Mager?
Malas gerak yang saya maksudkan,biar kekinian penyebutannya,itu merupakan istilah kids zaman now,yang biasa dipergunakan ketika mereka malas gerak atau malas bepergian kemana-mana,dan...saya meminjam istilah mereka untuk digunakan sebagai sebutan bagi peserta didik kita yang malas berangkat kesekolah.
Sebagian bapak ibu guru,mungkin pernah mengalami ada peserta didik yang malas ketika saatnya pergi kesekolah,ini dominasinya terjadi pada peserta didik baru pada tahun ajaran baru,tetapi tidak menutup kemungkinan,terjadi juga pada peserta didik yang lebih tinggi,misalnya dari kelas 2 sampai kelas 6.
Nah,ketika hal itu terjadi,tentu bukan semata tanggungjawab orangtuanya,guru pun bertanggungjawab untuk memberikan saran dan masukan,serta trik-trik atau strategi khusus untuk menghadapinya.
Langkah yang harus dilakukan seorang guru,diantaranya sebagai berikut:
Sebagian bapak ibu guru,mungkin pernah mengalami ada peserta didik yang malas ketika saatnya pergi kesekolah,ini dominasinya terjadi pada peserta didik baru pada tahun ajaran baru,tetapi tidak menutup kemungkinan,terjadi juga pada peserta didik yang lebih tinggi,misalnya dari kelas 2 sampai kelas 6.
Nah,ketika hal itu terjadi,tentu bukan semata tanggungjawab orangtuanya,guru pun bertanggungjawab untuk memberikan saran dan masukan,serta trik-trik atau strategi khusus untuk menghadapinya.
Langkah yang harus dilakukan seorang guru,diantaranya sebagai berikut:
A.Analisis akar permasalahannya
Dalam menganalisis akar masalah ketika peserta didik malas berangkat kesekolah,tentu harus bekerjasama dengan orangtua peserta didik tersebut,tanyakan:
- Apa alasan yang relevan sehingga anaknya terkena sindrom malas berangkat sekolah
Dalam hal,ingin mengetahui,alasan kenapa tidak mau berangkat kesekolah,tentu memerlukan pendekatan yang spesifik mengingat usia sikecilkan yang masih terlalu dini untuk berbicara dengan lantang,mengemukakan alasannya kenapa dia malas kesekolah,perlu jurus jitu agar sikecil mau berbicara,misalnya dengan rayuan manis,janji manis atau metode lainnya,saya yakin orangtua lebih faham bagaimana membujuk anak.,misalkan,setelah melalui proses negoisasi yang panjang,dengan metode bujuk rayunya tingkat tinggi,diperolehlah alasan kenapa sikecil malas berangkat sekolah,diantaranya:
- Takut sama teman mamah",nah...alasan seperti ini,biasanya terjadi pada anak yang super sensitive,anak menjadi takut,walau sekedar ditakut-takuti oleh anak yang lebih dominan dikelas barunya tersebut,atau hanya sekedar diolok-olok,kemudian akan menjadi hal yang luar biasa dan menimbulkan mood nya down untuk pergi lagi ke sekolahan.
- Takut Sama gurunya,mungkin dalam pandangan orang dewasa atau orang lain,gurunya nampak baik-baik saja dan tidak bermasalah,tapi dipandangan sikecil bisa saja mengundang masalah,dia tidak merasa cocok dengan gurunya,sehingga batinnya menolak keberadaan gurunya,bahkan candaan sekecil apapun bisa jadi masalah.
- Belum punya teman akrab,mungkin yang dia maksud adalah teman yang mengerti dan memahami dia,menurut versinya,padahal kan teman sekelasnya banyak,tapi dia mungkin belum menemukan teman yang satu selera dengannya.
- Sakit,ini alasan klasik,jika anak tidak mau sekolah,tapi terlepas dari benar atau tidaknya,alasan tersebut perlu ditanggapi dengan serius.
- Tidak mau berpisah dengan ibu,ini sering terjadi ketika bel masuk berbunyi,dia tidak masuk kelas,kalau ibunya tidak ikut masuk,maunya ditungguin sampai akhir pelajaran.
B.Saran untuk mengatasinya
Ada beberapa saran dan masukan untuk mengatasinya,sesuai dengan hasil analisis akar masalahnya,diantaranya yaitu:
- Jika peserta didik takut pada temannya,maka orangtua harus mengkomunikasikannya dengan bapak atau ibu gurunya,dan bapak atau ibu guru,harus menerima masukan dari orangtua peserta didik,lalu mengambil langkah serta pendekatan,untuk mengatasi ketakutan peserta didik tersebut,misal dengan memberikan pemahaman sedikit demi sedikit sesuai kapasitas pemikirannya sikecil,bahwa semua temannya itu baik-baik,ajaklah peserta didik secara berkala mengenal teman barunya,mengakrabkannya dengan berbagai cara,baik melalui permainan berkelompok maupun dengan cara menanamkan rasa percaya dirinya agar secara perlahan mampu mengatasi rasa takutnya tersebut,kemudian sikap orangtua dirumahnya juga harus pro aktif,bersama-sama dengan guru,berupaya mengatasi rasa takut anaknya sama temannya tersebut,bisa dengan cara mengajak bermain bersama dirumahnya,agar anak menjadi akrab,serta memberi pemahaman untuk saling menyayangi antar sesama teman.
- Jika takut sama gurunya,hal ini juga sama,harus dikomunikasikan dengan guru yang bersangkutan,agar guru mengetahui,memaklumi dan dapat mengadakan pendekatan sebagai langkah persuasif untuk mengurangi rasa takut peserta didik tersebut kepadanya.
- Jika masalahnya belum punya teman akrab,tugas guru disekolah mengenalkan,dan mengakrabkan semua peserta didik,lebih husus bagi peserta didik yang mempunyai masalah dalam bersosialisasi,begitupun tugas orangtua dirumahnya,beri kesempatan anak untuk bersosialisasi melalui kegiatan bermain dengan teman sebaya dilingkungannya.
- Jika masalahnya sakit,segera bawa kepihak medis,jika memang sakitnya perlu penanganan medis,mudah-mudahan setelah ditangani,mood untuk sekolahnya kembali bangkit.
- Jika masalahnya tidak mau berpisah dengan orangtua dan selalu ditungguin didalam kelas,masalah ini bisa berat bisa ringan,dalam arti bahwa penanganan masalah ini tidak semudah membalik telapak tangan,ada pengalaman rekan kerja,yang selama satu tahun ajaran,peserta didiknya selalu ditungguin didalam kelas,berbagai upaya telah dilakukan oleh beliau sebagai guru kelas satu,namun hasilnya selalu nihil,bahkan hanya sekedar menyuruh ibunya untuk perlahan-lahan menunggunya diluar kelas,malah nangis dan tidak mau mengikuti kegiatan belajar mengajar,saya coba membantu guru kelas 1 tersebut dengan harapan,bisa mengatasinya,saya komunikasi dengan orangtuanya sebelum bel masuk berbunyi dan katanya,takut ditinggal mamahnya pergi,karena sebelum anak tersebut disekolahin,ibunya mengakui pernah kerja diluar kota dan menitipkan anaknya pada sang nenek,berangkat dari keterangan itulah,saya mengadakan pendekatan kepada anak tersebut,sambil berseloroh,kumasukkan pemahaman sederhana tentang tugas orangtua yang mencari nafkah untuk jajannya,untuk membeli pakaiannya,mainannya,dan sebagainya,itu dilakukan secara kontinyu,dengan harapan ada sedikit pencerahan sesuai pola pikirnya,dan pada kesempatan yang tidak terduga,sang anak berkata,bahwa nanti kalau sudah kelas dua,dia janji tidak akan diantar dan ditungguin sama mamah katanya,saya sambut janji sikecil,yang keluar dari mulut mungilnya tanpa paksaan,kemudian saya beri pencerahan tambahan,bahwa janjinya adalah janji sama Allah yang harus ditepati,insyaallah dia faham dan mengerti tentang Allah,walaupun dalam pengertian yang sederhana sesuai perkembangan pola pikirnya saat ini,dan setiap ada kesempatan,saya selalu selorohin dia dengan kata-kata:"ingat ya....janji kakak",sikecil hanya tersenyum jika saya bercandain seperti itu,dan...tibalah saat itu,kini dia kelas 2,dan...benarlah,dia tidak diantar dan ditungguin lagi,alhamdulilah....penantian yang panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar