Minggu, 17 Desember 2017

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK


Bersosialisasi bukanlah suatu keharusan,akan tetapi sebuah kebutuhan yang suatu saat diperlukan oleh kita sebagai manusia, yang merupakan bentuk aplikasi kita sebagai mahluk sosial,yaitu mahluk yang senantiasa akan memerlukan orang lain dan diperlukan oleh orang-orang disekitar kita.
Dalam bersosialisasi, tentu memerlukan filter sosial yang tinggi, bukan artinya kita pilih-pilih dalam bersosialisasi, namun sebagai upaya dini, agar kita tidak salah dalam bersosialisasi, agar anak kita tidak salah dalam bergaul, karena ketika anak atau peserta didik kita bersosialisasi,mereka akan bertemu dengan orang-orang baru dengan beragam adat dan kebiasaan, bermacam-macam watak dan kepribadian, berbeda adat istiadat, menemukan lingkungan baru diluar rumah,dan lain sebagainya.
Lingkungan mempunyai andil besar dalam pembentukan karakter anak atau peserta didik, jika anak atau peserta didik didik bergaul dilingkungan yang baik,maka karakternya akan tumbuh baik, tetapi jika anak atau peserta didik bergaul dilingkungan yang jelek,maka karakternya akan tumbuh dengan jelek,maka perhatikanlah ketika anak bersosialisasi karena tempat bersosialisasi anak akan memberikan kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang karakternya.
Mari,kita perhatikan lingkungan tempat anak bersosialisasi, seperti berikut:
1.lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah adalah  kawasan atau wilayah sekolah tempat anak bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman beserta guru dan karyawan sekolah lainnya.Di dalam lingkungan sekolah terjadi proses interaksi dan sosialisasi, yang akan berdampak pada karakter anak, oleh karena itu, ketika orangtua akan menyekolahkan anaknya di suatu sekolah,maka perhatikanlah hal-hal berikut:
  • Gurunya, apakah bapak dan ibu gurunya,yang akan mendidik, mengajar, membimbing dan melatih anak-anak kita itu, memiliki kesesuaian sifat, watak, tabiat, seperti yang kita inginkan atau tidak?
  • Calon teman-temannya, yang menjadi kriteria calon teman anak kita bukanlah harus anak orang kaya dan berada, akan tetapi apakah calon temannya anak kita nanti itu baik, sopan,rajin, disiplin,patuh, taat,jimat atau tidak,agar pada saat nanti anak kita bersosialisasi, mereka bersosialisasi dengan anak-anak yang baik sehingga anak kita tumbuh bersama dengan anak-anak yang baik pula. 
2.lingkungan masyarakat
Yaitu lingkungan disekitar rumah, perhatikanlah lingkungan sekitar rumah, apakah dapat memberikan kontribusi positif atau tidak, bagi tumbuh kembang karakter anak, perhatikan tempat bermainnya anak,teman bergaulnya anak, dan lain sebagainya,ini bukanlah tindakan over protective terhadap anak,namun sebuah langkah positif sebagai orangtua untuk masa depan anak, tengoklah berbagai berita negatif perilaku sebagian kecil anak-anak, jangan-jangan, perilaku mereka itu disebabkan oleh faktor salah asuh,dan salah dalam bersosialisasi, yang luput atau tidak menjadi prioritas perhatian orangtua, mereka terabaikan, tidak mendapatkan bimbingan, perhatian dan kepedulian, sehingga terjerumus kedalam pergaulan dilingkungan yang kurang baik, nauzubillah.... mudah-mudahan anak-anak kita terhindar dari hal-hal negatif pengaruh lingkungan serta dari pergaulan yang kurang baik.Memang, tidak ada jaminan bahwa lingkungan yang baik dapat membuat anak kita baik,akan tetapi, berusaha dan berikhtiar adalah sebuah kewajiban, karena kita yakin bahwa jika anak dididik oleh keluarga yang baik, didukung oleh lingkungan yang baik dan bersekolah disekolah yang baik, akan tumbuh dan memiliki karakter yang baik pula.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat!

Sabtu, 16 Desember 2017

HAL YANG HARUS DIMILIKI SEORANG GURU


Menjadi guru tidaklah semudah membalik telapak tangan, atau sekali membaca simsalabim abrakadabra, langsung jadi.Menjadi guru butuh waktu dan proses, waktu ditempuh bukan dalam sekejap,bisa 14 tahun atau 15 tahun, dengan rincian, dari semenjak kita masuk SD,SMP,SMA sampai Perguruan Tinggi,dan Proses nya untuk menjadi guru itu,lebih lama dibandingkan dengan 15 tahun waktu yang ditempuh dibangku sekolah,karena proses menjadi guru itu ditempuh seumur hidup, setiap saat kita dituntut untuk belajar dan belajar, berhenti belajar sama dengan berhenti mengajar atau menjadi guru.
Disamping waktu dan proses, menjadi guru itu memerlukan hal berikut:

  1. Memiliki bakat,minat, panggilan jiwa,dan idealisme (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub a)
  2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,ketakwaan dan akhlak mulia (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub b)
  3. Kwalifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub c)
  4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub d)
  5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan nya (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub e)
  6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub f)
  7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub g)
  8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub h);dan
  9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.(UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab III tentang Prinsip Profesionalitas,pasal 7 ayat 1 sub i)
  10. Memiliki sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan (UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,Bab IV pasal 11 ayat 1)
Demikian hal yang harus dimiliki oleh guru, menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, semoga bermanfaat.

Daftar referensi:
UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

Rabu, 13 Desember 2017

BAGAIMANA PERAN GURU DAN ORANGTUA DALAM MENGHADAPI KESULITAN BELAJAR ANAK


Masih ingatkah bapak ibu guru,dengan tugas 7M guru, bukan 7 Milyar tugas guru itu, tapi 7M yang saya maksud adalah:

  1. Mendidik
  2. Mengajar
  3. Membimbing
  4. Menilai
  5. Mengevaluasi
  6. Mengarahkan
  7. Melatih
Nah, itulah 7M yang saya maksud.
Dalam hal menjalankan tugasnya sebagai pembimbing, guru menjalankan tugas itu untuk seluruh peserta didik tanpa kecuali, namun ada kalanya, tugas pembimbingan ini diberikan khusus manakala ada peserta didik yang memerlukan bimbingan khusus,jenis bimbingan beragam disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, misalnya:
  1. Bimbingan belajar, bimbingan belajar diberikan kepada peserta didik yang menemukan Kesulitan dalam belajar, misalnya kesulitan dalam memahami proses perkalian, penjumlahan, membaca,dan sebagainya.
  2. Bimbingan minat dan bakat, bimbingan ini diberikan kepada peserta didik yang memerlukan bimbingan dalam pengembangan minat dan bakatnya, misalnya peserta didik yang mempunyai bakat di bidang tarik suara, dibidang olahraga, dibidang seni dan budaya, dan sebagainya.
Mari kita bahas bimbingan nomor 1, yaitu bimbingan belajar, bimbingan belajar diberikan manakala guru menemukan peserta didik yang menemukan Kesulitan dalam hal belajar secara umum, cara mendeteksi peserta didik yang memerlukan proses pembimbingan bisa didapatkan dari hasil analisis ulangan harian atau hasil analisis dari ulangan akhir semester atau penilaian akhir semester, dari hasil analisis kedua program evaluasi tersebut, akan didapati anak yang memerlukan proses pembimbingan karena nilai yang didapatkannya belum memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal yang dipersyaratkan, setelah didapatkan peserta didik seperti itu,maka langkah guru berikutnya adalah membuat program bimbingan, contohnya:
1..Jika peserta didik belum tuntas atau nilainya belum memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal,maka:
  • Kelompokkan siswa menurut kesamaan indikator yang belum bisa mereka tuntaskan.
  • Bimbing secara khusus,mau dikelas secara klasikal atau membuat jadwal khusus diluar jam tatap muka.
  • Setelah melalui proses pembimbingan, kemudian masuk tahap berikutnya yaitu penilaian atau evaluasi untuk mengetahui tingkat perkembangan hasil pembimbingan.
2.Jika peserta didik belum bisa membaca ataupun menulis, bisa dilakukan dengan membuat jadwal khusus misalnya guru menyita waktu istirahatnya untuk dipergunakan membimbing membaca atau menulis peserta didik selama 10 atau 15 menit, yang dilakukan secara berkala,bisa tiap hari seperti itu atau dua hari sekali, tergantung dari jadwal yang disepakati bersama dengan peserta didik yang bersangkutan.memang Lela bagi kedua belah pihak, baik bagi anak maupun guru, diperlukan kesabaran tingkat tinggi dan kesadaran akan tugas,bahwa tugas guru adalah membimbing siswa hingga berhasil.
Pertanyaannya, apakah tugas pembimbingan itu hanyalah tugas guru semata? Tentu jawabannya bukan, orangtua juga mempunyai kewajiban yang sama untuk membimbing anaknya dirumah, melanjutkan proses pembimbingan yang dilakukan oleh bapak atau ibu gurunya disekolah,perlu sinergi antara orangtua dan guru dalam proses pembimbingan ini., guru dan orangtua harus senantiasa bekerjasama, saling bahu membahu, orangtua jangan hanya menyerahkan urusan pendidikan anaknya kesekolah sementara dirumah anak dibiarkan begitu saja tanpa adanya proses pembimbingan, mudah-mudahan dengan adanya kerjasama antara guru dengan orangtua siswa, proses pembimbingan menjadi cepat berhasil dan kesulitan belajar siswa cepat terdeteksi dan cepat teratasi.
Demikian, semoga bermanfaat!

GURU SEBAGAI MODEL DAN TELADAN


Model?
Asosiasi kita pasti tertuju pada sosok cantik atau ganteng,yang berjalan diatas catwalk,menjadi pusat perhatian,dari cara dia berjalan,pakaian yang dikenakan serta aksesoris yang dikenakannya.
Tapi bukan itu yang dimaksud dengan judul artikel diatas, walaupun ada beberapa kesamaan, seperti:
  • Model menjadi pusat perhatian, guru juga menjadi pusat perhatian,dari mulai jalan hingga pakaian apa yang dikenakannya,cara berbicaranya,serta tingkah lakunya,bahkan semua aspek kehidupan seorang guru menjadi pusat perhatian siswanya, orangtuanya dan lingkungannya.
Lalu,apa model itu?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia:
model/mo·del/ /modél/ n 1 pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan: rumahnya dibuat seperti -- rumah adat; 2 orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis (difoto): pernah aku menjadi -- lukisan; 3 orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan: gadis -- yang cantik-cantik itu memperagakan pakaian dari bahan batik; 4barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru: -- pesawat terbang;
-- dasar pola utama: ia menggunakan jenis tari bedaya sebagai -- dasar ciptaannya

Merujuk pada pengertian mode menurut KBBI diatas,bahwa model itu Pola,contoh atau acuan,jadi guru sebagai model adalah guru yang akan selalu dijadikan pola, acuan dan contoh baik oleh peserta didik maupun oleh masyarakat sekitar,ada sebuah ungkapan yang populer untuk menganalogikan bahwa setiap gerak gerik, tingkah laku dan ucapan guru akan dipola oleh peserta didik yaitu "guru kencing berdiri anak kencing berlari", artinya bahwa peserta didik akan mencontoh bulat-bulat apapun yang dilakukan oleh bapak ibu gurunya,maka dari itulah setiap ucap,langkah, tingkah dan perbuatannya harus baik dan benar, agar dapat memberi contoh yang baik dan benar juga.
Memang susah menjadi sosok yang sempurna, tetapi berusaha menjadi sempurna adalah langkah baik dan benar untuk memulai menyempurnakan diri, karena tidak ada manusia yang sempurna, selalu saja ada kekurangan yang tampak dimata orang lain,akan tetapi banyak orang yang berusaha menjadi sempurna dengan tidak lelah terus menerus berusaha.Begitupun dengan sosok seorang guru, banyak yang berusaha bekerja, berpenampilan, berbuat, bertingkah laku dan berucap sesuai dengan norma dan etika seorang guru,agar peserta didik dapat mencontoh hal-hal baik dari gurunya.
Antara guru sebagai model dan panutan, adalah sebuah simbiosis mutualisme, ketika guru sudah berusaha tampil menjadi model yang sempurna, menjadi model yang baik,maka akan menjadi panutan yang baik baik bagi peserta didik maupun lingkungannya.Akronim bahwa Guru adalah sosok yang patut digugu dan ditiru.Digugu (bahasa Sunda) artinya bahwa setiap ucap dan perkataan guru akan selalu dituruti oleh peserta didiknya, sedangkan ditiru mempunyai arti bahwa apapun yang dilakukan oleh seorang guru akan ditiru oleh peserta didiknya
Demikian, semoga bermanfaat!

Daftar referensi:
https://kbbi.web.id/model

Senin, 11 Desember 2017

BAGAIMANA CARANYA AGAR POTENSI MENJADI PRESTASI


Semua peserta didik memiliki potensi, namun tidak semua potensi itu berbuah manis menjadi sebuah prestasi.
Potensi itu jika dianalogikan adalah sebuah intan dan intan  tidak akan berubah menjadi sebuah berlian yang kemilau dan mempesonakan setiap mata yang memandangnya,tanpa adanya sentuhan seorang ahli atau seorang penggosok intan yang kompeten di bidang pengolahan intan,dan mengerti kaidah-kaidah dalam memotong dan membentuk intan hingga menjadi sebuah berlian yang mahal dan mewah.
Begitulah alur sebuah potensi yang dimiliki oleh seonggok batu yang diberi nama intan.
Begitupun potensi yang dimiliki oleh peserta didik kita, potensi memerlukan sentuhan seorang ahli untuk membentuknya, bagaimana cara membentuknya hingga membuahkan sebuah prestasi? Berikut pembahasannya:
Pada postingan sebelumnya saya telah mempublikasikan sebuah artikel yang berjudul mengenal, memahami dan mengembangkan potensi peserta didik,nah, Sekarang bagaimana supaya potensi tersebut berbuah prestasi,yaitu melalui :
1.Pembinaan 
pembinaan/pem·bi·na·an/ n 1 proses, cara, perbuatan membina (negara dan sebagainya); 2 pembaharuan; penyempurnaan; 3 usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik;- bahasa upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa, antara lain mencakupi peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa yang dilakukan misalnya melalui jalur pendidikan dan pemasyarakatan; - hukum kegiatan secara berencana dan terarah untuk lebih menyempurnakan tata hukum yang ada agar sesuai dengan perkembangan masyarakat; - kesatuan bangsapenyatuan bangsa dan golongan keturunan asing dengan cara sedemikian rupa sehingga dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, kesukuan dan keturunan sudah tidak sesuai lagi untuk dikembangkan; - watak pembangunan watak manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial melalui pendidikan dalam keluarga, sekolah, organisasi, pergaulan, ideologi, dan agama
Jadi,menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa arti dari Pembinaan seperti yang tertera pada arti pada angka nomor 3 adalah  3 usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik;
Pembinaan potensi peserta didik inipun bertujuan agar memperoleh hasil yang lebih baik, yaitu sebuah prestasi.Pembinaan dapat dilakukan ditempat-tempat berikut:
  • Disekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan sejenis lainnya oleh seseorang yang mempunyai kompetensi khusus dibidangnya,bisa oleh guru olahraga atau guru lain yang kompeten di bidangnya,atau dibina oleh pelatih khusus dari luar lingkungan sekolah yang lebih professional dibidangnya.
  • Diluar lingkungan sekolah, pembinaan potensi peserta didik yang dilakukan diluar sekolah banyak dan beragam, diserahkan kepada pilihan orangtua siswa,bisa melalui klub-klub olahraga,bisa juga di SSB atau Sekolah Sepakbola bagi peserta didik yang memiliki potensi dibidang sepakbola,les piano,les tari,baik tarian tradisional maupun modern,les musik,dan lain-lain, banyak dan beragam,sehingga orangtua Siswa mempunyai banyak referensi tempat dan jenis pilihan untuk membina potensi anaknya. 
  • Selain pembinaan yang dilakukan seperti tersebut diatas, potensi peserta didik ataupun anak tersebut juga perlu diberikan pengalaman bertanding, dengan sering mengikuti event-event kejuaraan, mulai dari tingkat sekolah, tingkat desa atau kelurahan, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten,dan seterusnya.Salah satu contoh adalah dengan diselenggarakannya agenda rutin kegiatan O2SN,mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat Nasional.
Demikian,semoga bermanfaat!

Daftar Referensi:

  •  https://kbbi.web.id/pembinaan

Minggu, 10 Desember 2017

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

Pernahkah anda suatu waktu sampai dititik jenuh?
Semua orang pasti pernah mengalaminya, jadi jangan pernah merasa sendiri, dalam profesi apapun, termasuk pada profesi guru.
Wajar perasaan itu datang menghampiri kita,karena kehidupan seperti itu:

  1. Kadang,kita semangat menjalankan aktivitas
  2. Terkadang,kurang bersemangat dalam beraktivitas
Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya level semangat kerja kita, diantaranya:

  1. Lingkungan tempat bekerja,ada kalanya lingkungan tempat kerja,memantik dan mematikan semangat kerja kita
  2. Hubungan dengan rekan kerja, terkadang masalah bisa timbul dari adanya gesekan antar sesama rekan kerja,bisa dari ketersinggungan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, ataupun dari adanya persaingan yang tidak sehat dengan rekan kerja,.
  3. Gaji,tidak dipungkiri manakala berbicara tentang gaji, akan menjadi fokus perhatian, karena diakui atau tidak, kita bekerja karena ingin mendapatkan penghasilan, besar kecilnya penghasilan tersebut dapat menaikkan dan menurunkan level semangat kerja seseorang, namun tidak semua begitu, karena ternyata ada karyawan atau pekerja yang tetap semangat dengan penghasilan yang dianggap kecil oleh orang lain.
  4. Apresiasi,pada dasarnya, manusia itu senantiasa senang ketika hasil kerjanya diapresiasi oleh orang lain, baik atasannya maupun rekan kerjanya,dan apresiasi yang diterima tersebut dapat menaikkan level kerja seseorang, namun hal ini juga tidak berlaku bagi sebagian orang, karena mereka tetap bersemangat dalam menjalani aktivitasnya dengan ikhlas tanpa berharap ada atau tidak ada kata pujian yang terlontar,baik itu dari atasannya maupun rekan kerjanya.
Itu,diantara sekian banyak faktor yang dapat menaikkan dan menurunkan semangat kerja,dan,ketika semangat kerja kita menurun,akan menjadi masalah terhadap produktivitas kerja kita, jadi perlu upaya untuk meningkatkannya kembali, upaya yang dapat dilakukan agar semangat kerja kita kembali meningkat adalah sebagai berikut:

  1. Sadar bahwa jabatan itu adalah amanat yang harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya sekedar bertanggungjawab pada atasan,akan tetapi pertanggungjawaban yang kelak harus dilakukan dihadapan sang Pencipta kelak, kesadaran seperti ini akan menjadi kendali positif bagi kita dan menjadi dasar religius yang akan selalu menyadarkan kita bahwa apapun yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat.
  2. Berpikir positif terhadap atasan atau rekan kerja,artinya jangan membandingkan kita dengan rekan kerja disekitar kita, lakukan tugas dengan penuh tanggungjawab, terkadang sisi manusiawi kita muncul manakala melihat kerja orang lain, misalnya: kenapa kita harus serius,toh orang lain pun santai,kenapa kita harus banting tulang,toh,bos kita kerjaannya begitu-begitu saja,dan perasaan-perasaan negatif lainnya,tetaplah fokus pada pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita.
  3. Refreshing, sesekali luangkan waktu untuk mengadakan refreshing, misalnya saat hari libur kerja, kita bisa mengunjungi obyek wisata terdekat, atau sekedar jalan santai bareng keluarga disekitar kompleks rumah kita,atau mendengarkan musik dan menonton film kesukaan kita, semoga setelah kita refreshing, ketika saatnya masuk kerja, kita kembali fit untuk bekerja.
Demikian, beberapa hal sebagai upayapaya meningkatkan produktivitas kerja, mudah-mudahan bermanfaat.

Sabtu, 09 Desember 2017

RAHASIA MENJADI GURU YANG DIRINDUKAN (IKHTIARKU)

Ingin dirindukan adalah perasaan yang wajar bagi siapapun dan ditempat manapun, baik dirumah maupun disekolah.dirumah kita ingin dirindukan oleh keluarga kita,oleh anak maupun istri,pun disekolah,kita ingin dirindukan oleh peserta didik ataupun siswa kita,kedatangan kita dinanti dengan penuh sukacita,kehadiran kita ditunggu dengan penuh harap.Itu keinginan,semua guru pasti berkeinginan seperti itu,yang namanya keinginan,itu baru sebatas angan dan cita-cita,yang jika ingin terwujud perlu ikhtiar agar keinginan untuk dirindukan tersebut menjelma menjadi guru yang benar-benar dirindukan.

Menjadi guru yang dirindukan itu susah-susah gampang,tetapi tidak ada yang susah selagi kita mau berikhtiar atau berusaha.

Menjadi guru yang dirindukan merupakan bagian dari ikhtiar atau upaya guru untuk meng-upgrade kompetensi:
  1. Pedagogik
  2. Kepribadian
  3. Sosial,dan
  4. Profesional
Karena untuk menjadi guru yang dirindukan,memerlukan penguasaan keempat kompetensi tersebut diatas,itulah rahasia jika ingin menjadi guru yang dirindukan,adapun ikhtiar atau upaya yang dilakukan guru diantaranya:
1.Kompetensi Pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
  • Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
  • Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
  • Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
  • Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
  • Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2) Kompetensi Kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
  • Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
  • Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
  • Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
  • Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3.Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4.Kompetensi Profesional  merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

  • Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru artinya bahwa keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkesinambungan antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lainnya.
Itulah rahasia menjadi guru yang dirindukan,ikhtiarnya adalah kuasai dan aplikasikan keempat kompetensi guru tersebut,agar kita menjadi guru yang dirindukan.

Daftar Referensi:
  • UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen