Selasa, 01 Januari 2019

#2019GantiMindset


  • Apa itu "Mindset"
Pergantian tahun sudah dipenghujung mata,dalam hitungan jam saat itu akan tiba, tahun 2018 bergulir ketahun 2019,dan...perguliran itulah, yang oleh kita dibilang tidak terasa, perasaan baru kemarin kita memasuki awal tahun 20..tiba-tiba sekarang kita telah memasuki awal 2019,itulah sebagian penilaian sebagian kita tentang perguliran tahun ini. 
Lalu, pertanyaan berikutnya yang biasa mengikuti pergantian tahun, biasanya orang atau teman kita akan bertanya, "apa resolusi anda ditahun 2019? ", atau bisa saja dengan pertanyaan lainnya, namun yang familiar dan dominan ditanyakan biasanya mengenai resolusi tersebut. 
Dan,sebagai jawaban atas pertanyaan diatas, jawaban saya adalah #2019GantiMindset.
Apa itu Mindset? Kira-kira seperti itu pertanyaan yang akan timbul ketika kita menjawab seperti itu, kalau begitu mari kita cari tahu jawabannya. 
Jawaban pertama kali yang ada dibenak kita tentang Mindset ini adalah :
  1. Pola pikir
  2. Kerangka berpikir,atau
  3. Kebiasaan berpikir
  • Membangun "Mindset"
Bisakah sebuah Mindset dibangun? Jawabannya tentu bisa, yang penting punya niat dan keinginan untuk membangunnya.
Mari kita analogikan dengan sebuah contoh yang konkret:
Seorang anak tiap hari menonton sebuah tayangan film anak yang disukainya, tiap hari itu dia lakukan, tanpa ada waktu terlewat, sehingga detil demi detil film tersebut dia tahu, sekarang mari kira perhatikan kesehariannya,ada yang bertingkah seolah dia seorang penyanyi, lenggak lenggok bak seorang penyanyi beken sambil bernyanyi kesana kemari, atau seorang anak bak seorang jagoan, tangannya jedar jedor seolah dia sedang memegang sebuah senapan, dan masih banyak pola tingkah lucu lainnya yang terkadang membuat gemes yang melihat ataupun membuat khawatir. 
Dari ilustrasi diatas, Jangan-jangan mindset mereka itu terbangun oleh apa yang mereka lihat dan tonton, pola pikir mereka terbentuk seolah mereka ingin seperti apa yang dia lihat dan tonton, oleh karena itu kewajiban orang dewasa atau anggota keluarga yang lain untuk membimbing apa yang anak tonton dan apa yang sang anak lihat, karena apa yang sering mereka tonton, mereka lihat dan mereka amati akan membangun Mindset sang anak tersebut,nah...agar Mindset yang terbangun adalah Mindset yang positif untuk tumbuh kembang anak, bimbing anak kita ketika menonton sebuah tayangan, agar mindset anak kita tidak terkontaminasi dengan mindset yang negatif.
Begitupun dengan yang mereka baca, karena apa yang mereka bacapun akan membangun pola pikir sang anak
Kemudian perhatikan juga cara bersosialisasi sang anak, dengan siapa bergaul, temannya siapa, lingkungannya bagaimana, dan sebagainya, karena ketika anak kita atau bahkan kita sendiri salah bergaul dan bersosialisasi, maka mindset kita pun akan terbentuk negatif.

  • #2019GantiMindset
Setelah mengetahui apa itu mindset serta bagaimana membangun sebuah Mindset, mari kita analisis mindset kita di 2018,sebagai acuan apakah Mindset kita di 2018 itu kita lanjutkan di 2019 atau kita ganti di 2019 ini, setelah dianalisis lalu kita rekapitulasi agar kita mengetahui poin per poinnya, setelah itu mari kita kelompokkan kedalam dua kelompok, apakah dimasukan kedalam kelompok yang perlu diganti (Mindset negatif) atau kedalam kelompok yang tidak perlu diganti (mindset positif) di 2019.
Apa sajakah itu, mari kita bahas satu persatu:

1.Berpikir negatif diganti dengan selalu berpikir positif
Mungkin kita sering mendengar tutur kata berikut: 
  • "Aku ini sudah tua, gak bisa apa-apa, silahkan saja yang muda-muda ", atau
  • " Gak apa-apa lah aku gaptek, pantas sudah tua kok", atau
  • "Mana mungkin aku bisa seperti itu! ", dan seterusnya. 
Orang yang selalu berpikiran negatif, selalu berprasangka buruk, baik terhadap orang lain bahkan terhadap dirinya sendiri pun demikian, dalam hatinya selalu berkata, " Saya tidak mungkin mampu, saya tidak mungkin bisa, mustahil saya bisa mengerjakannya,dan perasaan-perasaan negatif lainnya. 
Mari, di 2019 ini, mindset negatif tersebut yaitu selalu berpikiran negatif, baik terhadap orang lain, terlebih terhadap diri kita sendiri, kita ganti dengan selalu berpikiran positif. 
Orang yang selalu berpikiran positif adalah salah satu kriteria untuk hidup lebih sukses, mereka sukses, karena mereka selalu berpengharapan baik, bukankah ucapan baik itu doa, begitupun dengan harapan baik, inshaAllah itu juga menjadi doa, yang akan memotivasi dan merubah mindset negatif menjadi sebuah mindset positif, yang akan mengubah kata "saya tidak mampu menjadi saya mampu! ", " Saya tidak mungkin bisa menjadi saya bisa! ", " Mustahil saya bisa mengerjakannya menjadi InshaAllah saya bisa! "

2.Takut gagal diganti dengan berani gagal
Orang yang paranoid dengan kata takut gagal, biasanya akan selalu takut jatuh sebelum melangkah, takut rugi sebelum memulai dagang, saking trauma nya, mereka yang takut gagal, tidak akan pernah berani mencoba. 
Orang yang  sukses atau berhasil pasti pernah mengalami kegagalan, tapi saat gagal tiba, mereka tidak lantas jadi kecut nyalinya melainkan semakin berani menghadapinya, karena dengan berani gagal, anda akan berani mencoba, anda akan berani memulai, anda akan selalu waspada dan penuh perhitungan melangkah.
 3.Tidak fokus diganti dengan selalu fokus
Kekuatan dari kata FOKUS begitu luar biasa, si Fokus adalah  motivator ulung yang gagah berani menghadapi semua kendala, baik kendala yang dihadapi saat bekerja, saat berkendara, maupun saat-saat darurat lainnya, datanglah pahlawan tak bertopeng dari dalam diri kita, dialah si Fokus. 
Contoh kecil,semua orang pasti pernah dikejar-kejar deadline sebuah laporan, dagdigdugder nya bukan main itu hati, minta tolong sama siapa, minta bantuan sama siapa, toh... sama-sama sibuknya, ahirnya hati kita berbisik, "Fokus, Fokus, Fokus", seolah tersihir dengan kata itu, mulailah diri kita bekerja, mengabaikan semua hal yang dianggap tidak berguna saat itu, tujuannya hanya satu, pekerjaan ini harus selesai tepat waktu, ngantuk pun tidak dituruti nya, terus dan terus bekerja, sampai akhirnya pekerjaan itu selesai, plong... rasanya beban berat ini menjadi ringan. 
Jadi, mari introspeksi dan refleksi diri kita, jika selama ini tidak fokus, kita ganti dengan kata FOKUS agar semangat kita menjadi Powerfull. 
Selanjutnya adalah:
4.Malas bekerja diganti dengan rajin bekerja
5.Tidak sabaran diganti dengan selalu sabar
6.Pesimis diganti dengan selalu optimis
7.Kurang percaya diri diganti dengan lebih percaya diri
8.Pemarah diganti dengan Penyayang
9.Bohong diganti dengan jujur
10.kurang peduli diganti dengan sangat peduli

Demikian, Mudah-mudahan bermanfaat, kurang lebihnya mohon maaf.
"Mindset andalah yang akan membawa anda untuk  mencapai tujuan serta mewujudkan semua impian anda"

Minggu, 09 September 2018

PPK:MULAI DARI KITA (SEBAGAI GURU) UNTUK SISWA

Ada sedikit sentilan kecil ketika kita berseloroh soal keteladanan,katanya:"Menjadi TELADAN itu SULIT ketimbang menjadi TELATAN",Mungkin yang dimaksud bahwa ketika kita dituntut menjadi seorang teladan bagi orang-orang disekitar kita,jika menjadi guru mungkin harus jadi teladan bagi peserta didiknya,ketika menjadi orangtua mungkin harus menjadi teladan bagi keluarganya,dan lain sebagainya,itu merupakan hal yang sulit ketika akan diaplikasikan,itu mungkin penjabaran dari seloroh tersebut.
Padahal bagi sebagian orang,mungkin tidak berlaku selorohan tersebut,artinya bagi sebagian orang,untuk Menjadi seseorang yang diteladani itu tidak sulit.
Lalu apa yang menjadikannya sulit,ini yang harus kita telusuri.
Sebelum itu,mari kita cari tahu dulu tentang pengertian dari kata Teladan tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,disebutkan bahwa:
  • teladan/te·la·dan/ n sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya); contoh: ketekunannya menjadi -- bagi teman-temannya; ia terpilih sebagai pelajar --;
  • meneladan/me·ne·la·dan/ v mencontoh; meniru: anak akan selalu ~ kelakuan orang tuanya; orang lebih mudah ~ yang mudah dan menyenangkan daripada ~ sesuatu yang sukar dan menyulitkan;
  • meneladani/me·ne·la·dani/ v 1 memberi teladan: guru hendaklah ~ murid-muridnya; 2 mengambil teladan: ibu itu berharap agar putri-putrinya akan dapat ~ R.A. Kartini;
  • keteladanan/ke·te·la·dan·an/ n hal yang dapat ditiru atau dicontoh: tidak perlu kita ragukan lagi ~ nya sebagai orang tua

Ada beberapa kata yang berhubungan dengan kata Teladan,yaitu:
  1. Teladan
  2. Meneladan
  3. Meneladani
  4. Keteladan
Masing-masing mempunyai arti yang saling terkait:
  1. Teladan Kata ini memiliki arti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh,ini berhubungan dengan perbuatan,sifat,kelakuan,etika,sopan santun,tatakrama dan sebagainya.Sosok kita sebagai orangtua,harus menjadi teladan bagi keluarga,istri dan anak,bapak ibu guru harus menjadibTeladan bagi peserta didiknya dalam berbagai aspek,baik perbuatannya,sifatnya,kelakuannya,perkataannya,dan lain sebagainya,begitupun dengan sosok yang lain,Pemimpin harus menjadi Teladan bagi yang dipimpinnya,Seorang Kakak harus menjadi Teladan bagi adik-adiknya.Jadi kata Teladan ini harus dimiliki dan menjadi sebuah keinginan bagi semua pihak,bukan milik seorang guru saja,orangtua saja atau milik seorang pimpinan saja,semua kita harus menjadi Teladan bagi orang-orang disekeliling kita.
2. Berikutnya adalah Meneladan artinya yaitu mencontoh atau meniru,siapakah itu?Kalau disekolah berarti peserta didik yang akan meneladan Gurunya,Bapak ibu gurupun akan Meneladan Pimpinannya,Kalau dirumah berarti istri akan meneladan suaminya,anak-anaknya akan meneladan kedua orangtuanya,Adik akan meneladan Kakaknya,dilingkungan masyarakat,warga akan meneladan pimpinannya.
3.Meneladani yaitu memberi teladan,nah...kata inilah yang menjadi bahan selorohan tadi,bahwa menjadi Teladan itu sulit,Memang sulit ketika kita tiba-tiba harus memposisikan diri kita menjadi yang diteladani,menjadi teladan itu perlu proses,tidak instan hanya dengan sim salabim langsung menjadi sosok yang diteladani.Menjadi seseorang yang diteladani itu perlu proses yang namanya belajar dan terus belajar,kenapa harus terus belajar,ini korelasinya kita sebagai manusia,yang sesekali atau mungkin sering melakukan kesalahan bail sikap,tingkahlaku maupun perkataan,sedangkan disatu sisi kita menuntut diri kita tampil sempurnantudaknada cela,supaya yang meneladani kita tidak lantas memberikan penilaian negatif,tidak begitu juga kan,kita sesekali akan terpeleset,keluar dari rel semestinya,itu sebabnya bahwa menjadi Teladan itu perlu belajar dan belajar secara terus menerus,jika sesekali terpelest,segeralah bangun dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut,terus begitu,berkelanjutan,berihtiar menjadi yang terbaik,bukan dengan maksud ingin diteladani,akan tetapi memang itu tugas dan kewajiban kita,bukan juga dimaksudkan,agar kita mendapat pujian akanntetapi memang sebuah kewajiban.
Lalu,apa korelasinya Menjadi Teladan itu sendiri dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) disekolah?
Tentu ada hubungan yang sangat erat antara keteladanan dengan PPK,coba kita refleksikan hal berikut:
  1. Setiap saat kita menasehati peserta didik agar dalam setiap ucapan,tingkahlaku dan perbuatannya harus senantiasa mencerminkan ucapan,tingkahlaku dan perbuatan sebagaimana layaknya seseorang yang terpelajar,begitupun sebaliknya,jika kita menasehati demikian terhadap peserta didik,itu juga berlaku untuk kita sang pemberi nasehatnya,bahwa kitapun haruslah demikan,harus baik dalam ucapan,perbuatan dan tingkahlaku
  2. Setiap saat kita memberi teguran kepada peserta didk kita,agar jangan membuang sampah sembarangan misalnya,begitupun teguran tersebut berlaku juga untuk kita.
  3. Dan contoh serta prilaku lain yang berkarakter dari seorang guru atau seorang orangtua,dan lain sebagainya.
Kesimpulannya bahwa apa yang kita ucapkan itu juga yang kita lakukan,apa yang kita nasehatkan,itu pula yang kita aplikasikan.
Bahwa,Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah merupakan sebuah gerakan untuk memperkuat karakter seorang siswa melalui harmonisasi olah hati,olah rasa,olah pikir serta olahraga dengan pelibatan sebuah kerjasama antara satuan pendidikan,keluarga serta masyarakat sebagai bagian dari gerakan revolusi mental.
Permendikbud nomor 20 tahun 2018 pasal 3 tentang Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan menggunakan prinsip yang diamanhkan pada ayat (b)  keteladanan dalam penerapan pendisikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan.
Jelaslah bahwa jika kita telisik lebih dalam tentang Penguatan Pendidikan Karakter ini,Keteladanan merupakan salah satu media terupdate dan kekinian dalam mengaplikasikan Penguatan Pendidikan Karakter dilingkungan pendidikan,itu artinya "MULAILAH DARI KITA (SEBAGAI GURU) AGAR PESERTA DIDIK MENELADANINYA".
Terimakasih,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi bukan bermaksud menggurui anda,namun untuk menggurui saya secara pribadi,jika ada kesesuaian pola pikir,mudah-mudah menginspirasi.
Sampai jumpa pada artikel berikutnya,salam Blogger!

Referensi:

  1. https://kbbi.web.id/teladan
  2. Foto dokumen pribadi

Kamis, 02 Agustus 2018

OCT:RIWAYATMU...KINI!

Menyimak sambutan dari Bapak Kepala UPT Pendidikan SD dan PAUDNI Kec.Cipeundeuy pada Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru Jenjang Sekolah Dasar gelombang 1 dari tanggal 2-8 Agustus 2018,saya tertarik dengan pernyataan beliau bahwa guru itu banyak jabatannya,kita harus bangga dengan hal tersebut.
Dulu,kata beliau,kita pernah mengikuti sebuah program yang namanya OCT atau Off Campus Teaching,mungkin kalau sekarang istilahnya PPL atau yang sejenisnya,tetapi dijaman beliau dan generasi seangkatannya (termasuk saya lho),terutama yang sekolahnya di sekolah keguruan seperti SPG dan SGO,pasti mengalami program tersebut,pernyataan inilah yang membuka ingatan saya kemasa itu,masa ketika saya mengikuti program OCT tersebut.
OCT dulu diprogramkan manakala kita memasuki semester akhir,para siswa dibagi kedalam beberapa kelompok,kemudian disebar ke beberapa wilayah kecamatan diluar wilayah sekolah tersebut,seperti yang pernah dialami penulis,saya melaksanakan OCT diwilayah Kecamatan Cikalongwetan,tepatnya di SDN Cigentur,kurang lebih selama satu bulan setengah.
Lalu apa yang dilakukan ketika OCT tersebut berlangsung,ingatan saya kembali saya upgrade agar kembali fresh sehingga dapat mengingat masa-masa itu,masa kurang lebih 31 tahun silam,lama memang,tapi saat-saat itu masih segar diingatan saya.
Dalam aplikasinya,ketika OCT kita sebagai calon guru banyak menimba ilmu dan pengalaman,pengalaman apa sajakah itu,inilah hasil reuni masa lalu saya ketika OCT:
  1. Untuk pertama kalinya kami berhadapan langsung dengan peserta didik
  2. Untuk pertama kalinya kami mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dikampus,langsung dilapangan,dikelas yang beragam karakternya,.
  3. Untuk pertama kalinya,kami dihadapkan dengan berbagai problema sosial dan pembelajaran
  4. Untuk pertama kalinya,kami malu-malu ketika berhadapan dengan bapak ibu guru pamong.
Kemudian ketika kami untuk pertama kalinya mengajar didalam kelas,apa kesibukannya ketika itu,ini diantaranya:
Kami sibuk koordinasi dengan guru pamong,bertanya sampai batasan mana mereka mengajar,topik atau sub topik mana yang belum diajarkan,kami melihat juga Model Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya,dan sebagainya.
  1. Jika sudah mendapat jawaban dari guru pamong tentang semua itu,sesampainya di tempat menginap,kami berkumpul mempersiapkan segala sesuatunya,mulai dari membuat RPP,alat evaluasi,alat peraga dan lain sebagainya,semua kami persiapkan sejak awal,artinya,besoknya mau mengajar,mulai pulang sekolah sampai larut malam,kami mempersiapkan semuanya itu,saling bantu sudah menjadi kebiasaan kami sejak itu,sehingga pas pagi harinya,kami siap action didepan kelas dengan penuh percaya diri karena matangnya persiapan yang kami lakukan?
  2. Masihkah kebiasaan semasa kita OCT dulu sampai sekarang masih kita lakukan,seperti membuat perencanaan,membuat alat evaluasi,membuat alat peraga,dan lain sebagainya??Pertanyaan yang jawabannya ada pada diri kita semua selaku guru,bahwa kebiasaan baik tidak harus luluh oleh kesibukan,tidak harus sirna oleh rasa malas,dan saya yakin,kita selaku guru masih tetap eksis dengan kesibukan seperri itu,apalagi di era digital saat ini,semua serba mudah,kalau dulu hanyansekedar mmbuat RPP saja kita harus pegal-pegalan seharian menulis,sekarang tinggal buka laptop lalu print selesai satu tugas hari itu,untuk membuat peraga sulu kuta siapkan spidol berbagai warna dan ukuran,karton siper besar,paku payung dan sebagainya,sekarang tinggal buka laptop lalu buat rancangan gambar peragaperaga di format power point,tayangkan dengan infokus,selesai tugas membuat peraga,idealnya jika semua serba mudah,tidak ada kata malas lagi untuk memulainya.
  3. Dari program OCT tersebut banyak pengalaman positif yang kami raih,mulai dari administrasi kelas,pemecahan masalah dikelas,pergaulan dengan bapak ibu guru pamong,saling bantu dan saling menghargai,saling memberi saran dan kritik ketika kita menjadi observer maupun ketika kita menjadi orang yang diobservasi,dan sebagainya.
Demikian,terimasih sudah mampir,semoga bermanfaat!

Referensi:
  • Foto dokumen pribadi

Senin, 23 Juli 2018

GENERASI MILENIAL :DAMPAK POSITIFNYA BAGI GURU



Istilah ini,akhir-akhir ini Familiar kita dengar,sering diucapkan dan disandingkan dengan kata yang lainnya,contoh:
  • Suara generasi MILENIAL menjadi rebutan.
  • Generasi MILENIAL mulai dilirik para kontestan
  • Dan contoh-cintoh lainnya yang sering kita dengar
Lalu,apa ya Deskripsi dari istilah ini??
Itu salah satu pertanyaan yang mengemuka dihati saya,karena seringnya mendengar istilah tersebut.
Untuk mencari jawabanya,akhirnya saya googling sana sini mencari kejelasan dari deskripsi istilah tersebut,dari sekian banyak jawaban yang muncul,inilah akhir pencarian saya di google:
  • Menurut https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial,disana dibahas panjang lebar tentang istilah Milenial tersebut,namun kuambil intisarinya yang sesuai dengan jawaban pertanyaannya,bahwa:
  1. Milenial (juga dikenal sebagai generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X).
  2. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awak 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok Milenial ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahirannya. 
"Berarti,kita yang lahir sebelum 1980-an bukan generasi Milenial lagi dong?"
Baru juga satu istilah terjawab,timbul lagi pertanyaan baru,wajar...jika terjawab satu pertanyaan,tumbuh lagi seribu pertanyaan,itu artinya kita termasuk orang yang kritis,selalu ingin tahu dan penasaran dengan hal-hal yang baru.
Usia memang tidak mungkin disembunyikan,bahwa kenyataannya kita bukan lahir di era 1980-an dan kita tidak termasuk kedalam kelompok Generasi Milenial,jangan berkecil hati,malahan kita harus bangga bahwa:
  1. Kita diberi kesempatan untuk mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial
  2. Kita masih diberi usia panjang sehingga dapat menyaksikan tumbuh kembang generasi Milenial
  3. Kita masih diberi kesempatan untuk mengetahui,mengalami dan merasakan tantangan dan hambatan mendidik,mengajar dan membimbing generasi Milenial.
Lalu,bagaimana karakteristik generasi Milenial ini?
Menurut wikipedia yang saya jadikan rujukan ketika menulis artikel ini,bahwa karakteristik generasi Milenial ini ditandai dengan Peningkatan penggunaan dan keakraban dengan :
  1. Komunikasi,
  2. Media dan 
  3. Teknologi digital.
Ketiga hal tersebut diatas,memang akrab dengan generasi milenial,lihatlah "kids zaman now",mereka tidak terlppisahkan dengan perangkat komunikasi seperti Handphone dan barang sejenisnya dengan berbagai merk dan kecanggihannya tidak diragukan lagi.
Kemudian Media,yang begitu beragam seperti:
  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Instagram
  • Pinterest
  • Tumblr
  • Filckr
  • Linkedln
  • Dan lai-lain
Semua itu,akrab dengan generasi Milenial,malahan kita selaku orangtua atau guru kalah pintar dengan mereka dalam hal bermedia sosial ini.
Satu lagi yang akrab dengan generasi Milenial,yaitu Teknolog Digital,mari kita kenang masa lalu zaman baheula kita,yang ketika itu kita menggunakan Teknologi analog:
  • Ketika kita mau kirim surat,berjam-jam kita buat,beli perangko dan amplop lalu kita kirimkan ke kantor pos atau kotak surat,seminggu kemudian baru dapat balasannya,nah...di era teknologi digital saat ini,tinggal ketik via Handphone lalu klik kirim atau send,hitungan detik sudah dapat balasannya
  • Doeloe ketika seorang guru akan membuat persiapan mengajar atau membuat administrasi kelas dan perangkat pembelajaran lainnya,dibuat dengan cara diketik pada mesin tk atau digambar pada karton memakai spidol ketika ingin membuat alat peraga,kini,tinggal ketik di Laptop atau membuat file Presentasi dengan format powerpoint,jadilah perangkat pelengkap kegiatan belajar mengajar.
  • Itulah contoh kecil sebagian perbedaan,hambatan dan kemudahan zaman baheula dengan zaman sekarang atau era Teknologi analog dengan teknologi digital saat ini.
Lalu,dimana letak dampak positifnya,ketika kita sebagai guru menjadi bagian dari generasi milenial,letaknya adalah bahwa ketika menjadi seorang guru dari generasi Milenial,inilah dampak positifnya bagi guru:
  1. Guru menjadi lebih inovatif
Artinya,seorang guru lebih termotivasi untuk meningkatkan dan mendayagunakan kemampuan serta keahliannya,guru harus mulai berpipikir inovatif,karena yang mereka hadapi adalah peserta didik dari generasi milenial yang kritis dan cerdas,yang tidak bisa dihadapi dengan kompetensi yang seadanya,peserta didik seperti itu harus dihadapi dengan persiapan yang matang,jika tidak,bersiap-siaplah untuk terpojok.
2.  Guru menjadi Guru pembelajar
Artinya setiap saat akan selalu meng-upgrade dirinya,kemampuannya,tidak berhenti belajar dan belajar,tidak hanya menyuruh  peserta didik belajar akan tetapi juga menyuruh sang guru belajar,mempunyai keinginan untuk BISA dan MAU BELAJAR.
3.  Guru menjadi kebih kreatif
Dalam hal ini guru mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya didalam kelas,kreatifitasnya muncul ketika masalah menghadapinya,ingatlah bahwa guru juga manusia yang tidak sempurna,artinya jika didalam kelas guru bukanlah satu-satunya sosok yang serba bisa,serba pandai,serba tahu dan julukan-julukan lain yang terkadang memahat rasa malu jika hal itu terjadi,kita menjadi sosok yang takut dibilang tidak bisa,tidak tahu dan tidak cerdas oleh peserta didik,abaikan rasa itu,artinya kita sebagai guru haruslah menjadi guru yang berpikir kreatif,di era milenial ini banyak hal yang dapat dijadikan guru atau tempat berguru,jika kita menemukan masalah dikelas,salah satu solusi kreatifnya adalah kita cari jawabannya di media-media online,atau komunitas-komunitas pendidikan online yang diikuti,coba ketik masalah pembelajaran yang dihadapi,searching kemudian analisi,setelah yakin bahwa yang kita temukan itu adalah jawaban benar dari masalah yang dihadapi tersebut,maka aplikasikanlah untuk memecahkan masalah tersebut.
4.  Guru menjadi lebih kritis
Yang saya maksud adalah kritis terhadap intern diri kita,kita kritisi diri kita,terutama apa yang menjadi hambatan dan kekurangan diri kita terhadap profesi yang kita emban,
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi,bukan bermaksud menggurui!
Terimakspasih sudah mampir diblog kami!

Referensi:
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial
  • Foto dokumen pribadi 

Selasa, 17 Juli 2018

HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH,MASALAH DAN SOLUSINYA

Begitu kaki menginjak halaman sekolah,wajah-wajah sumringah menyambut kedatanganku,tangan-tangan mungil itu pun menjulur mengucap salam,tanpa menunggu dulu kakiku memarkir kendaraan,langsung menyerbuku dengan sejuta rasa kangen  menggebu,setelah sekian lama berlibur.
Diantara wajah-wajah lugu itu,terdapat wajah-wajah baru,dengan pakaian serba baru,mengikuti kakak-kakak kelasnya,menyambutku dengan malu-malu,kusambut tangan silatutahmi mereka dengan penuh kehangatan dibarengi dengan kalungan seuntai doa,agar peserta didik baruku,menjadi anak yang soleh dan soleha,rajin belajar,berguna kelak bagi Nusa,Bangsa dan Agama,kata Amin pun menggema dari orangtua yang mengantar mereka kesekolah.
Selesai bersilaturahmi,kutengok kelas baru mereka,ternyata didalam kelas lebih sibuk lagi,para orangtua,sibuk mencarikan tempat duduk buat anaknya,masing-masing ingin anaknya duduk dibarisan bangku paling depan,Subhanallah....begitu sayangnya mereka,begitu pedulinya mereka sampai tempat dudukpun mereka perhatikan,walaupun pada selanjutnya,tempat duduk anaknya tersebut,tentu akan selalu berpindah-pindah,dirotasi oleh bapak dan ibu gurunya,agar para siswa tidak duduk ditempat yang sama sepanjang tahun.
Kita tinggalkan dulu,hiruk pikuk eporia  peserta didik baru kita karena dibalik hal tersebut ada cerita lain yang mewarnai nuansa pagi,baik disekolah terlebih lagi dirumahnya masing-masing,apa sajakah itu,ini lah cerita dan bahasannya.
  1. Dirumah
Suasana pagi dirumah peserta didik baru,lebih seru dan lebih beragam problematikanya,apa sajakah itu,ini diantaranya:
  • Anak susah bangun
Drama anak susah bangun dipagi hari adalah permasalahan klasik,yang setiap orangtua pernah mengalaminya,berbagai bujuk rayu tidak mempan menghalau semuanya,orangtua terutama sang Bunda dibikin geleng-geleng kepala,kesabaran orangtua diuji dan dipertaruhkan,gunakan berbagai cara dan bujuk rayu,saya yakin setiap orangtua punya seribu satu cara agar anaknya bangkit dari tempat tidur lalu mandi dan sarapan,setelah itu sang anak berlenggang dengan senang menuju sekolah barunya.
  •  Rewel
Rewel itu normal bagi seorang anai,namanya juga anak-anak,demikian obat mujarab untuk menghadapinya,lagi-lagi kesabaran oraangtua diujindan dipertaruhkan,walaupun tidak semua anak rewel,namun  dominasi anak seusia itu,pasti rewel ketika emasuki saatnya pergi kesekolah.
  • Tidak mau berangkat sekolah
Ini juga merupakan bagian dari drama anak dipagi hari menjelang berangkat sekolah,tidak mau berangkat sekolah,anak menjadi susah diajak pergi sekolah,berbagai cara dan metoda dilakukan oleh kedua orangtuanya ,agar sang anak mau berangkat kesekolah.
  • Manja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,pengertian manja adalah: manja/man·ja/ a 1 kurang baik adat kelakuannya karena selalu diberi hati, tidak pernah ditegur (dimarahi), dituruti semua kehendaknya, dan sebagainya: karena anak bungsu, ia sangat --; 2 sangat kasih, jinak, mesra (kepada): anak itu sangat -- kepada kakeknya; kucing itu -- sekali kepada tuannya;
Tapi,manja yang saya maksud ketika anak susah berangkat sekolah adalah anak tidak mau berangkat sekolah jikalau tidak diantar oleh ibunya,atau bapaknya,atau,anak tidak mau berangkat sekolah andai tidak diberi bekal yang banyakoleh kedua orangtuanya. 
 2.Disekolah
Disekolah pun,ketika peserta didik baru tersebut sampai disekolah, tidak luput dari problem,diantaranya yaitu: 
  •  Tidak mau ditinggal oleh orangtuanya
 Sesampainya peserta didik disekolah,kemudian bangku juga sudah didapatkannya,timbulah masalah baru,sang anak tidak mau ditinggal oleh orangtuanya,ibunya harus duduk bersamanya dikelas,menemaninya belajar,ditinggal sedikit saja nangis,dicoba sebentar saja dengan cara keluar kelas,merengek.
  • Susah bersoaialisasi
Mungkin,karena lingkungannya lingkungan baru,teman baru,guru baru dan semua serba baru yang menyebabkan peserta didik baru tersebut susah bersoailisasi atau bergaul baik dengan teman-temannya sesama peserta didik baru maupun dengan kakak-kakak kelasnya,pun dengan bapak dan ibu gurunya,wajar jika hal itu terjadi pada awal tahun pelajaran,namun jika terus berlanjut setelah sekian lama terjadi,hal itu menjadi tugas dan kewajiban guru maupun orangtua untuk bersama-sama mencari solusi agar tidak terus berlarut-larut. 
  • Takut sama temannya
Takut sama teman disaat pertama kali masuk sekolah,mungkin wajar-wajar saja bagi merekamereka,mengingat mereka baru pertama kali bertemu dan belum akrab,sehingga anak cenderung kelihatan takut bergaul sama teman barunya,mudah-mudahan seiring berjalannya waktu,seiring seringnya mereka bersosialisasi,rasa takut itu berganti menjadi sebuah keberanian,mereka menjadi berani bersoasialisasi dan bergaul dengan teman barunya, 
  • Takut sama bapak atau ibu gurunya  
Takut sama bapak ibu gurunya?Memang ada?Mungkin itu sebuah pertanyaan yang menggelitik untuk dijawab,jawabannya adalah,bisa iya bisa tidak,artinya mungkin saja kita sebagai guru menemukan hal seperti itu,anak seolah takut berhadapan dengan guru barunya,disinilah jurus pamungkas guru diuji,bagaimana guru bersikap dan berbuat,yang bisa merubah image siswa seperti itu,dalam hal ini,guru telah dibekali dan mempunyai kompetensi yang mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah yang kemungkinan terjadi.
Demikian,mohon maaf bukan bermaksud menggurui,hanya sedikit berbagi,mudah-mudahan ada guna dan manfaat.
Terimakasih telah mampir di blog kami!


Referensi:

  •  Foto dokumen pribadi




Sabtu, 07 Juli 2018

MENDIDIK DENGAN METODE KLASIK:"BAWEL"


Yang Pernah ngalamin masa kanak-kanak,tentu familiar dengan kata CEREWET ini,hehe...apapun persepsinya terhadap istilah tersebut,darimanaoun sudut pandang anda tentang istilah ini.Hampir tiap saat ketika masih kecil  kita dicerewetin, baik sama kedua orangtua kita maupun sama Kakek dan Nenek kita:
  1. "Kakak...ayo bangun!"
  2. "Adek....cepet tidur,jangan nonton TV terus!"
  3. "Neng,rapihin tempat tidurnya!"
  4. "Jangan bicara kalau lagi makan"!
  5. "Dengarkan kalau orangtua lagi bicara!"
  6. "Ayo,belajar!Buka buku pelajarannya,jangan lupa Peernya kerjakan!"
  7. "Jangan lupa,kalau mau tidur beedoa dulu!"
  8. Dan masih banyak lagi kenangan manis kita dimasa kecil yang masih terngiang ditelinga kita hingga saat ini.
Dan...kita saat ini adalah produk kecerewetan kedua orangtua kita dulu,cerewetnya mereka adalah:

  1. Kasih sayangnya
  2. Perhatiannya
  3. Kepeduliannya
  4. Cara / metodenya untuk mendidik kita
Terbukti,banyak hal positif yang kita rasakan saat ini dari kecerewetan atau kebawelan kedua orangtua kita dulu,dan banyak memberikan kontribusi positif bagi tumbuh kembang kita,Pembentukan karakter serta Mental sosial kita.
Dan.., banyak diantara kita yang menyandingkan istilah CEREWET ini dengan kata BAWEL,apa benar CEREWET sama dengan BAWEL??
Mari kita telusuri arti dari tiap istilah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,bahwa:
  1. cerewet/ce·re·wet/ /ceréwét/ a suka mencela (mengomel, mengata-ngatai, dan sebagainya); banyak mulut; nyinyir; bawel: pembantu rumah tangga tidak suka bekerja pada nyonya rumah yang --;
  2. bawel/ba·wel/ /bawél/ a suka mencela; cerewet
Setelah ditelusuri makna dari kedua istilah tersebut,kita semua pasti berkesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signipikan dari kedua pengertian istilah diatas,malahan kita terkadang menari kesimpulan bahwa kedua istilah tersebut sama pengertuannya,CEREWET ya BAWEL,jadi andai ada diantara anak-anak ataupun orang dewasa yang menyandingkan istilah CEREWET dengan istilah BAWEL,kita tidak dapat menyalahkannya.
Sudahlah,semua saya serahkan pada anda,saya tidak akan fokus pada perbedaan ataupun persamaannya,namun yang akan saya bedah,adalah makna tersembunyi dari setiap kata BAWEL tersebut seperti berikut:

  1. Behavior
  2. Ability
  3. Warning
  4. Earnest
  5. Laudable

Baiklah kita perluas bahasannya satu persatu:
  1. Behavior adalah sikap atau tingkah laku atau tindak tanduk seseorang,jadi dengan seringnya orangtua kita bawel terhadap apapun yang menurut mereka laik untuk dibawelin,terutama yang menyangkut dengan sikap,tingkah laku serta tindak tanduk kita,diharapkan selalu sesuai dengan norma atau aturan,baik norma keluarga,norma Agama,serta Norma dan aturan lain yang berlaku dimasyarakat,baik yang tertukis maupun yang tidak tertulis.
2.Ability adalah Kecakapan,bakat atau Kemampuan,jadi ketika kita dibawelin kemudian kita ikuti dan turuti,insyaallah kecakapan,bakat serta kemampuan kita akan berubah lebih baik,contohnya ketika orangtua kita menyuruh untuk belajar,menyuruh untuk segera pergi ketempat Les,dan sejenisnya,jika kita menurut pada mereka,inshaallah Kecakapan,bakat dan kemampuan kita semakin lebih baik.
3.Warning artinya  Peringatan,jadi bawelnya mereka adalah warning atau peringatan agar kita senantiasa baik,senantiasa jadi anak yang penurut,jadi anak yang selalu patuh dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik serta tidak melakukan kesalahan yang sama.
4.Earness artinya bersungguh-sungguh,orangtua kita ngebawelin kita ,bertujuan agar kita  selalu bersungguh-sungguh atau serius dalam segala hal.
5. Laudable artinya patut dipuji.Orangtua kita bawel bermaksud agar kita menjadi anak yang patut dipuji dan menjadi anak yang terpuji,sopan terhadap kedua orangtua,guru,teman dan sahabat serta masyarakat sekitarnya.
Demikian,mudah-mudahan bermanfaat,sekali lagi mohon maaf bila berbeda sudut pandang dalam menafsirkan arti BAWEL,yang jelas BAWELnya kita terhadap anak-anak kita atau BAWELnya dulu orangtua kita terhadap kita adalah sebuah Cara atau Metode yang mereka ketahui dan mereka yakini untuk mendidik kita agar menjadi anak yang berbakti terhadap kedua orangtua,Agama,Bangsa dan Negara,serta menjadi anak yang pberkarakter.
Terimakasih telah mampir di blog kami!

Daftar Referensi:



  1. https://kbbi.web.id/cerewet
  2. https://kbbi.web.id/bawel
  3. Foto dokumen pribadi

Tulisan ini saya dedikasikan buat :

  1. Keluargaku tersayang:"Maaf,Ayah selalu BAWEL!💞
  2. Murid-muridku semua:"Maaf juga,BAWEL!"💞

Jumat, 06 Juli 2018

JEJAK WORKSHOP MENULIS BUKU :"MENULIS ITU MUDAH?"

Alhamdulilah...sampai juga dirumah,berkumpul kembali bersama keluarga tercinta,setelah ditinggal selama dua hari,karena saya diberi tugas untuk mengikuti workshop menulis buku,yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat,dari tanggal 5-6 Juli 2018 bertempat di Vila Lemon.
Sambil selonjoran,ditemani secangkir teh manis,kucoba menyusun kembali jejak-jejak hasil workshop yang sempat tercecer dari ingatanku,agar dapat saya  getoktularkan  kembali pada teman dan sahabat,dengan harapan kelak berguna serta bermanfaat.
Ada sesuatu yang membekas dan menggelitik dari pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Asep Rachmat selaku pemateri sekaligus Koordinator Pengawas Kabupaten Bandung Barat,beliau menyampaikan bahwa:
"Menulis itu sesungguhnya mudah,karena hanya menggabungkan 26 hurup mulai dari hurup A sampai dengan Z ditambah angka 0 sampai 9 dengan dihiasi tanda baca".
Mendengar apa yang disampaikan beliau tersebut,hati saya bergumam saat itu juga:
"O iya yah,apa susahnya merangkaikan hurup-hurup tersebut,menjadi sebuah kalimat,sebuah paragraf,sebuah halaman,sampai akhirnya menjadi sebuah buku ataupun artikel?".
Tapi kenyataan yang terjadi,kok susah ya,merangkai hurup-hurup tersebut,kok saya selalu gagal ketika ingin memulai menulis,apa yang menjadikannya susah dan gagal?,pertanyaan berikutnya muncul mematahkan semangatku yang sepersekian detik tadi sempat menggelora.
Kutepis dulu pertanyaan itu,saya kembali fokus mengikuti sajian materi selanjutnya dari pemateri,barangkali seiring bergulirnya waktu,kutemukan jawabannya.
Sampai akhirnya,kutemukan jawaban atas pertanyaan tadi yang dikemukakan oleh pemateri,bahwa penyebab kegagalan seseorang dalam menulis itu disebabkan oleh beberapa Faktor yang datang dari Faktor Internal sang penulis,yaitu:
  1. Tidak punya fokus keahlian sehingga sulit menulis buku baru yang unik dan berkualitas.
  2. Tidak punya motivasi yang kuat atau ekstrim untuk menulis dan merampungkan penulisan buku.
  3. Tidak telaten menuangkan ulang apa yang telah dibaca,ditulis,didengar,diajarkan,dilihat,dipikirkan atau direnungkan dalam bwntuk tulisan yang sistematis.
  4. Tidak memiliki pengetahuan tentang strategi dan prosedur penulisan yang baik dan benar sehingga sulit menuangkan pemikiran secara lancar.
  5. Tidak menginvestasikan dana untuk mendapatkan sumber-sumber literatur yang relevan dan berkualitas.
  6. Tidak percaya diri
  7. Sibuk dengan pekerjaan administrasi/mencari uang recehan.
Sampai disitu saja rasanya saya sudah menemukan jawabannya,bahwa faktor penyebab kegagalan saya diantara faktor-faktor tersebut diatas adalah bahwa saya:
  1. Tidak fokus dan minim kompetensi dibidang menulis
  2. Motivasi yang saya miliki kurang kuat
  3. Kurang telaten
  4. Tingkat kepercayaan diri saya minus
Untuk sementara,hasil refleksi saya,barangkali keempat point tersebut diatas,yang emergency untuk segera diatasi,bahwa saya:
  1. Harus fokus dan meningkatkan kompetensi dibidang menulis
  2. Harus berjuang lebih keras untuk memotivasi  diri saya lebih kuat
  3. Harus lebih telaten dalam menulis
  4. Meningkatkan level kepercayaan diri saya.
Bismilah,kubulatkan tekad  untuk memulai semua ini,kalau tidak sekarang, kapan lagi?Ini resolusiku,semangat!✊✊
Terimakasih untuk seluruh pemateri yang telah memotivasi kami semua,mohon maaf bilamana ada kesalahan kutif maupun kesalahan penulisannya.
Terimakasih,anda telah mampir diblog saya,semoga bermanfaat!

Daftar referensi:
  1. Resume hasil workshop
  2. Ilustrasi foto diambil dari dokumen pribadi