuti oleh Bapak dan Ibu guru dan Tenaga Kependidikan lainnya yang ada disekolah jga peserta didik kelas 4-6.

2.    LEBAR atau Latihan Review Bareng
Yang dimaksud dengan program LEBAR atau Latihan Review Bareng adalah peserta didik mereview atau mengulas buku yang baru saja dibacanya dengan bahasanya sendiri disampaikan secara lisan maupun tulisan,dan disampaikan didepan kelas maupun didepan anggota komunitasnya secara bergiliran selama 15 menit kedua,badi peserta didik maupun anggota komunitas yang belum kegiliran menyampaikan hasil reviewnya,diberi kesempatan pada pertemuan berikutnya.

3.    NUBAR atau Nulis Bareng
Nah...ini aksi kami setelah melakukan pembiasaan membaca selama 15 menit yaitu NUBAR atau Nulis Bareng,dilaksanakan di Komunitas bukan dikelas,anggota komunitas beserta Bapak dan Ibu Guru melakukan kegiatan menulis bareng atau menulis secara bersama-sama selama 30 menit,yang kami tulis pada tahap pertama ini adalah puisi dengan tema “Guru Bak Pelita Penerang Dalam Gulita”,sebagaimana yang tertulis pada program Komunitas kami.
Waktu pelaksanaan Nulis Bareng berada dijenjang waktu antara bulan Juli-Agustus 2019,selama rentang di 2 bulan tersebut,peserta didik belajar dan mendapat bimbingan dari Bapak dan Ibu guru untuk menulis puisi dengan baik dan benar,kemudian diakhir bulan Agustus naskah puisi hasil karya mereka dikumpulkan.
Memasuki awal bulan Oktober,selama kurang lebih 2 minggu,naskah dari anggota Komunitas dan para guru,kemudian disusun oleh Koordinator Komunitas hingga tahap Proofreading,dan awal minggu ketiga di bulan Oktober,naskah kami kirim ke pihak penerbit.

4.    BUBAR atau Bikin Buku Bareng
Tahap terakhir dari rangkaian kegiatan komunitas kami adalah program BUBAR atau Bikin Buku Bareng,naskah yang kami buat buku adalah naskah puisi yang kami buat dalam program Nulis Bareng tersebut diatas,yang kami masukan ke penerbit pada minggu kedua bulan Oktober.
Dan...dengan penuh suka cita,buku yang kami masukan ke penerbit,kini telah ditangan kami,mimpi yang kami idamkan kini telah menjelma menjadi sebuah kenyataan,hari ini,kami sudah bisa membaca karya kami sendiri,sebagaimana yang selalu kami gembar-gemborkan kepada anggota komunitas,bahwa hari ini kita membaca buku karya orang,besok hari buku kita dibaca oleh orang lain,dan...itu semua sudah terjadi kini.
Terimakasih untuk semua anggota komunitas,terimakasih untuk bapak dan ibu guru kami yang telah membimbing kami dengan tanpa pamrih,jasamu tiada tara,engkau bak pelita penerang dalam gulita.
Salam Literasi!

Senin, 28 Januari 2019

BUKAN KENANGAN BIASA


Semua kegiatan edukatif, sering dilakukan oleh seorang guru sejak dulu, baik secara terencana dan terprogram maupun tidak ada rencana dan program, namun terbiasa dilakukan, idealnya memang harus terencana dan terprogram untuk saat ini, namun yang saya bicarakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru-guru kita dahulu di zamannya,sekitar era 80-an walaupun tidak menutup kemungkinan diperiodenya beliau-beliau dahulu, ada juga kegiatan-kegiatan yang ada buku programnya, mereka buat secara sederhana dengan tulisan tangan mereka, belum lahir istilah Pembiasaan, namun kegiatannya telah berjalan sejak dulu, mari kita rewind masa lalu kita:
  1. Kita reuni kemasa kita berseragam Putih Merah, bertelanjang kaki tanpa balutan kaus kaki apalagi sepatu, namun dengan semangat menggebu, jalan kaki pergi sekolah tanpa uang jajan sepeserpun, sesampainya disekolah bapak dan ibu guru kita, telah menunggu dengan peluh bercucuran sehabis berjalan kaki dari rumahnya kesekolah, menyambut kita dengan senyum dan napas terengah-engah karena capeknya belum reda, menyalami kita satu persatu, bukankah di zamannya belum ada istilah pendidikan karakter, tapi mereka mendidik kita supaya jadi anak yang penuh karakter, menghormati yang lebih tua, sayang sama guru dan orangtua. 
  2. Selesai bersalaman, peserta didik masuk kelas, yang mempunyai tugas piket, dengan sigap mengambil peralatan kebersihan kelas, ada yang memegang sapu, baik sapu lidi maupun sapu ijuk, ada yang mengelap kaca, menyapu halaman, ngepel lantai, semua berjalan sistematis, tidak ada teriak bapak ibu guru yang memerintahkan untuk semua itu, semua berjalan dengan naluri sang siswa, yang sadar akan tugas dan kewajibannya. 
  3. Begitu bell berbunyi (itu istilah sekarang), dulu itu sebagai tanda masuk kelas, yang berbunyi bukan bell otomatis maupun bell digital yang sudah diprogram secara Komputerisasi, akan tetapi hanya bunyi sebuah gantungan sebongkah besi, yang tergantung dipojokan kantor ruang guru, dan ketika dipukul oleh penjaga sekolah bunyinya "Treng-treng", namun fungsinya dari dulu sampai sekarang sama yaitu menyuruh seluruh peserta didik masuk kelas, dan...ajaib memang, tidak perlu berteriak menghabiskan energy seluruh peserta didik berbaris rapi didepan kelas masing-masing, bapak ibu guru kita dulu tidak pernah membiarkan mereka (Peserta didik), berbaris otomatis dan masuk kelas otomatis, akan tetapi melewati pos pemeriksaan dulu (Maaf memakai istilah itu), Bapak dan ibu guru kita, telah stam bye disamping KM kelas yang gagah berani, berkat suara lantang sang KM, anak-anak berbaris rapi, tibalah giliran bapak ibu guru kita, memeriksa kerapihan pakaian, kebersihan tangan dan gigi juga rambut, dengan telaten diperiksa satu persatu,peserta didik yang lolos pemeriksaan, melenggang dengan ceria masuk kelas, dan buat yang tidak lolos, misalnya nya kukunya panjang, bapak ibu guru kita memotongnya dengan alat yang telah dibawanya sendiri dari rumah, dengan sentuhan penuh sayang, kuku dang murid dipotong dengan lembut, indah bukan, kenangan yang bukan kenangan biasa, begitu membekas sampai sekarang. 
  4. Sesampainya didalam kelas, lantunan doa untuk memulai belajar terdengar berkumandang, ucapan salam menjawab ucapan salam bapak atau ibu guru, bersahutan dari kelas yang satu ke kelas yang lain, seperti estafet kata yang indah untuk didengar, mematri karakter religiusitas dihati para murid, membiasakan selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas KBM atau kegiatan lainnya. 
  5. Doeloe, di zamannya, belum terdengar kata "ice breaking", akan tetapi bapak ibu guru kita telah melakukan hal yang mirip-mirip dengan istilah tersebut, mereka memberi kita kata -kata ,nyanyian, ataupun permainan penyemangat belajar, saya masih ingat, dulu bapak ibu guru saya pernah membuat sebuah permainan sebelum KBM menggunakan permainan tradisional yang syairnya mereka modifikasi, disesuaikan dengan momennya,terasa sekali, inovasi yang mereka lakukan, dapat mendongkrak gairah belajar kami saat itu. 
  6. Kegiatan yang akan saya bahas ini, tidak pernah pudar dari ingatan saya, doeloe, kami belum mengenal istilah " Alam Tak ambang jadi guru","Belajar diluar ruangan",atau istilah lainya,setiap hari saptu, selesai KBM dikelas, setiap memasuki waktu istirahat, kami digiring keluar, seringnya kami dibawa ke pinggir sungai, sepanjang jalan yang kami lewati, ada sawah yang menghampar hijau, nun jauh disana terlihat gunung gagah menjulang, perkampungan pun kami lewati, dengan beragam kehidupan sosial yang kami temui, ada juga kami sesekali bertemu dengan bapak dan ibu tani, yang memanggul hasil panennya, bapak ibu tani yang sedang mengolah sawahnya, melihat capung dan serangga lainnya, sesudah itu sampailah kami ditempat yang dituju, se buah sungai yang airnya mengalir tenang, terdapat ribuan batu sungai yang hitam mengkilap terpapar sinar matahari, kami duduk dengan kaki menjuntai diatas muka air, tak henti kugerak-gerakan kaki kami sehingga suaranya membentuk sebuah irama, setelah itu, kami lanjutkan dengan membuka bekal masing-masing duduk berjejer di pematang sawah dan pinggiran sungai, bekal kami memang tidak istimewa, yang istimewa adalah rasa kebersamaan, rasa ingin berbagi dan memberi, tidak ada kata pelit dalam kamus kami, selesai makan kami lepas penat dengan berenang dan main air, tentu saja semua kegiatan itu berada dalam pengawasan bapak dan ibu guru kami, sudah bosan dan hilang rasa penat, kami pun pulang, dengan tidak lupa membawa batu kali sesuai kemampuan, tidak ada raut muka cemberut, semua sukarela melaksanakan tugas tersebut. Kini, setelah kurang lebih 2 Dasa warsa, manakala saya telah bertugas melanjutkan estafet dibidang dunia pendidikan, melanjutkan cita-cita guru kami, baru kusadari, bahwa apa yang dulu bapak dan ibu guru kami lakukan, mereka sedang mengajari kami tentang apa yang sekarang disebut pendidikan karakter, dan apa yang sekarang dinamakan Pembiasaan,juga beliau mengajari kami, bahwa alam tak ambang bisa bagi guru,bahwa belajar bukan hanya didalam kelas akan tetapi belajar bisa diruangan kelas atau outdoor learning,dari yang mereka ajarkan banyak hal yang dapat dipelajari secara langsung: 
  • Kami dapat belajar dan mencintai alam
  • Kami dapat belajar mengenal dan memahami alam sekitar
  • Kami dapat belajar etika dan sopan santun ketika bertemu dengan lingkungan sosial yang kami lewati
  • Kami dapat belajar berbagi, saling menghargai, saling membantu dan saling menghormati
  • Kami dapat belajar mengenal ekosistem sawah, kebun dan sungai
  • Kami dapat mengenal berbagai profesi
  • Kami dapat mengenal cara bercocok tanam
  • Kami dapat mengetahui cara pengangkutan hasil panen
  • Dan banyak hal lain yang dapat kami pelajari
Subhanallah...memang Bukan Kenangan Biasa, tapi sebuah kenangan yang menginspirasi, sebuah kenangan yang sarat makna, semoga engkau yang telah mendahului kami (guruku), ada dalam Surga-Nya Allah, ilmu yang telah berikan, kini ku manfaatkan juga untuk meneruskan cita-citamu untuk "mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik "
Terimakasih, semoga bermanfaat! 

Selasa, 01 Januari 2019

#2019GantiMindset


  • Apa itu "Mindset"
Pergantian tahun sudah dipenghujung mata,dalam hitungan jam saat itu akan tiba, tahun 2018 bergulir ketahun 2019,dan...perguliran itulah, yang oleh kita dibilang tidak terasa, perasaan baru kemarin kita memasuki awal tahun 20..tiba-tiba sekarang kita telah memasuki awal 2019,itulah sebagian penilaian sebagian kita tentang perguliran tahun ini. 
Lalu, pertanyaan berikutnya yang biasa mengikuti pergantian tahun, biasanya orang atau teman kita akan bertanya, "apa resolusi anda ditahun 2019? ", atau bisa saja dengan pertanyaan lainnya, namun yang familiar dan dominan ditanyakan biasanya mengenai resolusi tersebut. 
Dan,sebagai jawaban atas pertanyaan diatas, jawaban saya adalah #2019GantiMindset.
Apa itu Mindset? Kira-kira seperti itu pertanyaan yang akan timbul ketika kita menjawab seperti itu, kalau begitu mari kita cari tahu jawabannya. 
Jawaban pertama kali yang ada dibenak kita tentang Mindset ini adalah :
  1. Pola pikir
  2. Kerangka berpikir,atau
  3. Kebiasaan berpikir
  • Membangun "Mindset"
Bisakah sebuah Mindset dibangun? Jawabannya tentu bisa, yang penting punya niat dan keinginan untuk membangunnya.
Mari kita analogikan dengan sebuah contoh yang konkret:
Seorang anak tiap hari menonton sebuah tayangan film anak yang disukainya, tiap hari itu dia lakukan, tanpa ada waktu terlewat, sehingga detil demi detil film tersebut dia tahu, sekarang mari kira perhatikan kesehariannya,ada yang bertingkah seolah dia seorang penyanyi, lenggak lenggok bak seorang penyanyi beken sambil bernyanyi kesana kemari, atau seorang anak bak seorang jagoan, tangannya jedar jedor seolah dia sedang memegang sebuah senapan, dan masih banyak pola tingkah lucu lainnya yang terkadang membuat gemes yang melihat ataupun membuat khawatir. 
Dari ilustrasi diatas, Jangan-jangan mindset mereka itu terbangun oleh apa yang mereka lihat dan tonton, pola pikir mereka terbentuk seolah mereka ingin seperti apa yang dia lihat dan tonton, oleh karena itu kewajiban orang dewasa atau anggota keluarga yang lain untuk membimbing apa yang anak tonton dan apa yang sang anak lihat, karena apa yang sering mereka tonton, mereka lihat dan mereka amati akan membangun Mindset sang anak tersebut,nah...agar Mindset yang terbangun adalah Mindset yang positif untuk tumbuh kembang anak, bimbing anak kita ketika menonton sebuah tayangan, agar mindset anak kita tidak terkontaminasi dengan mindset yang negatif.
Begitupun dengan yang mereka baca, karena apa yang mereka bacapun akan membangun pola pikir sang anak
Kemudian perhatikan juga cara bersosialisasi sang anak, dengan siapa bergaul, temannya siapa, lingkungannya bagaimana, dan sebagainya, karena ketika anak kita atau bahkan kita sendiri salah bergaul dan bersosialisasi, maka mindset kita pun akan terbentuk negatif.

  • #2019GantiMindset
Setelah mengetahui apa itu mindset serta bagaimana membangun sebuah Mindset, mari kita analisis mindset kita di 2018,sebagai acuan apakah Mindset kita di 2018 itu kita lanjutkan di 2019 atau kita ganti di 2019 ini, setelah dianalisis lalu kita rekapitulasi agar kita mengetahui poin per poinnya, setelah itu mari kita kelompokkan kedalam dua kelompok, apakah dimasukan kedalam kelompok yang perlu diganti (Mindset negatif) atau kedalam kelompok yang tidak perlu diganti (mindset positif) di 2019.
Apa sajakah itu, mari kita bahas satu persatu:

1.Berpikir negatif diganti dengan selalu berpikir positif
Mungkin kita sering mendengar tutur kata berikut: 
  • "Aku ini sudah tua, gak bisa apa-apa, silahkan saja yang muda-muda ", atau
  • " Gak apa-apa lah aku gaptek, pantas sudah tua kok", atau
  • "Mana mungkin aku bisa seperti itu! ", dan seterusnya. 
Orang yang selalu berpikiran negatif, selalu berprasangka buruk, baik terhadap orang lain bahkan terhadap dirinya sendiri pun demikian, dalam hatinya selalu berkata, " Saya tidak mungkin mampu, saya tidak mungkin bisa, mustahil saya bisa mengerjakannya,dan perasaan-perasaan negatif lainnya. 
Mari, di 2019 ini, mindset negatif tersebut yaitu selalu berpikiran negatif, baik terhadap orang lain, terlebih terhadap diri kita sendiri, kita ganti dengan selalu berpikiran positif. 
Orang yang selalu berpikiran positif adalah salah satu kriteria untuk hidup lebih sukses, mereka sukses, karena mereka selalu berpengharapan baik, bukankah ucapan baik itu doa, begitupun dengan harapan baik, inshaAllah itu juga menjadi doa, yang akan memotivasi dan merubah mindset negatif menjadi sebuah mindset positif, yang akan mengubah kata "saya tidak mampu menjadi saya mampu! ", " Saya tidak mungkin bisa menjadi saya bisa! ", " Mustahil saya bisa mengerjakannya menjadi InshaAllah saya bisa! "

2.Takut gagal diganti dengan berani gagal
Orang yang paranoid dengan kata takut gagal, biasanya akan selalu takut jatuh sebelum melangkah, takut rugi sebelum memulai dagang, saking trauma nya, mereka yang takut gagal, tidak akan pernah berani mencoba. 
Orang yang  sukses atau berhasil pasti pernah mengalami kegagalan, tapi saat gagal tiba, mereka tidak lantas jadi kecut nyalinya melainkan semakin berani menghadapinya, karena dengan berani gagal, anda akan berani mencoba, anda akan berani memulai, anda akan selalu waspada dan penuh perhitungan melangkah.
 3.Tidak fokus diganti dengan selalu fokus
Kekuatan dari kata FOKUS begitu luar biasa, si Fokus adalah  motivator ulung yang gagah berani menghadapi semua kendala, baik kendala yang dihadapi saat bekerja, saat berkendara, maupun saat-saat darurat lainnya, datanglah pahlawan tak bertopeng dari dalam diri kita, dialah si Fokus. 
Contoh kecil,semua orang pasti pernah dikejar-kejar deadline sebuah laporan, dagdigdugder nya bukan main itu hati, minta tolong sama siapa, minta bantuan sama siapa, toh... sama-sama sibuknya, ahirnya hati kita berbisik, "Fokus, Fokus, Fokus", seolah tersihir dengan kata itu, mulailah diri kita bekerja, mengabaikan semua hal yang dianggap tidak berguna saat itu, tujuannya hanya satu, pekerjaan ini harus selesai tepat waktu, ngantuk pun tidak dituruti nya, terus dan terus bekerja, sampai akhirnya pekerjaan itu selesai, plong... rasanya beban berat ini menjadi ringan. 
Jadi, mari introspeksi dan refleksi diri kita, jika selama ini tidak fokus, kita ganti dengan kata FOKUS agar semangat kita menjadi Powerfull. 
Selanjutnya adalah:
4.Malas bekerja diganti dengan rajin bekerja
5.Tidak sabaran diganti dengan selalu sabar
6.Pesimis diganti dengan selalu optimis
7.Kurang percaya diri diganti dengan lebih percaya diri
8.Pemarah diganti dengan Penyayang
9.Bohong diganti dengan jujur
10.kurang peduli diganti dengan sangat peduli

Demikian, Mudah-mudahan bermanfaat, kurang lebihnya mohon maaf.
"Mindset andalah yang akan membawa anda untuk  mencapai tujuan serta mewujudkan semua impian anda"

Minggu, 09 September 2018

PPK:MULAI DARI KITA (SEBAGAI GURU) UNTUK SISWA

Ada sedikit sentilan kecil ketika kita berseloroh soal keteladanan,katanya:"Menjadi TELADAN itu SULIT ketimbang menjadi TELATAN",Mungkin yang dimaksud bahwa ketika kita dituntut menjadi seorang teladan bagi orang-orang disekitar kita,jika menjadi guru mungkin harus jadi teladan bagi peserta didiknya,ketika menjadi orangtua mungkin harus menjadi teladan bagi keluarganya,dan lain sebagainya,itu merupakan hal yang sulit ketika akan diaplikasikan,itu mungkin penjabaran dari seloroh tersebut.
Padahal bagi sebagian orang,mungkin tidak berlaku selorohan tersebut,artinya bagi sebagian orang,untuk Menjadi seseorang yang diteladani itu tidak sulit.
Lalu apa yang menjadikannya sulit,ini yang harus kita telusuri.
Sebelum itu,mari kita cari tahu dulu tentang pengertian dari kata Teladan tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,disebutkan bahwa:
  • teladan/te·la·dan/ n sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya); contoh: ketekunannya menjadi -- bagi teman-temannya; ia terpilih sebagai pelajar --;
  • meneladan/me·ne·la·dan/ v mencontoh; meniru: anak akan selalu ~ kelakuan orang tuanya; orang lebih mudah ~ yang mudah dan menyenangkan daripada ~ sesuatu yang sukar dan menyulitkan;
  • meneladani/me·ne·la·dani/ v 1 memberi teladan: guru hendaklah ~ murid-muridnya; 2 mengambil teladan: ibu itu berharap agar putri-putrinya akan dapat ~ R.A. Kartini;
  • keteladanan/ke·te·la·dan·an/ n hal yang dapat ditiru atau dicontoh: tidak perlu kita ragukan lagi ~ nya sebagai orang tua

Ada beberapa kata yang berhubungan dengan kata Teladan,yaitu:
  1. Teladan
  2. Meneladan
  3. Meneladani
  4. Keteladan
Masing-masing mempunyai arti yang saling terkait:
  1. Teladan Kata ini memiliki arti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh,ini berhubungan dengan perbuatan,sifat,kelakuan,etika,sopan santun,tatakrama dan sebagainya.Sosok kita sebagai orangtua,harus menjadi teladan bagi keluarga,istri dan anak,bapak ibu guru harus menjadibTeladan bagi peserta didiknya dalam berbagai aspek,baik perbuatannya,sifatnya,kelakuannya,perkataannya,dan lain sebagainya,begitupun dengan sosok yang lain,Pemimpin harus menjadi Teladan bagi yang dipimpinnya,Seorang Kakak harus menjadi Teladan bagi adik-adiknya.Jadi kata Teladan ini harus dimiliki dan menjadi sebuah keinginan bagi semua pihak,bukan milik seorang guru saja,orangtua saja atau milik seorang pimpinan saja,semua kita harus menjadi Teladan bagi orang-orang disekeliling kita.
2. Berikutnya adalah Meneladan artinya yaitu mencontoh atau meniru,siapakah itu?Kalau disekolah berarti peserta didik yang akan meneladan Gurunya,Bapak ibu gurupun akan Meneladan Pimpinannya,Kalau dirumah berarti istri akan meneladan suaminya,anak-anaknya akan meneladan kedua orangtuanya,Adik akan meneladan Kakaknya,dilingkungan masyarakat,warga akan meneladan pimpinannya.
3.Meneladani yaitu memberi teladan,nah...kata inilah yang menjadi bahan selorohan tadi,bahwa menjadi Teladan itu sulit,Memang sulit ketika kita tiba-tiba harus memposisikan diri kita menjadi yang diteladani,menjadi teladan itu perlu proses,tidak instan hanya dengan sim salabim langsung menjadi sosok yang diteladani.Menjadi seseorang yang diteladani itu perlu proses yang namanya belajar dan terus belajar,kenapa harus terus belajar,ini korelasinya kita sebagai manusia,yang sesekali atau mungkin sering melakukan kesalahan bail sikap,tingkahlaku maupun perkataan,sedangkan disatu sisi kita menuntut diri kita tampil sempurnantudaknada cela,supaya yang meneladani kita tidak lantas memberikan penilaian negatif,tidak begitu juga kan,kita sesekali akan terpeleset,keluar dari rel semestinya,itu sebabnya bahwa menjadi Teladan itu perlu belajar dan belajar secara terus menerus,jika sesekali terpelest,segeralah bangun dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut,terus begitu,berkelanjutan,berihtiar menjadi yang terbaik,bukan dengan maksud ingin diteladani,akan tetapi memang itu tugas dan kewajiban kita,bukan juga dimaksudkan,agar kita mendapat pujian akanntetapi memang sebuah kewajiban.
Lalu,apa korelasinya Menjadi Teladan itu sendiri dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) disekolah?
Tentu ada hubungan yang sangat erat antara keteladanan dengan PPK,coba kita refleksikan hal berikut:
  1. Setiap saat kita menasehati peserta didik agar dalam setiap ucapan,tingkahlaku dan perbuatannya harus senantiasa mencerminkan ucapan,tingkahlaku dan perbuatan sebagaimana layaknya seseorang yang terpelajar,begitupun sebaliknya,jika kita menasehati demikian terhadap peserta didik,itu juga berlaku untuk kita sang pemberi nasehatnya,bahwa kitapun haruslah demikan,harus baik dalam ucapan,perbuatan dan tingkahlaku
  2. Setiap saat kita memberi teguran kepada peserta didk kita,agar jangan membuang sampah sembarangan misalnya,begitupun teguran tersebut berlaku juga untuk kita.
  3. Dan contoh serta prilaku lain yang berkarakter dari seorang guru atau seorang orangtua,dan lain sebagainya.
Kesimpulannya bahwa apa yang kita ucapkan itu juga yang kita lakukan,apa yang kita nasehatkan,itu pula yang kita aplikasikan.
Bahwa,Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah merupakan sebuah gerakan untuk memperkuat karakter seorang siswa melalui harmonisasi olah hati,olah rasa,olah pikir serta olahraga dengan pelibatan sebuah kerjasama antara satuan pendidikan,keluarga serta masyarakat sebagai bagian dari gerakan revolusi mental.
Permendikbud nomor 20 tahun 2018 pasal 3 tentang Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan menggunakan prinsip yang diamanhkan pada ayat (b)  keteladanan dalam penerapan pendisikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan.
Jelaslah bahwa jika kita telisik lebih dalam tentang Penguatan Pendidikan Karakter ini,Keteladanan merupakan salah satu media terupdate dan kekinian dalam mengaplikasikan Penguatan Pendidikan Karakter dilingkungan pendidikan,itu artinya "MULAILAH DARI KITA (SEBAGAI GURU) AGAR PESERTA DIDIK MENELADANINYA".
Terimakasih,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi bukan bermaksud menggurui anda,namun untuk menggurui saya secara pribadi,jika ada kesesuaian pola pikir,mudah-mudah menginspirasi.
Sampai jumpa pada artikel berikutnya,salam Blogger!

Referensi:

  1. https://kbbi.web.id/teladan
  2. Foto dokumen pribadi

Kamis, 02 Agustus 2018

OCT:RIWAYATMU...KINI!

Menyimak sambutan dari Bapak Kepala UPT Pendidikan SD dan PAUDNI Kec.Cipeundeuy pada Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru Jenjang Sekolah Dasar gelombang 1 dari tanggal 2-8 Agustus 2018,saya tertarik dengan pernyataan beliau bahwa guru itu banyak jabatannya,kita harus bangga dengan hal tersebut.
Dulu,kata beliau,kita pernah mengikuti sebuah program yang namanya OCT atau Off Campus Teaching,mungkin kalau sekarang istilahnya PPL atau yang sejenisnya,tetapi dijaman beliau dan generasi seangkatannya (termasuk saya lho),terutama yang sekolahnya di sekolah keguruan seperti SPG dan SGO,pasti mengalami program tersebut,pernyataan inilah yang membuka ingatan saya kemasa itu,masa ketika saya mengikuti program OCT tersebut.
OCT dulu diprogramkan manakala kita memasuki semester akhir,para siswa dibagi kedalam beberapa kelompok,kemudian disebar ke beberapa wilayah kecamatan diluar wilayah sekolah tersebut,seperti yang pernah dialami penulis,saya melaksanakan OCT diwilayah Kecamatan Cikalongwetan,tepatnya di SDN Cigentur,kurang lebih selama satu bulan setengah.
Lalu apa yang dilakukan ketika OCT tersebut berlangsung,ingatan saya kembali saya upgrade agar kembali fresh sehingga dapat mengingat masa-masa itu,masa kurang lebih 31 tahun silam,lama memang,tapi saat-saat itu masih segar diingatan saya.
Dalam aplikasinya,ketika OCT kita sebagai calon guru banyak menimba ilmu dan pengalaman,pengalaman apa sajakah itu,inilah hasil reuni masa lalu saya ketika OCT:
  1. Untuk pertama kalinya kami berhadapan langsung dengan peserta didik
  2. Untuk pertama kalinya kami mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dikampus,langsung dilapangan,dikelas yang beragam karakternya,.
  3. Untuk pertama kalinya,kami dihadapkan dengan berbagai problema sosial dan pembelajaran
  4. Untuk pertama kalinya,kami malu-malu ketika berhadapan dengan bapak ibu guru pamong.
Kemudian ketika kami untuk pertama kalinya mengajar didalam kelas,apa kesibukannya ketika itu,ini diantaranya:
Kami sibuk koordinasi dengan guru pamong,bertanya sampai batasan mana mereka mengajar,topik atau sub topik mana yang belum diajarkan,kami melihat juga Model Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya,dan sebagainya.
  1. Jika sudah mendapat jawaban dari guru pamong tentang semua itu,sesampainya di tempat menginap,kami berkumpul mempersiapkan segala sesuatunya,mulai dari membuat RPP,alat evaluasi,alat peraga dan lain sebagainya,semua kami persiapkan sejak awal,artinya,besoknya mau mengajar,mulai pulang sekolah sampai larut malam,kami mempersiapkan semuanya itu,saling bantu sudah menjadi kebiasaan kami sejak itu,sehingga pas pagi harinya,kami siap action didepan kelas dengan penuh percaya diri karena matangnya persiapan yang kami lakukan?
  2. Masihkah kebiasaan semasa kita OCT dulu sampai sekarang masih kita lakukan,seperti membuat perencanaan,membuat alat evaluasi,membuat alat peraga,dan lain sebagainya??Pertanyaan yang jawabannya ada pada diri kita semua selaku guru,bahwa kebiasaan baik tidak harus luluh oleh kesibukan,tidak harus sirna oleh rasa malas,dan saya yakin,kita selaku guru masih tetap eksis dengan kesibukan seperri itu,apalagi di era digital saat ini,semua serba mudah,kalau dulu hanyansekedar mmbuat RPP saja kita harus pegal-pegalan seharian menulis,sekarang tinggal buka laptop lalu print selesai satu tugas hari itu,untuk membuat peraga sulu kuta siapkan spidol berbagai warna dan ukuran,karton siper besar,paku payung dan sebagainya,sekarang tinggal buka laptop lalu buat rancangan gambar peragaperaga di format power point,tayangkan dengan infokus,selesai tugas membuat peraga,idealnya jika semua serba mudah,tidak ada kata malas lagi untuk memulainya.
  3. Dari program OCT tersebut banyak pengalaman positif yang kami raih,mulai dari administrasi kelas,pemecahan masalah dikelas,pergaulan dengan bapak ibu guru pamong,saling bantu dan saling menghargai,saling memberi saran dan kritik ketika kita menjadi observer maupun ketika kita menjadi orang yang diobservasi,dan sebagainya.
Demikian,terimasih sudah mampir,semoga bermanfaat!

Referensi:
  • Foto dokumen pribadi

Senin, 23 Juli 2018

GENERASI MILENIAL :DAMPAK POSITIFNYA BAGI GURU



Istilah ini,akhir-akhir ini Familiar kita dengar,sering diucapkan dan disandingkan dengan kata yang lainnya,contoh:
  • Suara generasi MILENIAL menjadi rebutan.
  • Generasi MILENIAL mulai dilirik para kontestan
  • Dan contoh-cintoh lainnya yang sering kita dengar
Lalu,apa ya Deskripsi dari istilah ini??
Itu salah satu pertanyaan yang mengemuka dihati saya,karena seringnya mendengar istilah tersebut.
Untuk mencari jawabanya,akhirnya saya googling sana sini mencari kejelasan dari deskripsi istilah tersebut,dari sekian banyak jawaban yang muncul,inilah akhir pencarian saya di google:
  • Menurut https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial,disana dibahas panjang lebar tentang istilah Milenial tersebut,namun kuambil intisarinya yang sesuai dengan jawaban pertanyaannya,bahwa:
  1. Milenial (juga dikenal sebagai generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X).
  2. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awak 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok Milenial ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahirannya. 
"Berarti,kita yang lahir sebelum 1980-an bukan generasi Milenial lagi dong?"
Baru juga satu istilah terjawab,timbul lagi pertanyaan baru,wajar...jika terjawab satu pertanyaan,tumbuh lagi seribu pertanyaan,itu artinya kita termasuk orang yang kritis,selalu ingin tahu dan penasaran dengan hal-hal yang baru.
Usia memang tidak mungkin disembunyikan,bahwa kenyataannya kita bukan lahir di era 1980-an dan kita tidak termasuk kedalam kelompok Generasi Milenial,jangan berkecil hati,malahan kita harus bangga bahwa:
  1. Kita diberi kesempatan untuk mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial
  2. Kita masih diberi usia panjang sehingga dapat menyaksikan tumbuh kembang generasi Milenial
  3. Kita masih diberi kesempatan untuk mengetahui,mengalami dan merasakan tantangan dan hambatan mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial.
Lalu,bagaimana karakteristik generasi Milenial ini?
Menurut wikipedia yang saya jadikan rujukan ketika menulis artikel ini,bahwa karakteristik generasi Milenial ini ditandai dengan Peningkatan penggunaan dan keakraban dengan :
  1. Komunikasi,
  2. Media dan 
  3. Teknologi digital.
Ketiga hal tersebut diatas,memang akrab dengan generasi milenial,lihatlah "kids zaman now",mereka tidak terlppisahkan dengan perangkat komunikasi seperti Handphone dan barang sejenisnya dengan berbagai merk dan kecanggihannya tidak diragukan lagi.
Kemudian Media,yang begitu beragam seperti:
  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Instagram
  • Pinterest
  • Tumblr
  • Filckr
  • Linkedln
  • Dan lai-lain
Semua itu,akrab dengan generasi Milenial,malahan kita selaku orangtua atau guru kalah pintar dengan mereka dalam hal bermedia sosial ini.
Satu lagi yang akrab dengan generasi Milenial,yaitu Teknolog Digital,mari kita kenang masa lalu zaman baheula kita,yang ketika itu kita menggunakan Teknologi analog:
  • Ketika kita mau kirim surat,berjam-jam kita buat,beli perangko dan amplop lalu kita kirimkan ke kantor pos atau kotak surat,seminggu kemudian baru dapat balasannya,nah...di era teknologi digital saat ini,tinggal ketik via Handphone lalu klik kirim atau send,hitungan detik sudah dapat balasannya
  • Doeloe ketika seorang guru akan membuat persiapan mengajar atau membuat administrasi kelas dan perangkat pembelajaran lainnya,dibuat dengan cara diketik pada mesin tk atau digambar pada karton memakai spidol ketika ingin membuat alat peraga,kini,tinggal ketik di Laptop atau membuat file Presentasi dengan format powerpoint,jadilah perangkat pelengkap kegiatan belajar mengajar.
  • Itulah contoh kecil sebagian perbedaan,hambatan dan kemudahan zaman baheula dengan zaman sekarang atau era Teknologi analog dengan teknologi digital saat ini.
Lalu,dimana letak dampak positifnya,ketika kita sebagai guru menjadi bagian dari generasi milenial,letaknya adalah bahwa ketika menjadi seorang guru dari generasi Milenial,inilah dampak positifnya bagi guru:
  1. Guru menjadi lebih inovatif
Artinya,seorang guru lebih termotivasi untuk meningkatkan dan mendayagunakan kemampuan serta keahliannya,guru harus mulai berpipikir inovatif,karena yang mereka hadapi adalah peserta didik dari generasi milenial yang kritis dan cerdas,yang tidak bisa dihadapi dengan kompetensi yang seadanya,peserta didik seperti itu harus dihadapi dengan persiapan yang matang,jika tidak,bersiap-siaplah untuk terpojok.
2.  Guru menjadi Guru pembelajar
Artinya setiap saat akan selalu meng-upgrade dirinya,kemampuannya,tidak berhenti belajar dan belajar,tidak hanya menyuruh  peserta didik belajar akan tetapi juga menyuruh sang guru belajar,mempunyai keinginan untuk BISA dan MAU BELAJAR.
3.  Guru menjadi kebih kreatif
Dalam hal ini guru mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya didalam kelas,kreatifitasnya muncul ketika masalah menghadapinya,ingatlah bahwa guru juga manusia yang tidak sempurna,artinya jika didalam kelas guru bukanlah satu-satunya sosok yang serba bisa,serba pandai,serba tahu dan julukan-julukan lain yang terkadang memahat rasa malu jika hal itu terjadi,kita menjadi sosok yang takut dibilang tidak bisa,tidak tahu dan tidak cerdas oleh peserta didik,abaikan rasa itu,artinya kita sebagai guru haruslah menjadi guru yang berpikir kreatif,di era milenial ini banyak hal yang dapat dijadikan guru atau tempat berguru,jika kita menemukan masalah dikelas,salah satu solusi kreatifnya adalah kita cari jawabannya di media-media online,atau komunitas-komunitas pendidikan online yang diikuti,coba ketik masalah pembelajaran yang dihadapi,searching kemudian analisi,setelah yakin bahwa yang kita temukan itu adalah jawaban benar dari masalah yang dihadapi tersebut,maka aplikasikanlah untuk memecahkan masalah tersebut.
4.  Guru menjadi lebih kritis
Yang saya maksud adalah kritis terhadap intern diri kita,kita kritisi diri kita,terutama apa yang menjadi hambatan dan kekurangan diri kita terhadap profesi yang kita emban,
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi,bukan bermaksud menggurui!
Terimakspasih sudah mampir diblog kami!

Referensi:
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial
  • Foto dokumen pribadi 

Selasa, 17 Juli 2018

HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH,MASALAH DAN SOLUSINYA

Begitu kaki menginjak halaman sekolah,wajah-wajah sumringah menyambut kedatanganku,tangan-tangan mungil itu pun menjulur mengucap salam,tanpa menunggu dulu kakiku memarkir kendaraan,langsung menyerbuku dengan sejuta rasa kangen  menggebu,setelah sekian lama berlibur.
Diantara wajah-wajah lugu itu,terdapat wajah-wajah baru,dengan pakaian serba baru,mengikuti kakak-kakak kelasnya,menyambutku dengan malu-malu,kusambut tangan silatutahmi mereka dengan penuh kehangatan dibarengi dengan kalungan seuntai doa,agar peserta didik baruku,menjadi anak yang soleh dan soleha,rajin belajar,berguna kelak bagi Nusa,Bangsa dan Agama,kata Amin pun menggema dari orangtua yang mengantar mereka kesekolah.
Selesai bersilaturahmi,kutengok kelas baru mereka,ternyata didalam kelas lebih sibuk lagi,para orangtua,sibuk mencarikan tempat duduk buat anaknya,masing-masing ingin anaknya duduk dibarisan bangku paling depan,Subhanallah....begitu sayangnya mereka,begitu pedulinya mereka sampai tempat dudukpun mereka perhatikan,walaupun pada selanjutnya,tempat duduk anaknya tersebut,tentu akan selalu berpindah-pindah,dirotasi oleh bapak dan ibu gurunya,agar para siswa tidak duduk ditempat yang sama sepanjang tahun.
Kita tinggalkan dulu,hiruk pikuk eporia  peserta didik baru kita karena dibalik hal tersebut ada cerita lain yang mewarnai nuansa pagi,baik disekolah terlebih lagi dirumahnya masing-masing,apa sajakah itu,ini lah cerita dan bahasannya.
  1. Dirumah
Suasana pagi dirumah peserta didik baru,lebih seru dan lebih beragam problematikanya,apa sajakah itu,ini diantaranya:
  • Anak susah bangun
Drama anak susah bangun dipagi hari adalah permasalahan klasik,yang setiap orangtua pernah mengalaminya,berbagai bujuk rayu tidak mempan menghalau semuanya,orangtua terutama sang Bunda dibikin geleng-geleng kepala,kesabaran orangtua diuji dan dipertaruhkan,gunakan berbagai cara dan bujuk rayu,saya yakin setiap orangtua punya seribu satu cara agar anaknya bangkit dari tempat tidur lalu mandi dan sarapan,setelah itu sang anak berlenggang dengan senang menuju sekolah barunya.
  •  Rewel
Rewel itu normal bagi seorang anai,namanya juga anak-anak,demikian obat mujarab untuk menghadapinya,lagi-lagi kesabaran oraangtua diujindan dipertaruhkan,walaupun tidak semua anak rewel,namun  dominasi anak seusia itu,pasti rewel ketika emasuki saatnya pergi kesekolah.
  • Tidak mau berangkat sekolah
Ini juga merupakan bagian dari drama anak dipagi hari menjelang berangkat sekolah,tidak mau berangkat sekolah,anak menjadi susah diajak pergi sekolah,berbagai cara dan metoda dilakukan oleh kedua orangtuanya ,agar sang anak mau berangkat kesekolah.
  • Manja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,pengertian manja adalah: manja/man·ja/ a 1 kurang baik adat kelakuannya karena selalu diberi hati, tidak pernah ditegur (dimarahi), dituruti semua kehendaknya, dan sebagainya: karena anak bungsu, ia sangat --; 2 sangat kasih, jinak, mesra (kepada): anak itu sangat -- kepada kakeknya; kucing itu -- sekali kepada tuannya;
Tapi,manja yang saya maksud ketika anak susah berangkat sekolah adalah anak tidak mau berangkat sekolah jikalau tidak diantar oleh ibunya,atau bapaknya,atau,anak tidak mau berangkat sekolah andai tidak diberi bekal yang banyakoleh kedua orangtuanya. 
 2.Disekolah
Disekolah pun,ketika peserta didik baru tersebut sampai disekolah, tidak luput dari problem,diantaranya yaitu: 
  •  Tidak mau ditinggal oleh orangtuanya
 Sesampainya peserta didik disekolah,kemudian bangku juga sudah didapatkannya,timbulah masalah baru,sang anak tidak mau ditinggal oleh orangtuanya,ibunya harus duduk bersamanya dikelas,menemaninya belajar,ditinggal sedikit saja nangis,dicoba sebentar saja dengan cara keluar kelas,merengek.
  • Susah bersoaialisasi
Mungkin,karena lingkungannya lingkungan baru,teman baru,guru baru dan semua serba baru yang menyebabkan peserta didik baru tersebut susah bersoailisasi atau bergaul baik dengan teman-temannya sesama peserta didik baru maupun dengan kakak-kakak kelasnya,pun dengan bapak dan ibu gurunya,wajar jika hal itu terjadi pada awal tahun pelajaran,namun jika terus berlanjut setelah sekian lama terjadi,hal itu menjadi tugas dan kewajiban guru maupun orangtua untuk bersama-sama mencari solusi agar tidak terus berlarut-larut. 
  • Takut sama temannya
Takut sama teman disaat pertama kali masuk sekolah,mungkin wajar-wajar saja bagi merekamereka,mengingat mereka baru pertama kali bertemu dan belum akrab,sehingga anak cenderung kelihatan takut bergaul sama teman barunya,mudah-mudahan seiring berjalannya waktu,seiring seringnya mereka bersosialisasi,rasa takut itu berganti menjadi sebuah keberanian,mereka menjadi berani bersoasialisasi dan bergaul dengan teman barunya, 
  • Takut sama bapak atau ibu gurunya  
Takut sama bapak ibu gurunya?Memang ada?Mungkin itu sebuah pertanyaan yang menggelitik untuk dijawab,jawabannya adalah,bisa iya bisa tidak,artinya mungkin saja kita sebagai guru menemukan hal seperti itu,anak seolah takut berhadapan dengan guru barunya,disinilah jurus pamungkas guru diuji,bagaimana guru bersikap dan berbuat,yang bisa merubah image siswa seperti itu,dalam hal ini,guru telah dibekali dan mempunyai kompetensi yang mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah yang kemungkinan terjadi.
Demikian,mohon maaf bukan bermaksud menggurui,hanya sedikit berbagi,mudah-mudahan ada guna dan manfaat.
Terimakasih telah mampir di blog kami!


Referensi:

  •  Foto dokumen pribadi