Rabu, 06 Desember 2017

"TIPS DAN TRIK" MEMBANGKITKAN RASA PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK

Pendahuluan
Ini pengalaman pribadi,6 tahun silam!
Saat itu seperti biasa,kegiatan rutin akhir tahun,guru kelas VI,selain mengolah nilai,ada kegiatan lainnya yang tidak kalah pentingnya,karena menyangkut keberlangsungan belajar peserta didik saya kejenjang selanjutnya,yaitu kejenjang Sekolah lanjutan tingkat pertama,yaitu pendataan peserta didik yang akan melanjutkan sekolah apabila nanti lulus dari Sekolah Dasar,saya bagikan formulirnya,untuk dibawa ke rumah,dan ditandatangani oleh orangtuanya.
Tiga hari kemudian format itu dikumpulkan,kemudian saya rekap,dan dikelompokkan sesuai pilihan sekolah yang diminatinya,ada yang mau melanjutkan ke MTs,Ke SMP Negeri,ke Ponpes terpadu,bahkan ada juga yang mau melanjutkan sekolah keluar Kabupaten.
Dari 32 peserta didik saya,ada 2 0rang yang tidak mengisi formulir tersebut,ni anak kenapa...?Berbagai pertanyaan berkecamuk:Apa orangtuanya tidak mendukung,apa orangtuanya tidak faham dengan kewajibannya,padahal saya selaku wali kelas,telah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa,dan selalu mengedukasi mereka tentang pentingnya pendidikan dan tentang wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun,
Berangkat dari masalah itulah,lalu saya eksplor lebih dalam tentang masalah kedua anak tersebut,dengan langkah-langkah,langkah sebagai berikut:

1.Kunjungan rumah (Home visit)
Home visit adalah salah satu tehnik pengumpulan data dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik lain (ws.winkel,1995:70).Berdasarkan itu,saya mengadakan home visit dengan tujuan mencari tahu dari kedua orangtua siswa tersebut,ada beberapa poin yang dapat saya simpulkan dari pertemuan itu,bahwa pada dasarnya,kedua orangtua tersebut mengizinkan dan mendukung sekali jika anaknya mau meneruskan sekolah.Kemudian saya tanyakan,kenapa anaknya tidak mau meneruskan sekolah jika memang kedua orangtuanya mendukung,dalam hal pertanyaan itu,mereka tidak bisa menjawab,karena keduanya anak tersebut,tidak menjawab ketika oleh mereka ditanya,penelusuran saya buntu,tidak menemukan jawaban yang diharapkan dari kedua orangtua tersebut.
2. Wawancara dengan siswa
Berbekal jawaban yang belum tuntas dari kedua orangtua siswa saat home visit,kemudian saya mengadakan wawancara dengan kedua anak tersebut,saya ajak bicara satu persatu,dituangkan kelas,tentu saja dengan terlebih dahulu,mengosongkan jelas,ntuk melindungi Privat mereka,agar terhindar dari rasa malu dan menjadi pusat perhatian teman yang lain,kebetulan saat itu anak yang lain sedang mengikuti mata pelajaran PJOK dilapangkan Desa,saya minta izin terlebih dahulu kepada guru bidangnya.Pertanyaan kepada kedua anak tersebut,hanya seputar,kenapa mereka tidak mau melanjutkan sekolah,dan saya beritahukan kepada mereka hasil kunjungan rumah,bahwa ternyata kedua orangtuanya,sangat mengharapkan mereka melanjutkan sekolah.Susah payah saya membujuk mereka agar mau berbicara,dan...akhirnya,mereka mau menjawab pertanyaan itu,dan jawaban keduanya sama,bahwa mereka sebenarnya mau melanjutkan sekolah,hanya mereka merasa:
  • Malu
  • Takut diejek teman pada saatnya nanti di SMP 
 Apa yang menjadikan malu dan takut yang membayangi mereka,saya tidak perlu bertanya lagi pada mereka,karena saya tahu sejak awal akan kekurangan mereka, (mohon maaf,tidak bermaksud mengeksploitasi kekurangan mereka,karena guru sejak awal mesti tahu karakteristik siswanya,baik kekurangan maupun kelebihannya).ini yang menurut kedua siswa tersebut adalah kekurangan mereka:
  1. Siswa yang satu  memiliki cacat bawaan berupa cleft pallate atau sumbing bibir sehingga kalau berbicara agak sengau
  2. Kemudian siswa yang satu memiliki kekurangan (menurut mereka) pada areal mata,sehingga kalau membaca itu jaraknya harus dekat sekali,bukunya ditarik dan ditempel kemukanya.
Berbasis dai jawaban yang mereka sampaikan,kemudian saya simpulkan,bahwa,mereka tidak mau melanjutkan sekolah itu karena kurang percaya diri dengan keadaannya.Akhirnya,pertanyaan yang berkecamuk itu,terjawab dengan komunikasi yang baik,tugas saya sebagai guru belum selesai sampai disitu,saya masih punya tugas berat untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka.

3.Membangkitkan rasa percaya diri peserta didik
Menelisik jawaban kedua siswa tersebut diatasi,maka saya ambil langkah&langkah untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka,diantaranya:
  1. Menanamkan pemahaman bahwa tidak ada manusia yang sempurna,selalu saja ada kekurangan yang dilihat oleh orang lain
  2. Menanamkan rasa ikhlas menerima keadaan yang diberikan Allah sang pencipta,dan mensyukurinya.
  3. Memberi pemahaman pada mereka,bahwa,banyak orang disekelilingnya kita yang lebih menderita,ada yang hanya mempunyai satu kaki,satu tangan,bahkan tidak memiliki kaki dan tangan sama sekali,tapi mereka tetap tabah dan bersabar.
  4. Memotivasi mereka,dengan memutarkan video atau film kisah-kisah insfiratif dari kaum disabilitas,bahwa kekurangan bukan penghalang untuk berjuang,bukan halangan untuk berprestasi,dan lain sebagainya.
  5. Memberikan pemahaman bahwa sarat  berprestasi itu  bukan fisik harus sempurna,tetapi kemauan dan tekad.
  6. Memotivasi mereka untuk menunjukan diri kepada dunia,bahwa kekurangan mereka menjadi kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Dan....akhir perjuangan itu,mereka mau melanjutkan sekolah,kini rasa percaya diri mereka yang sempat kandas,telah bangkit,dan memotivasi mereka untuk berprestasi,dan...terbukti mereka kini menjadi anak yang berprestasi di sekolahnya,giat mengikuti segala jenis kegiatan disekolahnya,siswa tersebut,kimi, telah mendekati ujian akhir disebuah SMA dan SMK,terakhir kali bertemu,mereka menyalami saya dan ketika saya tanya akan melanjutkan kemana LEPAS SMK nanti,katanya entah mau kuliah atau Daftar Tentara,kemampuan dia,kebanggaan ini tetap ada bahwa sampai terakhir bertemu,dia masih Percaya Diri ,(Pede),dengan dirinya.
Untuk siswa yang satu lagu,itupun sama,mendekati ujian akhir disebuah SMA,dan terakhir ketemu,ketika,saya mengundangnya pada acara Lomba Tingkat 1,dan...saat itu dia mengeluarkan testimoni bahwa seandainya dulu tidak termotivasi untuk melanjutkan sekolah,mungkin saya tidak akan seperti ini."Terimakasih Pak",kata dia mengakhiri obrolannya.

Demikian pengalaman ini saya jadikan sebuah artikel,mudah-mudahan bermanfaat dan menginspirasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar