Sabtu, 09 Desember 2017

RAHASIA MENJADI GURU YANG DIRINDUKAN (IKHTIARKU)

Ingin dirindukan adalah perasaan yang wajar bagi siapapun dan ditempat manapun, baik dirumah maupun disekolah.dirumah kita ingin dirindukan oleh keluarga kita,oleh anak maupun istri,pun disekolah,kita ingin dirindukan oleh peserta didik ataupun siswa kita,kedatangan kita dinanti dengan penuh sukacita,kehadiran kita ditunggu dengan penuh harap.Itu keinginan,semua guru pasti berkeinginan seperti itu,yang namanya keinginan,itu baru sebatas angan dan cita-cita,yang jika ingin terwujud perlu ikhtiar agar keinginan untuk dirindukan tersebut menjelma menjadi guru yang benar-benar dirindukan.

Menjadi guru yang dirindukan itu susah-susah gampang,tetapi tidak ada yang susah selagi kita mau berikhtiar atau berusaha.

Menjadi guru yang dirindukan merupakan bagian dari ikhtiar atau upaya guru untuk meng-upgrade kompetensi:
  1. Pedagogik
  2. Kepribadian
  3. Sosial,dan
  4. Profesional
Karena untuk menjadi guru yang dirindukan,memerlukan penguasaan keempat kompetensi tersebut diatas,itulah rahasia jika ingin menjadi guru yang dirindukan,adapun ikhtiar atau upaya yang dilakukan guru diantaranya:
1.Kompetensi Pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
  • Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
  • Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
  • Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
  • Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
  • Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2) Kompetensi Kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
  • Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
  • Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
  • Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
  • Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3.Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4.Kompetensi Profesional  merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

  • Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru artinya bahwa keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkesinambungan antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lainnya.
Itulah rahasia menjadi guru yang dirindukan,ikhtiarnya adalah kuasai dan aplikasikan keempat kompetensi guru tersebut,agar kita menjadi guru yang dirindukan.

Daftar Referensi:
  • UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Kamis, 07 Desember 2017

MENUMBUHKAN SEMANGAT BELAJAR ANAK


Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika anak pulang sekolah,terjadilah drama seperti berikut:
  1. Tas nya dilempar masuk dapur, makan tergesa-gesa, beres makan ambil langkah seribu,lupa beres-beres bekas makan, lupa pamit,biyur....lari ke tempat bermain,sampai lupa pulang.Esok harinya,ribut nyari tas sekolah yang entah dimana nyangkutnya,ditambah tugas Sekolah yang belum dikerjakan ,duar...perang duniapun tersulut,seluruh keluarga ribut mencari tas yang entah dimana
  2. Pulang sekolah,tas nya yang ini tidak dilempar,pergi ke dapur,ambil makan,stembay didepan tivi,makan sambil nonton filem kartun idolanya,susah untuk bangkit, nonton filem kartun sampai ketiduran,begitu dibangunin supaya pergi ngaji siang,susahnya minta ampun,akhir cerita,ngaji siang lewat,solat apalagi.
  3. Pulang sekolah,ganti baju setelah mandi,lalu solat,setelah itu makan siang,selesai makan tempat makannya dicuci,nonton tivi sebentar atau ada juga yang sambil mengerjakan tugas sekolah,selesai itu lalu berangkat ke madrasah untuk belajar agama,hingga menjelang magrib,ngaji malam sampai isya,setelah itu membaca dan menyiapkan buku pelajaran buat esok hari,dan...tidur malam.Esok harinya tidak terdengar ada keributan seluruh keluarga mencari tas yang raib dari pandangan,apalagi ribut karena tugas sekolah belum dikerjakan,hm....adem dan sejuk dipandangmata punya anak seperti itu,ideal banget.
Nah,begitulah,tiga judul drama pulang sekolah dan situasi pagi hari menjelang berangkat sekolah,anak kita masuk skenario yang mana ya, kesatu, kedua atau yang ketiga?
Tidak perlu dijawab,tinggal ditonton dan disaksikan reality show-nya dirumah masing-masing.
Gambaran kejadian diatas, tidaklah hanya menjadi sebuah keprihatinan tanpa berusaha mencari solusi penyelesaiannya, karena jika diabaikan,tentunya akan membawa dampak perkembangan anak pada tahapan perkembangan berikutnya,selaku orangtua harus ada upaya merubah kebiasaan jelek anak dirumah, semangat belajar anak dirumah seperti hilang,mereka mengartikan bahwa belajar itu hanyalah disekolah, kalau sudah dirumah,ya.. tidak usah belajar
Solusi untuk merubah mindset anak tentang pengertian belajar  itu bukan hanya sekedar disekolah,tetapi dirumah juga tetaplah harus ada  waktu untuk belajar,nah...cara untuk menumbuhkan semangat belajar anak itu diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Edukasi anak kita sejak dini,tentang tugas dan kewajibannya dirumah,tentu saja disesuaikan dengan perkembangan usianya,misalnya selesai makan biasakan untuk mencuci sendiri tempat makannya,merapikan tempat tidurnya, seandainya kurang bersih dan kurang rapih pun,jangan dihardik nanti malah tidak mau lagi mengerjakan pembiasaan yang Lagi kita tanamkan,tapi harus diberitahu dengan bahasa yang lembut,bahwa ini kurang bersih dan yang itu kurang rapi,bimbing dan bimbing, jangan lelah untuk mengarahkan.
  2. Selalu diingatkan,bahwa anak sekolah punya tugas dan kewajiban juga,yang harus dijalankan secara beriringan dengan tugas dan kewajiban sebagai anak dirumah, walau terkadang ada orangtua yang tidak begitu menuntut,yang penting kakak atau ade, jangan melupakan tugas sekolah, tapi alangkah baiknya juga jika sang anak tahu dan melaksanakan tugas sebagai anak dirumah, dengan membantu pekerjaan ringan orangtuanya disamping mengerjakan tugas sekolah,tentu saja dengan tidak merampas haknya untuk bermain.
  3. Pedulikan semua kegiatan anak, orangtua tidak cuek dengan kegiatan anak baik itu dilingkungan maupun disekolah,tanyakan:Tadi kakak atau ade belajar apa,bagaimana pelajarannya,mudah atau sukar, adakah peer atau tugas lainnya, bagaimana bapak ibu gurunya, bagaimana teman-temannya,,dan lain sebagainya, sudahkan itu dilakukan? Kalau itu senantiasa dilakukan,anak akan merasa dipedulikan,merasa diapresiasi,dan merasa selalu ada kontrol dari kedua orangtuanya hingga bisa meminimalisir untuk abai pada tugasnya sebagai pelajar.Saya untuk tahun pelajaran 2017-2018 ini, mempunyai 20 orang peserta didik,dari 20 orang peserta didik tersebut,hanya ada satu orangtua yang secara kontinyu menanyakan perkembangan anaknya,melalui nomor WhatsApp atau messenger yang telah saya bagikan: "Bagaimana Pak keadaan anak saya, bagaimana Pak prestasi akademik anak saya, bagaimana Pak dikelasnya, aktif apa tidak",dan pertanyaan lainnya.,begitulah seharusnya, saya senang mendengarnya,dan tidak menjadikan beban untuk menjawabnya,karena ditanyakan atau tidakpun, orangtua harus diberitahu perkembangan akademik anaknya.
  4. Bimbing anak dalam belajarnya dirumah,agar terarah,matikan dulu tivi atau radionya,jauhkan dulu hapenya,jangan anak disuruh belajar, sementara orangtuanya cuek dan tidak mempedulikannya.
Demikian mudah-mudahan bermanfaat,tidak bermaksud menggurui,hanya sedikit berbagi,kurang lebihnya mohon maaf!

Rabu, 06 Desember 2017

"TIPS DAN TRIK" MEMBANGKITKAN RASA PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK

Pendahuluan
Ini pengalaman pribadi,6 tahun silam!
Saat itu seperti biasa,kegiatan rutin akhir tahun,guru kelas VI,selain mengolah nilai,ada kegiatan lainnya yang tidak kalah pentingnya,karena menyangkut keberlangsungan belajar peserta didik saya kejenjang selanjutnya,yaitu kejenjang Sekolah lanjutan tingkat pertama,yaitu pendataan peserta didik yang akan melanjutkan sekolah apabila nanti lulus dari Sekolah Dasar,saya bagikan formulirnya,untuk dibawa ke rumah,dan ditandatangani oleh orangtuanya.
Tiga hari kemudian format itu dikumpulkan,kemudian saya rekap,dan dikelompokkan sesuai pilihan sekolah yang diminatinya,ada yang mau melanjutkan ke MTs,Ke SMP Negeri,ke Ponpes terpadu,bahkan ada juga yang mau melanjutkan sekolah keluar Kabupaten.
Dari 32 peserta didik saya,ada 2 0rang yang tidak mengisi formulir tersebut,ni anak kenapa...?Berbagai pertanyaan berkecamuk:Apa orangtuanya tidak mendukung,apa orangtuanya tidak faham dengan kewajibannya,padahal saya selaku wali kelas,telah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa,dan selalu mengedukasi mereka tentang pentingnya pendidikan dan tentang wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun,
Berangkat dari masalah itulah,lalu saya eksplor lebih dalam tentang masalah kedua anak tersebut,dengan langkah-langkah,langkah sebagai berikut:

1.Kunjungan rumah (Home visit)
Home visit adalah salah satu tehnik pengumpulan data dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik lain (ws.winkel,1995:70).Berdasarkan itu,saya mengadakan home visit dengan tujuan mencari tahu dari kedua orangtua siswa tersebut,ada beberapa poin yang dapat saya simpulkan dari pertemuan itu,bahwa pada dasarnya,kedua orangtua tersebut mengizinkan dan mendukung sekali jika anaknya mau meneruskan sekolah.Kemudian saya tanyakan,kenapa anaknya tidak mau meneruskan sekolah jika memang kedua orangtuanya mendukung,dalam hal pertanyaan itu,mereka tidak bisa menjawab,karena keduanya anak tersebut,tidak menjawab ketika oleh mereka ditanya,penelusuran saya buntu,tidak menemukan jawaban yang diharapkan dari kedua orangtua tersebut.
2. Wawancara dengan siswa
Berbekal jawaban yang belum tuntas dari kedua orangtua siswa saat home visit,kemudian saya mengadakan wawancara dengan kedua anak tersebut,saya ajak bicara satu persatu,dituangkan kelas,tentu saja dengan terlebih dahulu,mengosongkan jelas,ntuk melindungi Privat mereka,agar terhindar dari rasa malu dan menjadi pusat perhatian teman yang lain,kebetulan saat itu anak yang lain sedang mengikuti mata pelajaran PJOK dilapangkan Desa,saya minta izin terlebih dahulu kepada guru bidangnya.Pertanyaan kepada kedua anak tersebut,hanya seputar,kenapa mereka tidak mau melanjutkan sekolah,dan saya beritahukan kepada mereka hasil kunjungan rumah,bahwa ternyata kedua orangtuanya,sangat mengharapkan mereka melanjutkan sekolah.Susah payah saya membujuk mereka agar mau berbicara,dan...akhirnya,mereka mau menjawab pertanyaan itu,dan jawaban keduanya sama,bahwa mereka sebenarnya mau melanjutkan sekolah,hanya mereka merasa:
  • Malu
  • Takut diejek teman pada saatnya nanti di SMP 
 Apa yang menjadikan malu dan takut yang membayangi mereka,saya tidak perlu bertanya lagi pada mereka,karena saya tahu sejak awal akan kekurangan mereka, (mohon maaf,tidak bermaksud mengeksploitasi kekurangan mereka,karena guru sejak awal mesti tahu karakteristik siswanya,baik kekurangan maupun kelebihannya).ini yang menurut kedua siswa tersebut adalah kekurangan mereka:
  1. Siswa yang satu  memiliki cacat bawaan berupa cleft pallate atau sumbing bibir sehingga kalau berbicara agak sengau
  2. Kemudian siswa yang satu memiliki kekurangan (menurut mereka) pada areal mata,sehingga kalau membaca itu jaraknya harus dekat sekali,bukunya ditarik dan ditempel kemukanya.
Berbasis dai jawaban yang mereka sampaikan,kemudian saya simpulkan,bahwa,mereka tidak mau melanjutkan sekolah itu karena kurang percaya diri dengan keadaannya.Akhirnya,pertanyaan yang berkecamuk itu,terjawab dengan komunikasi yang baik,tugas saya sebagai guru belum selesai sampai disitu,saya masih punya tugas berat untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka.

3.Membangkitkan rasa percaya diri peserta didik
Menelisik jawaban kedua siswa tersebut diatasi,maka saya ambil langkah&langkah untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka,diantaranya:
  1. Menanamkan pemahaman bahwa tidak ada manusia yang sempurna,selalu saja ada kekurangan yang dilihat oleh orang lain
  2. Menanamkan rasa ikhlas menerima keadaan yang diberikan Allah sang pencipta,dan mensyukurinya.
  3. Memberi pemahaman pada mereka,bahwa,banyak orang disekelilingnya kita yang lebih menderita,ada yang hanya mempunyai satu kaki,satu tangan,bahkan tidak memiliki kaki dan tangan sama sekali,tapi mereka tetap tabah dan bersabar.
  4. Memotivasi mereka,dengan memutarkan video atau film kisah-kisah insfiratif dari kaum disabilitas,bahwa kekurangan bukan penghalang untuk berjuang,bukan halangan untuk berprestasi,dan lain sebagainya.
  5. Memberikan pemahaman bahwa sarat  berprestasi itu  bukan fisik harus sempurna,tetapi kemauan dan tekad.
  6. Memotivasi mereka untuk menunjukan diri kepada dunia,bahwa kekurangan mereka menjadi kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Dan....akhir perjuangan itu,mereka mau melanjutkan sekolah,kini rasa percaya diri mereka yang sempat kandas,telah bangkit,dan memotivasi mereka untuk berprestasi,dan...terbukti mereka kini menjadi anak yang berprestasi di sekolahnya,giat mengikuti segala jenis kegiatan disekolahnya,siswa tersebut,kimi, telah mendekati ujian akhir disebuah SMA dan SMK,terakhir kali bertemu,mereka menyalami saya dan ketika saya tanya akan melanjutkan kemana LEPAS SMK nanti,katanya entah mau kuliah atau Daftar Tentara,kemampuan dia,kebanggaan ini tetap ada bahwa sampai terakhir bertemu,dia masih Percaya Diri ,(Pede),dengan dirinya.
Untuk siswa yang satu lagu,itupun sama,mendekati ujian akhir disebuah SMA,dan terakhir ketemu,ketika,saya mengundangnya pada acara Lomba Tingkat 1,dan...saat itu dia mengeluarkan testimoni bahwa seandainya dulu tidak termotivasi untuk melanjutkan sekolah,mungkin saya tidak akan seperti ini."Terimakasih Pak",kata dia mengakhiri obrolannya.

Demikian pengalaman ini saya jadikan sebuah artikel,mudah-mudahan bermanfaat dan menginspirasi.


Senin, 04 Desember 2017

CARA MENGATASI ANAK YANG "MAGER"


Pendahuluan
Mager?
Malas gerak yang saya maksudkan,biar kekinian penyebutannya,itu merupakan istilah kids zaman now,yang biasa dipergunakan ketika mereka malas gerak atau  malas  bepergian  kemana-mana,dan...saya meminjam istilah mereka untuk digunakan sebagai sebutan bagi peserta didik kita yang malas berangkat kesekolah.
Sebagian bapak ibu guru,mungkin pernah mengalami ada peserta didik yang malas ketika saatnya pergi kesekolah,ini dominasinya terjadi pada peserta didik baru pada tahun ajaran baru,tetapi tidak menutup kemungkinan,terjadi juga pada peserta didik yang lebih tinggi,misalnya dari kelas 2 sampai kelas 6.
Nah,ketika hal itu terjadi,tentu bukan semata tanggungjawab orangtuanya,guru pun bertanggungjawab untuk memberikan saran dan masukan,serta trik-trik atau strategi khusus untuk menghadapinya.
Langkah yang harus dilakukan seorang guru,diantaranya sebagai berikut:
A.Analisis akar permasalahannya
Dalam menganalisis akar masalah ketika peserta didik malas berangkat kesekolah,tentu harus bekerjasama dengan orangtua peserta didik tersebut,tanyakan:
  • Apa alasan yang relevan sehingga anaknya terkena sindrom malas berangkat sekolah
Dalam hal,ingin mengetahui,alasan kenapa tidak mau berangkat kesekolah,tentu memerlukan pendekatan yang spesifik mengingat usia sikecilkan yang masih terlalu dini untuk berbicara dengan lantang,mengemukakan alasannya kenapa dia malas kesekolah,perlu jurus jitu agar sikecil mau berbicara,misalnya dengan rayuan manis,janji manis atau metode lainnya,saya yakin orangtua lebih faham bagaimana membujuk anak.,misalkan,setelah melalui proses negoisasi yang panjang,dengan metode bujuk rayunya tingkat tinggi,diperolehlah alasan kenapa sikecil malas berangkat sekolah,diantaranya: 
  1. Takut sama teman mamah",nah...alasan seperti ini,biasanya terjadi pada anak yang super sensitive,anak menjadi takut,walau sekedar ditakut-takuti oleh anak yang lebih dominan dikelas barunya tersebut,atau hanya sekedar diolok-olok,kemudian akan menjadi hal yang luar biasa dan menimbulkan mood nya down untuk pergi lagi ke sekolahan.
  2. Takut Sama gurunya,mungkin dalam pandangan orang dewasa atau orang lain,gurunya nampak baik-baik saja dan tidak bermasalah,tapi dipandangan sikecil bisa saja mengundang masalah,dia tidak merasa cocok dengan gurunya,sehingga batinnya menolak keberadaan  gurunya,bahkan candaan sekecil apapun bisa jadi masalah.
  3. Belum punya teman akrab,mungkin yang dia maksud adalah teman yang mengerti dan memahami dia,menurut versinya,padahal kan teman sekelasnya banyak,tapi dia mungkin belum menemukan teman yang satu selera dengannya.
  4. Sakit,ini alasan klasik,jika anak tidak mau sekolah,tapi terlepas dari benar atau tidaknya,alasan tersebut perlu ditanggapi dengan serius.
  5. Tidak mau berpisah dengan ibu,ini sering terjadi ketika bel masuk berbunyi,dia tidak masuk kelas,kalau ibunya tidak ikut masuk,maunya ditungguin sampai akhir pelajaran.
B.Saran untuk mengatasinya
Ada beberapa saran dan masukan untuk mengatasinya,sesuai dengan hasil analisis akar masalahnya,diantaranya yaitu:
  1. Jika peserta didik takut pada temannya,maka orangtua harus mengkomunikasikannya dengan bapak atau ibu gurunya,dan bapak atau ibu guru,harus menerima masukan dari orangtua peserta didik,lalu mengambil langkah serta pendekatan,untuk mengatasi ketakutan peserta didik tersebut,misal dengan memberikan pemahaman sedikit demi sedikit sesuai kapasitas pemikirannya sikecil,bahwa semua temannya itu baik-baik,ajaklah peserta didik secara berkala mengenal teman barunya,mengakrabkannya dengan berbagai cara,baik melalui permainan berkelompok maupun dengan  cara menanamkan rasa percaya dirinya agar secara perlahan mampu mengatasi rasa takutnya tersebut,kemudian sikap orangtua dirumahnya juga harus pro aktif,bersama-sama dengan guru,berupaya mengatasi rasa takut anaknya sama temannya tersebut,bisa dengan cara mengajak bermain bersama dirumahnya,agar anak menjadi akrab,serta memberi pemahaman untuk saling menyayangi antar sesama teman.
  2. Jika takut sama gurunya,hal ini juga sama,harus dikomunikasikan dengan guru yang bersangkutan,agar guru mengetahui,memaklumi dan dapat mengadakan pendekatan sebagai langkah persuasif untuk mengurangi rasa takut peserta didik tersebut kepadanya.
  3. Jika masalahnya belum punya teman akrab,tugas guru disekolah mengenalkan,dan mengakrabkan semua peserta didik,lebih husus bagi peserta didik yang mempunyai masalah dalam bersosialisasi,begitupun tugas orangtua dirumahnya,beri kesempatan anak untuk bersosialisasi melalui kegiatan bermain dengan teman sebaya dilingkungannya.
  4. Jika masalahnya sakit,segera bawa kepihak medis,jika memang sakitnya perlu penanganan medis,mudah-mudahan setelah ditangani,mood untuk sekolahnya kembali bangkit.
  5. Jika masalahnya tidak mau berpisah dengan orangtua dan selalu ditungguin didalam kelas,masalah ini bisa berat bisa ringan,dalam arti bahwa penanganan masalah ini tidak semudah membalik telapak tangan,ada pengalaman rekan kerja,yang selama satu tahun ajaran,peserta didiknya selalu ditungguin didalam kelas,berbagai upaya telah dilakukan oleh beliau sebagai guru kelas satu,namun hasilnya selalu nihil,bahkan hanya sekedar menyuruh ibunya untuk perlahan-lahan menunggunya diluar kelas,malah nangis dan tidak mau mengikuti kegiatan belajar mengajar,saya coba membantu guru kelas 1 tersebut dengan harapan,bisa mengatasinya,saya komunikasi dengan orangtuanya sebelum bel masuk berbunyi dan katanya,takut ditinggal mamahnya pergi,karena sebelum anak tersebut disekolahin,ibunya mengakui pernah kerja diluar kota dan menitipkan anaknya pada sang nenek,berangkat dari keterangan itulah,saya mengadakan pendekatan kepada anak tersebut,sambil berseloroh,kumasukkan pemahaman sederhana tentang tugas orangtua yang mencari nafkah untuk jajannya,untuk membeli pakaiannya,mainannya,dan sebagainya,itu dilakukan secara kontinyu,dengan harapan ada sedikit pencerahan sesuai pola pikirnya,dan pada kesempatan yang tidak terduga,sang anak berkata,bahwa nanti kalau sudah kelas dua,dia janji tidak akan diantar dan ditungguin sama mamah katanya,saya sambut janji sikecil,yang keluar dari mulut mungilnya tanpa paksaan,kemudian saya beri pencerahan tambahan,bahwa janjinya adalah janji sama Allah yang harus ditepati,insyaallah dia faham dan mengerti tentang Allah,walaupun dalam pengertian yang sederhana sesuai perkembangan pola pikirnya saat ini,dan setiap ada kesempatan,saya selalu selorohin dia dengan kata-kata:"ingat ya....janji kakak",sikecil hanya tersenyum jika saya bercandain seperti itu,dan...tibalah saat itu,kini dia kelas 2,dan...benarlah,dia tidak diantar dan ditungguin lagi,alhamdulilah....penantian yang panjang.
Demikian,semoga bermanfaat,kurang lebihnya mohon maaf!




        

Jumat, 01 Desember 2017

JURUS MENULIS ITU:KBK


Masih tergambar di memori saya,saat pertama kali menulis di Dashboard blog pribadi saya,sebentar dibuka,tidak lama kemudian ditutup lagi,bukanya sebentar,off nya lama sekali,limit satu Minggu,saya buka lagi itu,sudah dibuka,malah termenung,apa yang mesti saya tulis,akhirnya..ditutup lagi,begitu dan begitu terus selama satu bulan setelah saya buat blog.
Menginjak bulan kedua,mulai sedikit terbuka ide dan gagasan untuk menulis,itu pun setelah saya bolak-balik mengamati blog orang lain,maklum Newbie,masih perlu motivasi dan referensi untuk sekedar menuliskan 5 sampai 10 baris saja,rasanya berat sekali,ide terasa mampet.
Akhirnya bermodal keberanian,mulailah jariku belajar menari di atas keyboard Android ku,sebentar menulis,berhentinya lama...sekali,begitu terus,hingga akhirnya tulisan perdanaku,yang tidak lebih panjang dari jari tengahku itu pun selesai,ada kurang lebih 10 baris,judulnya kalau tidak salah "TIPS SEDERHANA MERINGANKAN BEBAN KERJA",2 September 2015 saat itu aku publikasikan.
Berbasis pengalaman perdanaku itulah,ku tulis artikel ini dengan judul:"JURUS MENULIS ITU:KBK".
Tentu saja,bukan KBK yang merupakan akronim dari Kurikulum Berbasis Kompetensi,karena KBK yang saya maksudkan adalah bahwa untuk mulai menjadi penulis itu jurusnya adalah KBK,ada dua akronim dari KBK yang saya maksud,yaitu:

1.Keberanian Berbasis Kemampuan
Bahwa untuk mulai menulis itu,jurusnya adalah Keberanian Berbasis Kemampuan,kenapa kata keberanian saya simpan didepan,karena saya berpendapat,punya kemampuan menulis tapi tidak punya keberanian untuk menuliskannya,sama juga bohong,ide apapun yang ada dibenak,kemampuan sehebat apapun yang dimiliki,tidak akan terwujud tanpa keberanian.
2.Keberanian Bukan Kemampuan
Bahwa untuk mulai menulis itu,jurusnya adalah Keberanian Bukan Kemampuan,artinya kita hanya punya keberanian,berani untuk mulai menorehkan ide dan gagasan,soal Kemampuan,itu bisa diasah oleh orang-orang yang sudah mempunyai modal keberanian,orang yang berani akan mulai mengupgrade kemampuannya dengan berbagai cara,bisa dengan belajar dari tutorial menulis,membaca karya tulisan orang lain,mencari referensi,dan lain sebagainya,kemampuan seseorang akan bertambah seiring semakin beraninya menulis,menulis dan terus menulis.
Itulah KBK yang saya maksud,dan saya masuk kategori penulis KBK nomor 2,yang hanya bermodal awal keberanian bukan modal awalnya kemampuan,kemampuan bisa terus diupgrade sembari kita terus menerus menulis,itulah Penulis Pembelajar,yang senantiasa belajar,belajar dan selalu belajar.
Idealnya,memang menulis itu ya berani ya mampu,paket komplit itu,mari kitapun bangkitkan keberanian,agar kita mampu!
Terimakasih....mudah-mudahan bermanfaat! 

Kamis, 30 November 2017

MENGAJAR YANG MEMBANGKITKAN PESERTA DIDIK BELAJAR


Definisi Guru Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,pasal 1 ayat 1 bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Merujuk pada bunyi pasal 1 ayat 1 diatas,bahwa tugas utama guru itu 7M:
  1. Mendidik, 
  2. Mengajar, 
  3. Membimbing
  4. Mengarahkan, 
  5. Melatih, 
  6. Menilai, dan
  7.  Mengevaluasi
Dari ke 7M tersebut diatas,saya menggarusbawahi M yang kedua yaitu mengajar yang saya jadikan sebagai bahasan utama artikel ini,bahwa mengajar itu harus memotivasi siswa untuk belajar.
Menurut Kenneth D Moore;Mengajar adalah sebuah tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. 
Lalu, mengajar Yang bagaimanakah Yang dapat memotivasi siswa belajar itu?? 
Jawabannya tentu relatif, sesuai dengan kompetensi,inovasi,Dan kreativitas Yang dimiliki oleh seorang guru.
Sebagai referensi, saya kemukakan beberapa hal Yang dapat memotivasi siswa belajar, yaitu;

  • Gunakan pendekatan, Strategi, Metode, Tehnik,Taktik Dan Model pembelajaran Yang  tepat, guru harus mampu menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dengan menarik serta asing bagi siswa, karena sesuatu Yang Baru Dan asing bagi siswa Akan menaikan level rasa penasaran, antusiasme Dan rasa ingin tahu siswa, apalagi ditunjang dengan penggunaan perangkat IT Dan Tehnik penyajian Yang kekinian. 
  • Tidak pelit memberikan Reward, pujian Dan penghargaan  lainnya, peserta didik juga manusia Yang Akan merasa dihargai Dan senang jika mendapat pujian atas prestasinya.Karena pujian menimbulkan rasa puas Dan senang. 
  • Ciptakan suasana belajar Yang menyenangkan, siswa Akan belajar dengan baik manakala timbul rasa senang, jauh Dari rasa takut Dan intimidasi,merasa Aman Dan terbebas Dari himpitan ketegangan, suasana kelas segar Dan ceria
  • Bangkitkan minat siswa, minat belajar siswa itu Naik turun, adakalanya semangat, namun Ada kalanya kurang bergairah, tugas gurulah untuk kembali membangkitkannya, pecahkan suasana demikian agar kebekuan minat kembali mencair. 
  • Berilah komentar terhadap segala jenis unjuk kerja siswa, agar jerih payahnya serasa dihargai, masih ingatkah Kita dengan sosok pelukis Pak Tino Sidin, Yang selalu memberi pujian terhadap hasil lukisan anak Yang diterimanya dengan ikon pujiannya Yang melekat pada ingatan kita:" Ini lukisan kiriman Dari nak Budi, Bagus.....!", Kita bisa aplikasikan hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran. 
Demikian Dan mohon maaf bilamana Ada kesalahan semoga Ada manfaatnya.

MENJADI GURU ABAD 21


"Semakin sini,tugas guru semakin berat!",gumam rekan guruku,ketika bercengkrama di sela-sela istirahat sebuah Bimtek.
Namun,saya justru berpendapat,tugas guru itu tetap seperti biasa,sebagaimana diamanahkan dalam UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1:Guru adalah pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar,membimbing,mengarahkan,melatih,menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini,jalur pendidikan formal,pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Itulah tugas guru,namun yang semakin beratnya adalah meng Upgrade Profesionalitas guru itu sendiri,apalagi dengan dihadapkannya guru pada pembelajaran abad 21,dimana guru bukan sekedar.mampu mengajar dengan baik,melainkan harus mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan  sekolah,pada abad 21,permasalahan semakin komplek,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat,sehingga perlu kesiapan untuk menghadapinya,oleh karena itu,pada pembelajaran abad 21,guru harus memiliki kompetensi:
  1. Komunikasi global,artinya seorang guru harus punya kompetensi dalam memahami,menguasai bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat dunia,baik komumikasi secara verbal maupun secara tertulis,penguasan kompetensi berkomunikasi ini,mempermudah dan memperlancar kegiatan bersosiali dan berkomunikasi,baik dengan sesama guru maupun berkomunikasi dengan orang lain diseluruh dunia,baik langsung maupun melalui media sosial.
  2. Kolaborasi,bahwa guru harus mampu bekerjasama dengan siapa saja dan dimana saja,berkolaborasi dengan orangtua siswa,dengan pemerintahan setempat,pemuka agama,tokoh pemuda,praktisi pendidikan ,tokoh budaya,tokoh adat,dari mulai tingkat Lokal,Nasional sampai tingkat global,semuanya bertujuan untuk kepentingan Pendidikan Nasional.
  3. Menguasai Teknologi informasi,mulai dari operasional computer serta perangkat IT sejenis,Infocus,Laser point,cara searching dan googling,berkirim dan berbalas surat elektronik,akses informasi,menyampaikan informasi pada publik,serta kecakapan teknologi yang lain,disamping untuk menambah wawasan dan memperlancar kegiatan belajar mengajar,juga untuk menularkan penguasaan IT tersebut pada peserta didik.
  4. Kritis,seorang guru harus mempunyai kemampuan critical thinking yang baik,mampu mengubah rintangan jadi peluang untuk maju,kreatif dan inovatif,problem solvingnya mumpuni,dan kemampyan berpikir kritis diperoleh dari pelatihan dan pengalaman,baik melalui Bimtek,seminar maupun workshop.

Apa yang harus dilakukan seorang guru untuk menghadapinya?

Siap tidak siap harus siap!
Mampu tidak mampu,harys mampu!
Pertanyaan yang sederhana,bisa menjadi beban berat jika mau dianggap berat,sebaliknya bisa ringan jika dianggap ringan,yang jelas berat maupun ringan,harus dipikul dengan berbagai kesiapan.
Kesiapan apa yang harus dilakukan?
  • Kontinu mengikuti bimbingan
Bimbingan merupakan strategi yang efektif dalam peningkatan profesionalitas guru,karena melalui bimbingan akan terbangun sebuh komunitas pembelajar profesional yang bisa dijadikan sebagai wahana diskusi dan berbagi.

  • Mengembangkan strategi dan pendekatan pembelajaran
  • Harus responsif pada perubahan global
  • Belajar sepanjang hayat (long live education)
Jangan berpuas diri dengan prestasi,jangan merasa memiliki dan menguasai segalanya sehingga menjadi malas belajar,enggan menerima saran,dan tabu mendapat kritik,tidak ada kata terlambat untuk memulai belajar,tetaplah merasa kurang sehingga termotivasi untuk terus belajar. 
Demikian bahasan singkat mengenai menjadi guru abad 21,kurang lebihnya mohon maaf!