Senin, 15 Januari 2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA


Berpikir kritis bukanlah berpikir biasa,yang hanya cukup simple dan sederhana,bukan hasil kesimpulan dari sebuah proses maupun kesimpulan dari hasil sebuah analisis dan proses hasil evaluasi yang kompleks,karena berpikir kritis adalah berpikir pada sebuah tingkat atau level yang lebih tinggi dan kompleks,dengan menggunakan berbagai proses analisis dan proses evaluasi terhadap informasi yang didapatkan,baik yang didengar,dilihat maupun dibacanya.
Menghadapi era globalisasi dan era digital saat ini,peserta didik kita harus dibekali konsep berpikir kritis sejak dini,sebagai bekal awal mereka untuk mengarungi samudra kehidupan yang semakin lama itu semakin sulit didapat,berbeda terbalik dengan fakta yang ada,karena diera globalisasi dan era digitalisasi ini,apapun mudah ditemukan,akan tetapi susah untuk diperolehnya.
Salah satu contoh yang mudah kita temukan dan mudah kita peroleh adalah dibidang IMPORMASI,impormasi di era digital saat ini,begitu mudah dan gampang didapat,hanya dalam sekali klik,ribuan inpormasi hadir dilayar hanphone ataupun layar komputer peserta didik kita,jika mereka tidak dibekali konsep berpikir kritis sejak dini maka ini konsekwensinya:
  1. Peserta didik kita akan menilai semua inpormasi yang diperolehnya,baik melalui dunia maya maupun diperoleh didunia nyata,akan dinilai valid oleh mereka,mereka akan melahap langsung tanpa melalui proses analisis dulu,tanpa melalui filter dulu,apakah inpormasi itu valid atau tidak,apakah inpormasi itu BENAR atau TIDAK!
  2. Peserta didk,tidak akan bisa membedakan mana yang relevan atau tidak,dimatanya semuanya relevan,tetapi andai mereka sudah dibekali konsep berpikir kritis,hal itu kemungkinan besar tidak akan terjadi,sebelum memutuskan relevan atau tidaknya,mereka terlebih dahulu akan menganalisisnya dengan baik lalu menyimpulkan bahwa:hal itu tidak relevan,hal ini tidak baik,dan kesimpulan positif lainnya.
  3. Peserta didik tidak akan bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang opini,dalam pandangannya,semuanya sama,namun,jika dalam dirinya sudah terbentuk konsep berpikir kritis,mereka akan mengetahui dan memahami mana yang FAKTA dan mana yang OPINI,mana informasi yang BENAR dan mana informasi HOAX
  4. Peserta didik tidak akan mampu mengidentipikasi,tapi andai konsep berpikir telah tertanam dan menjadi habit dalam kesehariannya,mereka akan mahir mengidentipikasi suatu masalah.
  5. Peserta didik tidak akan mampu mencari SOLUSI,tapi andai mereka MAMPU berpikir kritis,mereka akan mampu mencari dan menemukan solusi
  6. Peserta didik tidak akan mampu membuat dan mempertahankan GAGASAN,tapi andai mereka bisa berpikir kritis,mereka akan bisa membuat gagasan dan handal mempertahankan gagasannya tersebut.
  7. Peserta didik tidak akan mampu membuat perbandingan dan membuat kesimpulan
Dan,ini konsekwensi yang akan diperoleh jika peserta didik kita sudah mampu BERPIKIR KRITIS:
  1. Lebih cepat memahami apa yang bapak dan ibu guru sampaikan ataupun lebih cepat memahami apa yang orang lain sampaikan
  2. Memiliki banyak ide dan gagasan
  3. Memiliki banyak alternatif jawaban sesuai konteks permasalahan yang dihadapi
  4. Menjadi seseorang yang mandiri
  5. Mampu melakukan berbagai aktivitas
  6. Menjadi seseorang yang selalu optimis dalam kesehariannya
  7. Selalu berpikiran positif (positive thinking)
  8. Memiliki kemampuan diatas rata-rata jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
  9. Memiliki keingintahuan yang tinggi
Lalu,bagaimana cara seorang guru untuk meningkatkan kemampuan BERPIKIR KRITIS siswanya,ini dia TIPS dan TRIKnya:
  1. Bimbing peserta didik untuk MENCARI TAHU bukan DIBERI TAHU
  2. Bimbing peserta didik secara berkala untuk belajar memfokuskan pertanyaan dari sebuah kasus atau pertanyaan yang menantang,kemudian menganalisis dan menyusun pertanyaan serta menyimpulkannya.
  3. Beri kesempatan kepada siswa,untuk menjawab asumsi-asumsi yang ada dibenaknya,jangan biarkan asumsi yang ada menjadi sesuatu yang sia-sia tanpa mendapatkan jawaban,atau jangan biarkan asumsi yang dikemukakan hanya menjadi bahan pertanyaan buat orang lain dan diabaikan oleh orang yang memi liki asumsi tersebut,ingat,semua orang mampu berasumsi,namun sedikit orang yang mampu menjawab dan memecahkan asumsi tersebut,hanya orang-orang yang berpikir kritislah yang mempunyai kompetensi untuk itu,dan ingat juga,bahwa sebuah asumsi merupakan konsep dasar berpikir kritis seseorang.Kita sebagai guru dan orangtua sering menemukan celoteh anak yang terkadang kita sebut sebagai anak bawel karena banyak bertanya ini dan itu,yang membuat kita sebagai guru atau orangtua,lelah untuk meladeni semua keingintahuannya,contoh ilustrasinya:
  • Anak:"Mamah,itu apa yang terbang?"
  • Orangtua:"Burung Nak!"
  • Anak+"burung itu apa?;kenapa burung bisa terbang?,dan pertanyaan-pertanyaan lain,yang biasanya kita tepis dan kita abaikan,padahal,jika kita bisa mengarahkanya,itu akan mejadi sebuah pondasi kuat kedepannya,anak kita akan mampu berpikir krits.
Orang yang berpikir kritis tidak selalu berkonotasi negatif,bahwa,katanya:
  • Tukang KRITIK
  • Tukang PROTES
  • Tukang COMPLAIN
  • Banyak bicara
  • Dan lain sebagainya
Berpikir kritis diperlukan dalam semua aspek kehidupan,demikian,kurang lebihnya mohon maaf,semoga bermanfaat!

Sabtu, 13 Januari 2018

MENYALAHKAN TANPA MENJATUHKAN

Dalam keseharian pelaksanaan tugas guru,akan selalu dihadapkan pada pelaksanaan penilaian atau evaluasi,baik ketika selesai melaksanaan KBM (Ulangan Hari,UTS maupun UAS/PAS dan UKK/PAT),tentu sudah menjadi tugas bapak ibu guru,hasil-hasil evaluasi tersebut untuk dikoreksi atau diperiksa,lalu dianalis,kemudian diambil tindakan sesuai hasil analisis,apakah perbaikan atau Remedial ataukah masuk program pengayaan.
Ketika kita sedang melaksanakan tugas Koreksi pekerjaan siswa itulah,kita menemukan hal-hal diluar konsep atau hal-hal yang bertentangan dengan materi pelajaran yang disampaikan,sehingga bapak ibu guru harus menjatuhkan vonis salah atau benar,atas hasil kerja peserta didiknya.
Dalam hal menjatuhkan vonis salah dan benar itulah terkadang menjadi dilematis,maka perhatikanlah hal-hal berikut ini,sebelum kita membuat keputusan untuk menyatakan benar atau salah terhadap siswa,yaitu:
  1. Koreksi hasil pekerjaan siswa dengan teliti,benar atau salahnya,sesuai atau tidaknya dengan konsep yang ada,karena jika kita tidak teliti dalam memberikan koreksi,dihawatirkan menjadi bahan protes dan keluhan dari orangtua siswa,karena orangtua wajib diberi tahu atas hasil koreksi kita,untuk itulah lembar kerja evaluasi siswa yang telah dikoreksi,dibagikan kepada siswa dan siswa memberitahukannya kepada orangtuanya dirumah,untuk dikoreksi kembali,dengan demikian andai ada konsep yang tidak nyambung dengan pemahaman orangtua siswa,segera mendapatkan konfirmasi,koreksi,dan masukan yang dapat dimengerti dan dipahami oleh kedua belah pihak,jika sudah saling memahami maka antara orangtua dan guru,akan terjalin sebuah simbosis mutualisme,orangtua dapat membimbing anaknya dirumah melanjutkan bimbingan bapak ibu gurunya disekolah.
  2. Hasil koreksi atas pekerjaan siswa,siswa harus kita respon dengan memberikan Reward maupun Punishment:
  • Memberikan Reward atau penghargaan kepada siswa yang telah mencapai prestasi puncak dikelasnya ataupun telah memahami materi pelajaran yang disampaikan Tidaklah harus selalu dengan memberikan piala bergilir atau sesuatu yang harus dibeli dengan biaya mahal,memberikan pujian pun,yang disampaikan guru dengan ikhlas adalah sebuah penghargaan yang beiitu berkesan dihati siswa,timbul kebanggaan (bukan kesombongan),karena menjadi seseorang dikelasnya.
  • Memberikan Punisment (hukuman),jauh lebih berat dari sekedar memberi pujian,karena banyak hal yang harus diperhatikan,misalnya:
  1. Pemilihan kata yang tepat jika hukuman yang diberikan itu dalam bentuk kata-kata,kita harus meperhatikan,agar kata yang diucapkan itu:Tidak menyinggung ego siswa,Tidak menyakiti perasaan siswa,tidak lantas menjatuhkan mental siswa.
  2. Ucapkan kata yang tepat jika kita menemukan sesuatu yang salah diluar konsep,misalnya:"Jawaban yang Nanda tulis,ini KURANG TEPAT bukan  dengan redaksi seperti berikut:"Jawaban yang Nanda tulis ini,SALAH!"
  3. Hindari menuliskan pesan atas hasil koreksi kita dengan warna ballpaint  yang tidak disukai,karena ada yang mengasosiasikan warna dengan karakter dan sifat,misalnya,bahwa warna merah melambangkan kemarahan,bahwa warna merah  memunculkan kesan negatif serta berdampak psychologis pada diri siswa,terlepas dari ada atau tidak ada penjelasan ilmiahnya,maka tidak ada salahnya jika kita hindari penggunaan warna merah,dan menggunakan saja warna yang lain,sebagai bentuk apresiasi kita terhadap aspirasi orangtua siswa yang tidak begitu suka dengan penggunaan warna merah pada hasil koreksi pekerjaan siswa.
Jadi,mari hindari "Menyalahkan hasil kerja siswa yang dapat menjatuhkan semangat belajar siswa!"
Koreksi yang kita berikan harus mempunyai:

  1. Tujuan yang jelas
  2. Mengangkat semangat belajar siswa bukan malah menjatuhkan semangat siswa
  3. Memotivasi bukan mengintimidasi
  4. Membina bukan menghina
  5. Mendidik bukan membidik
Demikian,terimakasih,kurang lebihnya mohon maaf,semoga bermanfaat!

Jumat, 12 Januari 2018

3 PANTANGAN BAGI GURU,KETIKA MARAH


"Roker,juga...manusia,punya rasa punya hati!"
Masih ingat kan cuplikan lirik lagu diatas?,stt...andai pun tidak ingat,tidak apa-apa,saya tidak bermaksud tes ingatan yang berhubungan dengan lagu tersebut.saya cuma ingin sedikit memplesetkan liriknya (izin ya...mas-mas SEURIEUS BAND),liriknya sedikit saya plesetkan seperti ini:"Guru,juga...manusia,punya rasa punya hati!",begitu....
Kemana sih,arah pemikiran saya yang ada hubungannya dengan lirik diatas?
Maksudnya,begini:
Bahwa guru juga sosok manusia,sama seperti manusia lainnya yang mempunya RASA,rasa apa sajakah itu?
  1. Rasa Sayang,itu sudah seharusnya,guru menyayangi muridnya,tentu dalam kapasitas sebagai guru dan peserta didik. 
  2. Rasa Marah nah...ini yang akan kita bahas,diakui atau tidak,sesekali rasa ini hadir dan mendominasi perasaan kita sebagai manusia,rasa marah hadir ketika dalam sebuah kegiatan,baik didalam KBM maupun diluar KBM,menemukan suatu permasahan yang berhubungan dengan KBM,misalnya:
  • Ada peserta didik yang susah....memahami materi pelajaran yang kita sampaikan,sudah berbagai metode,pendekatan dan cara dilakukan agar paham dan mengerti,namun,tetap...saja belum paham dan mengerti,disitulah kesabaran kita sebagai guru diuji dan dicoba melalui peserta didik tersebut,jika ditinjau dari sisi kemanusiaan kita,rasanya ingin gimana....gitu kan,tidak usah dijelaskan,bagaimana perasaan yang mencoba mempengaruhi sisi kemanusiaan guru,ketika menghadapi dan menemukan masalah seperti itu.
  • Ada peserta didik yang susah...dinasehatin,maunya ribut dan  bi kin ulah,baik dikelas maupun diluar kelas,diam sebentar   setelah itu,ribut...lagi,sekali lagi tidak usah dijelaskan,bagaimana perasaan   gimana....gitu kan,tidak usah dijelaskan,bagaimana perasaan yang mencoba mempengaruhi sisi kemanusiaan guru,ketika menghadapi dan menemukan masalah seperti itu.
Itu sebagian contoh kecil permasalahan dikelas,yang dapat memicu sisi kemanusiaan guru,untuk MARAH,bukan berarti guru tidak boleh marah,hanya harus bisa memanage rasa marah,bukan guru tidak boleh bersabar,hanya harus agak luas memberi space atau ruang kesabaran,agar dapat menampung lebih banyak rasa sabar dalam menghadapi permasalahan dikelas.
Dan,inilah pantangan guru ketika rasa marah itu menghampiri:
  1. Jika rasa marah itu menghampiri,janganlah sekalii-kali berkata kasar,karena ketika kata-kata kasar itu diucapkan akan berakibat negatif pada siswa,anak-anak akan tersakiti secara Psykhis, hati dan perasaannyapun terluka.
  2. Jika rasa marah itu datang,janganlah sekali-kali kita membelalakan mata,menaikan volume suara kita serta menunjuk-nunjuk para siswa,karena dihawatirkan mereka bisa menjadi takut,menurunkan mental,dan merasa diintimidasi.
  3. Jika rasa marah itu mendominasi perasaan dan akal sehat kita,janganlah sekali-kali ringan tangan kepada siswa karena ditakutkan para siswa tersakiti secara pisik,dan dihawatirkan kita lepas kendali sehingga terjadilah sesuatu yang tidak kita harapkan.
"Lho...itu sama saja jangan marah!"
Mungkin ada yang complain seperti itu,ketika selesai membaca artikel ini.
Sekali lagi saya kemukakan,bahwa guru tidak dilarang marah,akan tetapi guru harus pandai memanage atau mengelola perasaan,agar kemarahan tersebut tidak menjadi sesuatu yang menyebabkan peserta didik tersakiti,baik secara Pisik maupun secara Psykhis,kemarahan bukanlah bagian dari pendidkan,karena ketika kita marah,secara tidak langsung,kita telah mendidik siswa kita menjadi sosok yang pemarah,karena apa yang dilihat,dirasa dan didengar oleh siswa,itulah pendidikan,oleh karena itu,mari kita berikan rasa aman,perlihatkan pemandangan  yang menyejukan dikelas,serta berilah ucapan dan perbuatan yang baik,agar siswa kita selalu mendengar hal-hal baik,yang pada akhirnya,para siswa menduplikasi sifat dan tabiat baik dari bapak dan ibu gurunya,sehingga terbentuklah karakter baik dalam diri para siswa,kemarahan hanya akan melahirkan kebencian,dan pembentukan karakter yang dibentuk dan diukir diatas kemarahan,hanya akan melahirkan kesia-siaan,mari bentuk karakter para siswa dengan penuh kasih sayang.
Demikian,kurang lebihnya mohon maaf,semoga bermanfaat!

Kamis, 11 Januari 2018

KWALITAS DAYA INGAT PESERTA DIDIK

Mungkin permasalahan ini,pernah dialami oleh bapak dan ibu guru dikelas,ketika selesai melaksanakn KBM,lalu kita laksanakan tahap berikutnya yaitu menyelenggarakan evaluasi atas pelaksanaan KBM yang BARU SAJA selesai dilaksanakan.Kenapa kalimat BARU SAJA,diatas saya beri fonts warna MERAH dan diberi BOLD,tiada lain adalah untuk mempertegas permasalahan yang ditemui setelah hasil evaluasi diperiksa dan dianalisis,dan kesimpulan hasil analisisnya adalah sebagai berikut:
Dari jumlah siswa kita dikelas,sebanyak 20 siswa misalnya,terdapat:
  1. Terdapat 17 orang siswa yang memperoleh nilai diatas KKM atau sekitar 85% TUNTAS,dan
  2. Terdapat 3 orang siswa memperoleh nilai dibawah KKM atau sekitar 15% TIDAK TUNTAS
Kalau melihat perolehan prosentase siswa yang TUNTAS,KBM yang baru saja dilaksanakan itu berhasil,namun demikian,sebagai guru,kita tidak bisa mengabaikan 15% siswa yang belum tuntas dalam KD yang bersangkutan,kita berikan perbaikan untuk kelima siswa tersebut,bapak ibu guru sudah mafhum tentang prosedur itu.
Namun yang kita soroti adalah,evaluasi tersebut dilaksanakan dengan limit waktu tidak begitu lama setelah KBM berakhir,tapi hasil evaluasinya seperti itu untuk kelima siswa tersebut,ini juga tantangan bagi kita,untuk dianalisis dengan permasalahan sebagai berikut:
  • Kenapa daya ingat mereka berbeda dengan 85% siswa yang telah TUNTAS?
Itu yang menjadi bahan kajian kita,untuk dicarikan solusi jalan keluarnya.
Namun,sebelum kita cari solusinya,mari kita Refleksikan dulu atas KBM yang baru saja dilaksanakan,karena bagaimanapun,hasil yang diperoleh siswa adalah gambaran keberhasilan kita dalam KBM dan juga gambaran kegagalan kita dalam KBM,bukan berarti tidak boleh menyalahkan siapapun,termasuk siswa kita,kita ambil langkah bijaknya,mari kita refleksika,mari kita renungkan,stelah direfleksikan dan direnungkan,langkah selanjutnya adalah menyimpulkan apa yang menjadi penyebabnya apakah Metidanya yang salah,atau pendekatannya yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa tersebut,setelah diketahui penyebabnya,kemudian kita ramu sebuah skenario pembelajaran yang sesuai dengan karakterustik kelima siswa tersebut.
Namun,setelah direfleksikan secara internal,pada diri kita sebagai guru,dan ternyata tidak ada yang salah dengan semua proses dan performent sang guru,tiba saatnya kita tinjau kebiasaan sehari-hari kegiatan para siswa pasca pulang sekolah,jangan-jangan kegiatan yang mereka lakukan,memberikan kontribusi negatif terhadap perkembangan daya ingat siswa kita,misalnya:
  1. Pulang sekolah,ini mayoritas kegiatan mereka,tas sekolah disimpan,entah benar atau tidak menyimpannya,karena suka ada anak yang terburu-buru ingin cepat main,sehingga tas nya pun dilempar begitu saja.
  2. Pulang sekolah,yang mereka buru adalah makan dan main
  3. Pulang sekolah,yang mereka buru adalah film-film idola anak-anak yang selalu mereka tonton setiap hari
  4. Pulang sekolah,main,main dan bermain sampai lupa belajar
Itulah kebiasaan sebagian siswa kita,yang perlu disikapi,jangan-jangan,kebiasaan tersebut,mampu :
  1. Mendelete atau menghapus semua pelajaran yang diterimanya disekolah
  2. Menumpulkan ingatan meteka
  3. Mengabaikan tugas dan kewajiban mereka sebagai pelajar
Ilmu yang mereka perokeh selama disekolah kurang lebih dari pukul 06.30-13.00 wib,luluh lantak,terhapus oleh:
  1. Permainan (games) yang terdapat di Handphone yang mereka miliki.
  2. Waktu bermain,yang porsinya lebih banyak dan lebih lama,sehingga porsi waktu belajar mereka adalah waktu sisa sehingga terkadang dilaksanakan dengan penuh keluhan:cape,ngantuk,kurang mood,sehingga belajarnya pun tidak konsentrasi.
  3. Nonton film anak kesayangannya,sampai lupa belajar
Sehingga,hasil belajar mereka tidak pernah dibaca kembali dirumah,karena terlalu dominan melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang edukatif,dan kalau materi pelajaran tidak pernah dibaca kembali,lama kelamaan akan hilang dan lupa,karena ingatan itu,ibarat pisau,jika pisau sering diasah,akan menjadi sebilah pusau yang tajam,begitupun ingatan,jika sering diasah melalui proses membaca kembali dirumah,otak akan menjadi tajam dan ingatan menjadi terlatih.
Kiranya,kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak,setelah pulang sekolah,hendaknya menjadi perhatian khusus,terutama orangtua dirumah,jangan-jangan kegiatan tersebut,memberikan kontribusi dalam menurunkan daya ingat siswa,dengan tidak mengabaikan hak anak untuk bermain,mereka harus diberikan waktu untuk bermain dengan tidak mengabaikan kewajiban mereka untuk belajar.
Demikian,terimakasih,semoga bermanfaat,kurang lebihnya mohon maaf!

Minggu, 07 Januari 2018

SISWA Vs MEDIA SOSIAL


Bapak ibu guru,pernahkah suatu hari menerima masukan dari orangtua siswa,misalnya tentang:
  • Anaknya yang lebih dominan main di media sosial daripada belajar
  • Anaknya setiap pulang sekolah susah disuruh belajar tetapi lebih asyik bermedia sosial
  • Dan curhatan lainnya yang berhubungan dengan media sosial

Pernahkah?
Kalau saya pribadi pernah menerima masukan seperti diatas,baik via messenger maupun melalui whatsapps,dan kewajiban kita untuk menerima masukan apapun dari orangtua siswa,termasuk keluhan mereka mengenai kebiasaan anaknya yang mulai terpapar dengan aktivitas media sosial.
Kita tidak bisa menyalahkan keberadaan media sosial,karena itu merupakan bagian dari kehidupan yang mulai mengglobal,dimana kemajuan teknologi dan perkembangannya tidak bisa dibendung,termasuk didalamnya perkembangan berbagai aplikasi media sosial,hanya bermodalkan sebuah Smarthphone dan Quota Internet,sekali klik di google play atau app store,dapatlah aplikasi gratis yang diinginkan.
Pertama kali,agak bingung memang,merespon masukan seperti itu dari orangtua siswa,yang menginginkan anaknya tidak menggunakan atau mempunyai akun di media sosial,kenapa begitu,mari kita putar ulang dulu,kilas balik sebelum sang anak mempunyai akun media sosial:
Hanya sedikit,anak yang tidak mempunyai Handphone,bahkan Handphone yang dimilikinya lebih canggih daripada handphone yang dimiliki oleh orangtuanya ataupun bapak ibu gurunya,dan...siapakah yang membelikannya??Pertanyaan yang tidak harus dijawab karena sudah terjawab,anak kita dibelikan handphone dengan berbagai alasan,misalnya:
  • Anaknya merengek terus.pengen dibelikan handphone,malu katanya,karena temen-temennya punya handphone
  • Hadiah ulang tahun
  • Hadiah naik kelas
  • Dan alasan lainnya.
Coba kalau anak tidak mempunyai handphone,rasanya tidak mungkin mereka mempunyai akun media sosial.
Tapi,nasi sudah menjadi bubur,dan guru mempunyai kewajiban untuk mengajar,mendidik dan membimbing peserta didiknya,kita abaikan sejarah anak kecil yang sudah memiliki handphone tersebut,karena sudah demikian adanya,bagi yang anaknya belum dibelikan handphone,tidak usah berkecil hati,hendaknya keluhan-keluhan sesama orangtua diatas,dijadikan bahan masukan,untuk tidak dengan mudah membelikan handphone kepada anak kita yang masih kecil.
Berikut langkah-langkah guru,dalam merespon masukan dari orangtua diatas:
  1. Mengedukasi peserta didik tentang guna dan manfaat handphone
  2. Mengedukasi peserta didik tentang kepemilikan akun media sosial
  3. Mengedukasi peserta didik tentang cara penggunaan media sosial yang bijak
  4. Mengedukasi tentang cara memposting status yang baik dan benar agar tidak melanggar UU ITE
  5. Mengedukasi peserta didik tentang cara berInternet yang sehat
  6. Mengedukasi peserta didik tentang manfaat positif internet untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
  7. Mengedukasi peserta didik bahwa tugas utamanya adalah belajar,baik dirumah maupun disekolah,kesampingkan dulu urusan lain yang tidak urgen
  8. Mengedukasi peserta didik,agar jangan dulu membuat akun media sosial,sekiranya belum bisa membagi waktu antara belajar dan berdumay,susah memang,diera sekarang ini,menyarankan seperti itu,tapi tidak ada salahnya,kalau kita memberi saran seperti itu.
  9. Mengedukasi peserta didik,untuk selalu waspada dan hati-hati bergaul dan bersosialisasi di dunia maya.
  10. Mengedukasi orangtua siswa agar mereka paham dan sedikit mengerti Teknologi,karena terkadang dunianya terbalik,anaknya lebih mahir IT daripada orangtuanya,sehingga pungsi Control terhadap aktivitas googling dan searching anaknya tidak berpungsi,apa yang sang anak lakukan di dumay,tidak terkontrol,karena keterbatasan wawasan orangtua tentang itu,mudah-mudahan,jika orangtua paham,orangtua bisa mengontrol riwayat penjelajahan ataupun memantau kegiatan anaknya didunia maya.
Demikian,kurang lebihnya mohon maaf,mudah-mudahan bermanfaat!

Sumber poto dari:
  • http://www.readersdigest.co.id/info-medis/gangguan+mata+anak+akibat+pemakaian+gadget (online-diakses 7 Januari 2018)

Sabtu, 06 Januari 2018

MENAKAR SIMPATI PUBLIK



Simpati publik bukan hanya diperlukan  manakala menjelang sebuah momen,misalnya menjelang Pilkada dan Pemilihan lainnya,simpati publik juga diperlukan oleh seorang guru,tapi bukan untuk ikut menjadi bakal calon,atau kepentingan lainnya,melainkan untuk kelancaran dalam proses kegiatan pelaksanaan tugasnya sebagai seorang guru.
Lha...kok bisa?
Jangan lupa,guru juga dikelilingi publik,yang senantiasa melihat,memperhatikan,mengamati,menilai,menyimpulkan,dan aktifitas lainnya.
Lalu,siapakah itu?
Namun sebelum bahas lebih lanjut tentang itu,ada baiknya kita telusuri arti kata publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu:
publik/pub·lik/ n orang banyak (umum); semua orang yang datang (menonton, mengunjungi, dan sebagainya): -- merasa puas melihat pertunjukan itu
Nah,itu arti kata publik yaitu orang banyak (umum),atau semua orang yang berada disekitar kita.
Sekarang mari kita jawab pertanyaan diatas,iapakah publik yang berada disekitar guru itu,jawabannya adalah:
  1. Peserta didik
  2. Orangtua peserta didik
  3. Lingkungan,lingkungan pun dapat dibagi lagi menjadi:
  • Lingkungan disekitar tempat guru bertugas (disekolah)
  • Lingkungan disepanjang jalan yang dilalui guru saat melaksanakan tugas
  • Lingkungan disekitar tempat tinggal guru yang bersangkutan
Itu,orang banyak (publik) yang senantiasa melihat,memperhatikan,mengamati,menilai,menyimpulkan,segala aktifitas yang dilakukannya.
Sekarang mari kita takar simpati publik terhadap kita sebagai guru,apakah banyak timbangan yang mengangkat jempolnya ataukan banyak yang menunggingkan jempolnya.
Lalu,apa pengaruhnya simpati publik buat guru?
Itu pertanyaan berikutnya,yang memerlukan jawaban,saya yakin pembaca sudah tahu jawabannya,namun sekedar berbagi,maka saya kemukakan jawabannya disini.
Bahwa simpati itu sangat diperlukan oleh guru,ini manfaatnya:
1.Jika seorang guru telah meraih banyak simpati dari murid-             muridnya,maka inilah yang akan diperoleh seorang guru:
  • Peserta didik menjadi mudah untuk diajak berkomunikasi,baik komunikasi yang dilakukan diluar jam mengajar maupun komunikasi yang dijalin didalam kegiatan belajar mengajar
  • Pesrta didik wellcome dengan kehadiran kita disekolah maupun dikelas
  • Kehadiran kita dari hari kehari sangat dirindukan oleh peserta didik,sehingga kita menjadi sosok guru yang dirindukan.  
  • Peserta didik menjadi mudah dalam berinteraksi,baik dikelas maupun diluar kelas
  • Peserta didik menjadi lebih dekat dan lebih akrab,sehingga memudahkan mereka untuk bertanya maupun menjawab pertanyan yang disampaikan
  • Peserta didik menjadi aktif dan kreatif,enjoy dan menikmati kebersamaan dikelas maupun diluar kelas
  • Peserta didik mudah menerima,menjalankan dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.
2. Jika seorang guru telah meraih banyak simpati dari orangtua          siswa,inilah yang akan diperoleh seorang guru:
  • Orangtua siswa menjadi pendukung serta menjadi team sukses yang solid dalam pelaksanaan ptogram-program sekolah
  • Orangtua siswa menjadi mudah untuk diajak bekerjsama dalam memajukan pendidikan disekolah kita.
  • Orangtua siswa merasa percaya menitipkan anaknya bersekolah ditempat kita.
  • Orangtua siswa menjadi seorang partisipan yang senantiasa berpartisipasi memajukan sekolah dengan penuh kesadaran
  •  Orangtua siswa menjadi bagian dari sebuah Team Work
3.Jika seorang guru telah meraih banyak simpati  dari lingkungan disekitarnya,maka antara guru,sekolah dan lingkungan akan membentuk sebuah ikatan solidaritas yang tinggi,yang akan bahu membahu,bekerjasama dan saling membantu mensukseskan semua program kerja sekolah,serta bertekad bulat memajukan dan mengembangkan pendidikan.
Bukankah seharusnya,hubungan yang terjalin baik antara Sekolah,orangtua siswa dan lingkungannya harus terjaga dengan baik,karena keberhasilan dunia pendidikan adalah hasil kerjasama kolektif yang saling mendukung dan mempunyai visi serta misi yang sama antara Pihak Lembaga Pendidikan (sekolah dan guru),Orangtua siswa (dan Lingkungan),beserta Pemerintah.
Tetap jaga silaturahmi dengan baik dengan ketiga unsur diatas agar kita (guru),mendapat limpahan simpati agar takaran simpatinya bertambah berat dari hari kehari,untuk menunjang keberhadilan tujuan pendidikan.
Demikian,terimakasih,semoga bermanfaat!

Daftar referesi:
  • http://pluspng.com/png-jempol-2881.html
  • https://kbbi.web.id/publik

Jumat, 05 Januari 2018

GGD:GURU GENERASI DIGITAL

GGD yang saya maksud bukan Guru Garis Depan,akan tetapi Guru Generasi Digital,jangan tanya darimana asalnya,yang jelas judul artikel ini ditulis tidak asal-asalan,itu sudah cukup untuk menunjukan niat saya berbagi insfirasi melalui sebuah tulisan.
Menurut wikipedia,bahwa:
Revolusi Digital adalah perubahan dari teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital yang telah terjadi sejak tahun 1980 dan berlanjut sampai hari ini. Revolusi itu pada awalnya mungkin dipicu oleh sebuah generasi remaja yang lahir pada tahun 80-an. Analog dengan revolusi pertanian, revolusi Industri, revolusi digital menandai awal era Informasi. [1]
Revolusi digital ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh dunia, dari mulai membantu mempermudah segala urusan sampai membuat masalah karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital yang semakin canggih ini dengan baik dan benar. 
"Lho,saya kan guru yang lahir di era pra 1980"
Begitu kira-kira,jika ada yang menyanggah,setelah tahu bahwa era digital itu dimulai dari tahun 1980,tidak salah sanggahan tersebut,kalau kita lahir di era pra 1980,menyanggah seperti itu,hanya yang jadi catatan,bahwa sampai pasca 1980,kita masih ada dan ikut merasakan bagaimana hidup di era digital bersama para generasi digital lainnya,dengan beragam problemanya,ada yang:
  • Wellcome dan adaftif mengikuti perkembangangannya
  • Ringkih,susah adaftasi dan kurang begitu wellcome dengan perkembangan serba digital ini
  • Tidak menghiraukan,cuek,tidak peduli dengan perubahan yang  terjadi,mau begini dan begitu juga silahkan
  • Antusias sekali dengan perkembangan kekinian,dan menjadi Updater,tidak mau ketinggalan dengan info kekinian.
  • Dan....problema-problema klasik lainnya.
Menjadi guru diera digital ini,susah-susah gampang,artinya ada yang beranggapan susah-susah (susahnya dua kali),ada yang beranggapan gampang,tergantung darimana sudut mata memandang dan dari konsep diri,jika dalam konsep diri dan pandang bahwa menjadi guru diera digital itu susah,akan menjadi susah,akan tetapi jika konsep diri dan sudut pandang,menganggap bahwa menjadi guru diera digital ini gampang,semua akan nampak gampang,jadi,mari konsep diri kita bentuk menjadi positif agar menjadikan semua yang dihadapi,menjadi mudah.
Jika kita banding-bandingkan,kehidupan guru sebelum era digital dengan kehidupan guru setelah era digital,akan banyak perbedaan yang dapat kita kumpulkan,bukan bermaksud mengklasipikannya menjadi sesuatu yang negatif akan tetapi mari kita bandingkan untuk diambil hikmah positifnya bagi perkembangan dunia pendidikan,jangan jauh dulu skup jangkauannya,untuk skup kelas saja,bahwa era digutal ini membawa perkembangan yang signipikan untuk keberluangan KBM guru dikelas,misalnya:
  • Dulu,hanya sekedar perlu buku materi penunjang saja susah,sekarang,diera digital ini,dalam satu klik guru dapat puluhan buku referensi berbagai jenis dan klasipikasi buku,tinggal memilah milih,mana yang diperlukan untuk bahan penunjang KBM kita dikelas
  • Dulul,manakala,guru menemukan materi yang dianggap sulit untuk dipecahkan,sekarang tinggal googling atau searching,maka berbagai masukan dan solusi pemecahan masalah muncul dilayar android atau komputer kita,memberikan alternatif jawaban pemecahan masalah yang dihadapi guru dikelas.
  • Dulu,guru itu merasa sendirian dalam menghadapi permasalahan pembelajaran dikelas,sekarang,diera digital ini,guru mempunyai banyak teman,dari sabang sampai Merauke,bahkan teman lintas Negara dan lintas Benua,guru bisa saling sharing,saling bantu,saling mengisi dan saling menguatkan,bisa komunikasi langsung via berbagai aplikasi jejaring sosial,ada whatapps,Messenger,Facebook,Instagram,dan berbagai bentuk komunikasi modern seperti Video Call maupun video confrence.
  • Dulu,Kompetensi guru itu hanya menunggu adanya program pembinaan yang diselenggarakan oleh Instansi atau Dinas terkait,sekarang,Untuk meningkatkan Kompetensi itu terbuka lebar secara online,baik Daring,Luring,surat elektronik maupun workshop online sejenis yang sesuai dengan profesi masing-masing,
  • Dulu,manakala guru memerlukan referensi maupun daftar pustaka,susahnya minta ampun,mengingat keterbatasan tempat dan waktu,apalagi buat bapak ibu guru yang bertugas didaerah terpencil,namun sekarang,di era digital ini,tidak terhalang jarak dan waktu untuk menemukannya,mudah dan murah,bahkan yang gratisan juga bayak.
Itulah,sebagian kecil gambaran petbandingan,dari perkembangan era digital saat ini,kayak manfaat dan banyak membantu serta mempermudah pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru.
  • Jika era digital ini kita analogikan dengan sebuah kereta cepat,maka guru adalah penumpangnya,jika penumpangnya belum siap,ketinggalan lah sang penumpang
  • Jika era digital ini,kta analogikan dengan sebuah mobil prbadi,maka guru adalah sopirnya,jika sang sopir tidak punya kemahiran dan kompetensi untuk mengoprasikannya,maka mobil tersebut hanyalah seonggok besi yang tidak mempunyai fungsi dan arti.
Jadi,mari,era digitalisasi ini kita manfaatkan untuk:
  • Kegiatan edukasi,
  • Sarana penambah referensi,
  • Suplemen penambah vitalitas mengajar,mendidik,membimbing,mengarahkan,melatih,menilai dan mengevaluas peserta didik
Demikian,semoga bermanfaat!Siap tidak siap,zaman terus bergulir,dan tidak pernah menunggu,karena mari ikuti kecepatan bergulirnya zaman,biar tidak ketinggalan oleh zaman!
Jadilah,Guru zaman Now,namun kaki tetap menapak pada kode etik guru!

Referensi:
  • Sumber gambar:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMiTZsaHQ8rA9cOK7nvFNdDda3DY5xZ1ssbGD4K9_zEK7Koyn9HaZE5Kj0BivgxEEV_L0LbjQu_aHWQRpj0RJV-unp_4om9sce1aicM-1-YgkSmQK0HAYHA61dXhFJhCdjeslOuhHFcsGV/s1600/Social-media.jpg (diakses tanggal 4 Januari 2018)-online
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Digital