Rabu, 09 Mei 2018

MEMBANGUN KARAKTER ANAK SEJAK USIA DINI

Sekian lama berkutat dalam kesibukan profesi,akhirnya terbuka juga kesempatan klick menu "New Entry" di dashboard bloger pribadi saya,menorehkan sebuah judul artikel,mudah-mudahan ada guna dan manfaat!
Ketika ide ini terlintas,ada rasa kangen terhadap almarhum kakek,yang mencurahkan seluruh dukungannya bersama-sama dengan kedua orangtua saya,hingga akhirnya,cita-cita dan harapan ini terwujud.
Masih terngiang,sang kakek berucap:"Menjadi orangtua itu tidak mudah Cu,maka dari itu persiapkan segala sesuatunya,agar kelak kamu menjadi orangtua yang diteladani!"
Awalnya saya tidak paham dengan apa yang dimaksud,namun ketika waktu berjalan dan kehidupan saya berubah menjadi seorang Ayah,barulah,petuah sang kakek dapat saya pahami maksudnya.
Bahwa,benar,menjadi orangtua itu tidak mudah,memerlukan "Kompetensi"khusus,yang tidak diperoleh secara akademis,kompetensinya diperoleh dari kebaikan waktu dan kesempatan,yang kesemuanya diperoleh dan membentuk sebuah Kemampuan.
Apanya yang membuat menjadi otangtua itu susah,tinggal nyuruh,tinggal perintah:
"Nak,kamu harus jadi anak baik!"; 
"Nak kamu harus jadi anak sholeh!"; 
"Nak,kamu harus jadi anak pintar!"
Dan harapan-harapan yang lainnya.
Memang seperti itukah?
Saya kira tidak sesederhana itu untuk menjadi orangtua.
  1. Jika kita selaku orangtua menginginkan anak kita menjadi anak yang baik,maka terlebih dahulu selaku orangtua,haruslah menjadi orangtua yang baik
  2. Jika kita menginginkan anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholeha,kita terlebih dahulu harus menjadi orangtua yang sholeh maupun sholeha.
  3. Jika kita menginginkan anak kita menjadi anak yang pintar,terlebih dahulu kita selaku orangtua harus menjadi orangtua yang pintar.
  4. Dan sebagainya. 
Lalu,apa hubungannya semua itu?
Hubungannya bahwa:Sikap,tabiat,perkataan,perbuatan dan ucapan orangtua,akan memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh kembang Karakter anaknya kelak.
Dan,tumbuh kembang karakter anak kita kelak,harus dipersiapkan sejak dini,sejak masih kecil,sejak karakter anak masih murni belum terkontaminasi oleh derasnya arus lingkungan,yang akan banyak memberikan kontribusi,baik kontribusi yang positif maupun kontribusi yang negatif.
Terkadang secara tidak sadar,selaku orangtua,kita memberikan kontribusi negatif terhadap tumbuh kembang karakter anak,contoh kecil:

  1. Ketika kita sedang bercengkrama,berkumpul bersama anak-anak diruang keluarga sambil menonton tayangan sebuah acara,kita lupa mana yang boleh ditonton oleh anak dan mana yang tidak boleh ditonton sama anak,malahan tontonannya sama,apa yang ditonton orangtuanya,itu juga yang ditonton sama sang anak.
  2. Kemudian ketika kita selaku orangtua lupa bahwa apa yang diperintahkan orangtua terhadap sang anak adalah Pendidikan yang akan ditiru anak,misalnya:Kita menyuruh anak kita kasbon kewarung,dan lain sebagainya,apa yang kita perintahkan tersebut adalah sebuah kontribusi yang akan melekat dan tidak meutup kemungkinan suatu saat nanti anak kita akan melakukan hal yang sama pula,oleh karena itu,untuk menghindarkan hal-hal negatif diikuti oleh anak kita kelak,alangkah bijaknya jika kita selaku orangtua,senantiasa memerintahkan atau menyuruh anak kita pada sesuatu yang bersifat positif,dengan harapan,bahwa kelak anak kita akan melakukan sesuatu yang bernilai positif pula.
  3. Contoh lain,yang terkadang sesekali lupa,ketika terjadi perselisihan,pertengkaran,maupun pertentangan,janganlah sesekali dilakukan didepan anak,atau anak melihat,atau anak mendengarnya,karena dikhawatirkan apa yang dilihat anak,apa yang disaksikan anak,dan apa yang didengarnya,menjadi sebuah contoh jelek bagi mereka!
Demikian,sedikit berbagi,bukan bermaksud menggurui,semata hanya untuk mengingatkan dan menggurui diri saya pribadi,andai ada sedikit manfaat,alhamdulilah,semoga bermanfaat


Sabtu, 20 Januari 2018

TIPS MEMILIH SEKOLAH YANG TEPAT UNTUK ANAK

Tidak terasa ya,perasaan baru kemarin,kita mendaftarkan anak,baik ke jenjang SD,SMP maupun SMA,sekarang tinggal hitungan bulan,anak kita sudah akan melaksanakan ujian,siswa SD sekitar minggu kelima bulan April,SMP minggu keempat dibulan April dan anak kita yang di SMA sekitar minggu pertama dibulan April,kalau dihitung dengan jari berarti tinggal dua bulanan lagi,nah....ini yang harus benar-benar dipersiapkan:
  1. Belajarnya yang harus dioptimalkan,agar begitu masuk musim ujian,anak kita sudah "ready" dan siaptempur.
  2. Kelanjutan studinya
Point yang nomor dualah yang akan kita sharing,karena poin nomor dua pun tidak bisa kita abaikan,sama pentingnya dengan persiapan poin yang pertama,harus dipersiapkan dan direncanakan.
Kenapa melanjutkan sekolah atau studi putra putri kita harus dipersiapkan dan direncanakan?ini diantaranya jawabannya:
  1. Supaya putra pitri kita tidak salah dalam menentukan pilihannya.
  2. Supaya putra putri kita dapat melanjutkan sekolah kesekolah yang sesuai dengan minat,bakat dan kemampuannya.
  3. Supaya putra putri kita dapat senang,tenang dan nyaman disekolah atau kampus pilihannya.
  4. Supaya putra putri kita dapat sungguh-sungguh dalam belajarnya,karena biasanya jika mereka sekolah ditempat yang mereka idolakan,dapat memotivasi semangat belajarnya.
Apakah,menentukan sekolah pilihannya itu menjadi hak prerogatif anak?
Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak!
Karena ada dua tipe orangtua dalam hal ini,yaitu:
  1. Tipe orangtua yang menyerahkan sepenuhnya kepada putra putrinya,mau melanjutkan sekolah kemana juga dipersilahkan dan didukungnya.
  2. Tipe orangtua yang menentukan pilihan sekolah buat anaknya,suka atau tidak,pokonya kamu harus sekolah disekolah yang diinginkannya
  3. Tipe orangtua dan anak yang Demokratis,artinya antara orangtua dan anak terjalin sebuah komunikasi yang baik,sang anak tidak serta merta menentukan pilihannya ,akan tetapi mengkomunikasikannya terlebih dahulu dengan kedua orangtuanya,mendengarkan pertimbangan dan pendapat kedua orangtuanya,pun orangtuanya,tidak serta merta mengharuskan sang anak sekolah disekolah yang dipilihnya,akan tetapi sebelumnya dikomunikasikan terlebih dahulu dengan sang anak dan mendengar pendapat serta pertimbangkan,jika keduanya telah sama-sama mengerti dan sama-sama memahami pendapat dan pertinbangannya,akan lahir sebuah keputusan bersama.
Nah,yang manakah tipe kita,semua dikembalikan kepada pola pikir orangtua maupun anak,tetapi alangkah bijaknya jika:
  1. Orangtua tidak memaksakan kehendaknya kepada sang anak
  2. Anak tidak memaksakan kehendaknya kepada orangtuanya
  3. Berkomunikasilah dengan baik,antara orangtua dan anak agar terjalin sebuah keputusan bersama yang didasari oleh saling memahami dan saling mengerti.
Kalau sudah terbayang sebuah konsep seperti saya kemukakan diatas,dalam menghadapi masalah kelanjutan studi sang anak,maka langkah selanjutnya adalah memperhatikan kriteria-kriteria dibawah ini,agar ketika berkomunikasi dengan anak ataupun sebaliknya,sudah mempunyai dasar yang kuat didalam berargumen,inilah kriteria yang harus diperhatikan yang ada hubungannya dengan masalah kelanjutan studi anak:
  1. Nilai akademik sang anak,lihat dan analisis nilai akademiknya
  2. Setelah dianalisis akan tetapi orangtua tidak bisa menentukan tindak lanjutnya,maka Komunikasikanlah dengan bapak atau ibu gurunya disekolah,kemana cocoknya anak kita melanjutkan sekolah dengan perolehan nilai akademiknya.
  3. Analisis kecenderungan minat dan bakatnya,jika orangtua belum bisa menganalisis minat dan bakat anaknya,ini juga perlu dikomunikasikan dengan bapak dan ibu gurunya,yang inshaallah mempunyai kompetensi dibidang itu,dengan dan mintai saran dan pendapatnya, atau datang ke Psikolog anak untuk mengetahui potensi serta kecenderungan minat dan bakat  anak kita. 
  4. Jika sudah siap dengan semua argumen dan bukti akademik sang anak,maka segera komunikasikan dengan putra putri kita,sebelum pelaksanaan ujian,agar mereka sudah mempunyai pegangan tentang kelanjutan studinya,memang seharusnya (walaupun bukan sebuah keharusan),antara orangtua dan anak sudah menentukan pilihan kelanjutan studinya kelak,begitu sang anak memasuki kelas 6 untuk SD,kelas VII untuk SMP dan kelas X untuk SMA,agar mereka lebih dini mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
Demikian tips memilih sekolah yang tepat untuk anak atau putra putri kita,mudah-mudahan bermnfaat,kurang lebihnya mohon maaf!
"Warisi anak kita dengan ilmu,karena ilmu tidak akan habis dibagi,dan tidak akan hilang dan terbuang"

Rabu, 17 Januari 2018

MENGENAL DAN MENGEMBANGKAN KECERDASAN PESERTA DIDIK

Berawal dari diskusi disebuah media sosial dengan rekan dan teman sejawat,namanya ibu HALMAHERA D'ALIA,beliau adalah seorang guru penulis yang telah merilis sebuah buku,yang diberi judul,"JANGAN PANGGIL AKU USTADZAH".
Ketertarikan saya,dimulai ketika sesampainya ditempat kerja,sambil menunggu waktu pemantapan tiba,sekitar pukul 06.30-07.30,iseng-iseng sarapan pagi dengan membuka akun Facebook saya,dan begitu terbuka,Time Line nya Bu Alia lah yang berada urutan paling atas,beliau meng-upload poto kegiatan peserta didiknya,berikut update-an status yang memperjelas cerita poto kegiatannya,inilah kutipan statusnya:
"Senin pagi selepas upacara bendera.  Siswa laki-laki sedang melakukan kegiatan peduli lingkungan dengan membersihkan sampah plastik di belakang dan disamping kelas 91&9.3. Terima kasih untuk siswa ibu yang rela berkorban untuk membersihkan sampah."
 Dan,ini salah satu poto kegiatannya:
Namun,bukan dari opening statusnya yang menyulut ketertarikan saya,sehingga kemudian saya terinsfirasi untuk membuat artikel ini,untuk kembali mengingat hasil seminar dan workshop yang saya pernah ikuti,yang selaras dengan tema diskusi tersebut,dan...inilah kutipan diskusi lainnya,yang membuat saya terinsfirasi:
"Iya pak Suherman Komara. Dari adanya kegiatan ini, saya jadi tahu karakter siswa.  Ada yang malas saat belajar,  tapi ketika diajak membersihkan sampah dia sangat antusias dan paling rajin bersihinnya@aldin"
 Dan dibalas oleh saya seperti ini:
"Jadi ingat teori Howard Gardner yg mengklasipikasikan 8 kecerdasn anak,diantaranya adalah Nature smart (kecerdasan naturalis),nah..Anak yang memiliki kecerdasan naturalis ini sangat suka bermain di alam,menyukai binatang, memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dan suka dengan tanaman,barangkali anak tsb memiliki Nature Smart,dan itu adalah potensi,yg hrs dibina dan dikembangkan"
Itulah kronologis,tersusunnya obrolan dan diskusi di facebook,sehingga kemudian saya buat menjadi sebuah artikel,yang menyadarkan kita bahwa setiap orang,termasuk kita sebagai guru,bisa menjadikan media sosial tersebut sebagai sarana saling berbagi,saling menginsfirasi dan sebagai sarana diskusi.
Akhirnya,saya minta izin sama bu HALMAHERA D'ALIA,untuk mengutif sebagian komentar beserta potonya,dan...beliau meng-iyakannya,pertanda beliau tidak keberatan untuk hal yang saya maksudkan,berikut artikel yang akan saya coba bagikan,mudah-mudahan bermanfaat:

MENGENAL DAN MENGEMBANGKAN KECERDASAN PESERTA DIDIK
Pernahkah suatu hari,kita mengalami keadaan yang membuat perasaan puyeng,karena kita dihadapkan pada sosok seorang siswa.yang sudah berbagai metode dan pendekatan,masih....saja belum faham dan mengerti dengan apa yang kita sampaikan,tiap evaluasi,hasilnya selalu...dibawah KKM,kalau bukan guru,mungkin kita sudah menjudge anak tersebut dengan kata "BODOH",namun,karena kita guru,kita mengetahui bahwa tidak ada anak yang bodoh,semua anak memiliki kecerdasan,hanya kemungkinan belum dapat dikenali atau dieksplor oleh kita,dan...untuk mengenalnya,itu sebuah keniscayaan sebagai seorang guru,agar kita tidak hanya mengenal kecerdasan mereka itu dari satu sisi saja dengan mengabaikan kecerdasan lainnya yang masih tersembunyi,mari kita kenali kecerdasan tersebut,kecerdasan apa sajakah itu?
Menurut Howard Gardner,seorang pakar pendidikan yang pertama kali memperkenalkan teori Multiple Intelligences (MI) atau kecerdasan jamak,Howard membagi kecerdasan itu kedalam 8 kelompok kecerdasan sebagai berikut:
1.WORD SMART (Kecerdasan Linguistik),kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan anak dalam hal berbahasa,baik dalam bentuk tulisan maupun saat dia berbicara.
Cara mengidentipikasinya:
  • Bisa mengeja kata dengan cepat dan baik
  • Suka membaca
  • Suka menulis
  • Suka berbicara
  • Senang mendengarkan cerita 
 Cara mengembangkannya:
  •  Berikanlah buku-buku cerita yang edukatif
  • Berikan alat permainan edukatif (APE),seperti mainan yang berkaitan dengan hurup dan kata yang dapat menstimulasi kecerdasannya,
  • Berikan kertas untuk menulis (kertas tulis,buku diary) 
  •  Ajak bercerita atau mendengarkan cerita
  • Ajak mendongeng atau mendengarkan dongeng 
  • Jalin komunikasi yang intens dengan anak
2.NUMBER SMART (Kecepatan Logika atau Matematis),kecerdasan  ini berkaitan dengan ketertarikan anak terhadap angka-angka,menyukai matematika,serta hal-hal lain yang ada hubungannya dengan sains maupun logika.
Cara mengidentipikasinya:
  • Anak menyenangi matematika dan semua yang berhubungan dengan angka-angka 
  •  Anak menyukai sains dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sains.
Cara mengembangkannya:
  • Berikan Alat Permainan Edukatif yang berhub ngan dengan alat berhitung,balok mainan,puzle yang berhubungan dengan dunia matematik 
  • Berikan Alat Permainan Edukatif yang berhubungan dengan sains
  • Ajak dan bawalah anak untuk mengunjungi museum Ilmu Pengetahuan atau Museum lain yang berhubungan dengan sains. 
  • Ajaklah anak bermain permainan yang edukatif seperti bermain monopoli atau permainan berhitung lainnya.
3.SELF SMART (Kecerdasan Intrapersonal),Kecerdasan ini dapat dikenali dari sikap anak yang cenderung suka menyendiri,namun pandai mengatur emosi dengan baik,berambisi dan sejak kecil sudah mempunyai cita-cita besar apabila kelak dia dewasa.
Cara mengidentipikasinya:
  • Suka bermain sendiri 
  • Susah bersosialisasi
  • Jika ditanya cita-citanya kelak,dia bisa menjawab dengan baik
  • Rasa percaya dirinya tinggi
  • Bisa mengkomunikasikan perasaannya dengan baik kepada orang-otang disekelilingnya.
Cara mengembangkannya:
  • Berikan tempat yang nyaman dan aman,sebagai tempat bermainnya.
  •  Berikan fasilitas bermain yang edukatif,sesuai peruntukannya,misalnya boneka jika anaknya perempuan,serta mainan yang sesuai untuk anak laki-laki
  • Ajak untuk berkomunikasi mengenai perasaan dan pendapatnya. 
4.PEOPLE SMART (Kecerdasan Interpersonal),anak yang memiliki kecerdasan seperti ini,cenderung lebih senang bermain dengan orang banyak.
Cara mengidentipikasinya:
  • Suka bersosialisasi dengan banyak orang 
  •  Memiliki empati tinggi
  • Pandai memahami perasaan oranglain disekitarnya 
  • Dominan diantara teman-temannya sehingga terkadang menjadi Leader dikelompok bermainnya.
 Cara mengembangkannya:
  • Masukan ke sekolah bermain peran,teather atau drama
  • Ajaklah ssering mungkin,anak kita untuk bersosialisasi 
5.MUSIC SMART (Kecerdasan Musikal),kecerdasan ini adalah kecerdasan yang paling mudah dilihat,baik oleh guru maupun oleh orangtua dirumah,namun kita harus pandai mengidentipikasi.
Cara mengidentipkasinya:
  • Anak Suka bernyanyi atau bergoyang,tidak tahan begitu mendengar musik.
  • Suka mengingat musik
  • Kalau dikelas suka memukul-mukul bangku atau alat musik seperti gendang,gong,alat musik rebana dan yang lainnya. 
  •  Antusias ketika mengikuti mata pelajaran seni musik 
  •  Antusias ketika tampil mementaskan sebuah tarian
 Cara mengembangkannya:

  • Berikan alat musik mainan
  • Sekolahkan disekolah musik jika usianya telah   cukup 
  • Ajaklah bermain musik bersama,bernyanyi bersama dan mendengarkan musik bersama.
  • Jika ada konser,ajaklah nonton konser bersama,tentu sajs disesuaikan dengan perkembangan usianya. 
6.PICTURE SMART (Kecerdasan Spasial)
Cara mengidentipikasinya:
  • Anaknya hobi menggambar
  • Antusias ketika diberi tugas untuk menggambar
  •  Suka mencurat coret kerta atau buku
  • Antusia ketika diberi tugas newarnai gambar
  • Suka membentuk bangun dari susunan balok atau benda lain
  •  Suka berimaginasi dan menuangkan hasil imaginasi nya pada kertas,buk gambar,tembok atau media lain.
Cara mengembangkannya:
  • Berilah buku gambar,kanvas atau media lainnya untuk menggambar 
  • Berilah perlengkapan menggambar selai buku gambar,misalnya cat air,kuas gambar,crayon atau pensil warna.
  • Ajaklah berkunjung ke museum seni 
  • Masukan ke privat melukis atau ke tempat khusus yang konsen dalam mengembangkan minat dan bakat dibidang melukis. 
7.BODY SMART (Kecerdasan Kinetik)(kecerdasan kinetik),anak yang memiliki kecerdasan kinetik itu sangat aktif disegala bidang,misalnya dibidang olahraga dan dibidang seni serta suka memoelajari berbagai benda yang ada dihadapannya.
Cara mengidentipikasinya:

  • Anaknya senang berolahraga 
  •  Senang membuat prakarya
  • Senang menonton pertunjukan olahraga,misalnya sepakbola,balet,teater maupun drama. 
Cara mengembangkannya:
  • Berilah perlengkapan olahraga,kalau masih kecil bisa dengan memberikan  alat olahraga maian,dan kalau sudah cukup umur berilah mainan olahraga sungguhan,seperti sepedah olahraga,raket badminton,skiping (alat untuk lompat tali),dan yang lainnya.
  • Bimbing untuk membuat prakarya atau sebuah produk,bisa dengan kardus bekas,tanah kempung atau media lainnya.
8.NATURE SMART (Kecerdasan Naturalis),anak yang memiliki kecerdasan ini,suka sekali bermain dialam,menyukai binatang,peduli terhadap lingkungan serta suka bercocok tanam.
Cara mengidentipikasinya:

  • Antusias ketika diajak keluar ruangan kelas 
  • Antusias ketika diajak kerja bhakti atau mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan lingkungan disekitar sekolah
  • Antusias ketika diajak bercocok tanam,misalnya menanami taman sekolah,mengurus taman sekolah,dan lain-lain.
Cara mengembangkannya:
  • Berilah tanggungjawab untuk memelihara taman sekolah 
  • Bimbing dia untuk mengaktualisasikan konsep keinginannya,sesuai bakat dan minatnya dibidang pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan.
  • Berilah binatang peliharaan yang disukainya misalnya kucing,kelinci,hammer,ikan hias untuk dijaga dan dipelihara 
Demikian 8 kecerdasan anak,yang saya peroleh ketika mengikuti seminar maupun workshop,dan saya tuliskan kembali,kurang lebihnya mohon maaf,semiga bermanfaat! 

 Daftar Referensi:

  • Ilustrasi poto dokumen dari ibu HALMAHERA D'ALIA 


Senin, 15 Januari 2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA


Berpikir kritis bukanlah berpikir biasa,yang hanya cukup simple dan sederhana,bukan hasil kesimpulan dari sebuah proses maupun kesimpulan dari hasil sebuah analisis dan proses hasil evaluasi yang kompleks,karena berpikir kritis adalah berpikir pada sebuah tingkat atau level yang lebih tinggi dan kompleks,dengan menggunakan berbagai proses analisis dan proses evaluasi terhadap informasi yang didapatkan,baik yang didengar,dilihat maupun dibacanya.
Menghadapi era globalisasi dan era digital saat ini,peserta didik kita harus dibekali konsep berpikir kritis sejak dini,sebagai bekal awal mereka untuk mengarungi samudra kehidupan yang semakin lama itu semakin sulit didapat,berbeda terbalik dengan fakta yang ada,karena diera globalisasi dan era digitalisasi ini,apapun mudah ditemukan,akan tetapi susah untuk diperolehnya.
Salah satu contoh yang mudah kita temukan dan mudah kita peroleh adalah dibidang IMPORMASI,impormasi di era digital saat ini,begitu mudah dan gampang didapat,hanya dalam sekali klik,ribuan inpormasi hadir dilayar hanphone ataupun layar komputer peserta didik kita,jika mereka tidak dibekali konsep berpikir kritis sejak dini maka ini konsekwensinya:
  1. Peserta didik kita akan menilai semua inpormasi yang diperolehnya,baik melalui dunia maya maupun diperoleh didunia nyata,akan dinilai valid oleh mereka,mereka akan melahap langsung tanpa melalui proses analisis dulu,tanpa melalui filter dulu,apakah inpormasi itu valid atau tidak,apakah inpormasi itu BENAR atau TIDAK!
  2. Peserta didk,tidak akan bisa membedakan mana yang relevan atau tidak,dimatanya semuanya relevan,tetapi andai mereka sudah dibekali konsep berpikir kritis,hal itu kemungkinan besar tidak akan terjadi,sebelum memutuskan relevan atau tidaknya,mereka terlebih dahulu akan menganalisisnya dengan baik lalu menyimpulkan bahwa:hal itu tidak relevan,hal ini tidak baik,dan kesimpulan positif lainnya.
  3. Peserta didik tidak akan bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang opini,dalam pandangannya,semuanya sama,namun,jika dalam dirinya sudah terbentuk konsep berpikir kritis,mereka akan mengetahui dan memahami mana yang FAKTA dan mana yang OPINI,mana informasi yang BENAR dan mana informasi HOAX
  4. Peserta didik tidak akan mampu mengidentipikasi,tapi andai konsep berpikir telah tertanam dan menjadi habit dalam kesehariannya,mereka akan mahir mengidentipikasi suatu masalah.
  5. Peserta didik tidak akan mampu mencari SOLUSI,tapi andai mereka MAMPU berpikir kritis,mereka akan mampu mencari dan menemukan solusi
  6. Peserta didik tidak akan mampu membuat dan mempertahankan GAGASAN,tapi andai mereka bisa berpikir kritis,mereka akan bisa membuat gagasan dan handal mempertahankan gagasannya tersebut.
  7. Peserta didik tidak akan mampu membuat perbandingan dan membuat kesimpulan
Dan,ini konsekwensi yang akan diperoleh jika peserta didik kita sudah mampu BERPIKIR KRITIS:
  1. Lebih cepat memahami apa yang bapak dan ibu guru sampaikan ataupun lebih cepat memahami apa yang orang lain sampaikan
  2. Memiliki banyak ide dan gagasan
  3. Memiliki banyak alternatif jawaban sesuai konteks permasalahan yang dihadapi
  4. Menjadi seseorang yang mandiri
  5. Mampu melakukan berbagai aktivitas
  6. Menjadi seseorang yang selalu optimis dalam kesehariannya
  7. Selalu berpikiran positif (positive thinking)
  8. Memiliki kemampuan diatas rata-rata jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
  9. Memiliki keingintahuan yang tinggi
Lalu,bagaimana cara seorang guru untuk meningkatkan kemampuan BERPIKIR KRITIS siswanya,ini dia TIPS dan TRIKnya:
  1. Bimbing peserta didik untuk MENCARI TAHU bukan DIBERI TAHU
  2. Bimbing peserta didik secara berkala untuk belajar memfokuskan pertanyaan dari sebuah kasus atau pertanyaan yang menantang,kemudian menganalisis dan menyusun pertanyaan serta menyimpulkannya.
  3. Beri kesempatan kepada siswa,untuk menjawab asumsi-asumsi yang ada dibenaknya,jangan biarkan asumsi yang ada menjadi sesuatu yang sia-sia tanpa mendapatkan jawaban,atau jangan biarkan asumsi yang dikemukakan hanya menjadi bahan pertanyaan buat orang lain dan diabaikan oleh orang yang memi liki asumsi tersebut,ingat,semua orang mampu berasumsi,namun sedikit orang yang mampu menjawab dan memecahkan asumsi tersebut,hanya orang-orang yang berpikir kritislah yang mempunyai kompetensi untuk itu,dan ingat juga,bahwa sebuah asumsi merupakan konsep dasar berpikir kritis seseorang.Kita sebagai guru dan orangtua sering menemukan celoteh anak yang terkadang kita sebut sebagai anak bawel karena banyak bertanya ini dan itu,yang membuat kita sebagai guru atau orangtua,lelah untuk meladeni semua keingintahuannya,contoh ilustrasinya:
  • Anak:"Mamah,itu apa yang terbang?"
  • Orangtua:"Burung Nak!"
  • Anak+"burung itu apa?;kenapa burung bisa terbang?,dan pertanyaan-pertanyaan lain,yang biasanya kita tepis dan kita abaikan,padahal,jika kita bisa mengarahkanya,itu akan mejadi sebuah pondasi kuat kedepannya,anak kita akan mampu berpikir krits.
Orang yang berpikir kritis tidak selalu berkonotasi negatif,bahwa,katanya:
  • Tukang KRITIK
  • Tukang PROTES
  • Tukang COMPLAIN
  • Banyak bicara
  • Dan lain sebagainya
Berpikir kritis diperlukan dalam semua aspek kehidupan,demikian,kurang lebihnya mohon maaf,semoga bermanfaat!

Sabtu, 13 Januari 2018

MENYALAHKAN TANPA MENJATUHKAN

Dalam keseharian pelaksanaan tugas guru,akan selalu dihadapkan pada pelaksanaan penilaian atau evaluasi,baik ketika selesai melaksanaan KBM (Ulangan Hari,UTS maupun UAS/PAS dan UKK/PAT),tentu sudah menjadi tugas bapak ibu guru,hasil-hasil evaluasi tersebut untuk dikoreksi atau diperiksa,lalu dianalis,kemudian diambil tindakan sesuai hasil analisis,apakah perbaikan atau Remedial ataukah masuk program pengayaan.
Ketika kita sedang melaksanakan tugas Koreksi pekerjaan siswa itulah,kita menemukan hal-hal diluar konsep atau hal-hal yang bertentangan dengan materi pelajaran yang disampaikan,sehingga bapak ibu guru harus menjatuhkan vonis salah atau benar,atas hasil kerja peserta didiknya.
Dalam hal menjatuhkan vonis salah dan benar itulah terkadang menjadi dilematis,maka perhatikanlah hal-hal berikut ini,sebelum kita membuat keputusan untuk menyatakan benar atau salah terhadap siswa,yaitu:
  1. Koreksi hasil pekerjaan siswa dengan teliti,benar atau salahnya,sesuai atau tidaknya dengan konsep yang ada,karena jika kita tidak teliti dalam memberikan koreksi,dihawatirkan menjadi bahan protes dan keluhan dari orangtua siswa,karena orangtua wajib diberi tahu atas hasil koreksi kita,untuk itulah lembar kerja evaluasi siswa yang telah dikoreksi,dibagikan kepada siswa dan siswa memberitahukannya kepada orangtuanya dirumah,untuk dikoreksi kembali,dengan demikian andai ada konsep yang tidak nyambung dengan pemahaman orangtua siswa,segera mendapatkan konfirmasi,koreksi,dan masukan yang dapat dimengerti dan dipahami oleh kedua belah pihak,jika sudah saling memahami maka antara orangtua dan guru,akan terjalin sebuah simbosis mutualisme,orangtua dapat membimbing anaknya dirumah melanjutkan bimbingan bapak ibu gurunya disekolah.
  2. Hasil koreksi atas pekerjaan siswa,siswa harus kita respon dengan memberikan Reward maupun Punishment:
  • Memberikan Reward atau penghargaan kepada siswa yang telah mencapai prestasi puncak dikelasnya ataupun telah memahami materi pelajaran yang disampaikan Tidaklah harus selalu dengan memberikan piala bergilir atau sesuatu yang harus dibeli dengan biaya mahal,memberikan pujian pun,yang disampaikan guru dengan ikhlas adalah sebuah penghargaan yang beiitu berkesan dihati siswa,timbul kebanggaan (bukan kesombongan),karena menjadi seseorang dikelasnya.
  • Memberikan Punisment (hukuman),jauh lebih berat dari sekedar memberi pujian,karena banyak hal yang harus diperhatikan,misalnya:
  1. Pemilihan kata yang tepat jika hukuman yang diberikan itu dalam bentuk kata-kata,kita harus meperhatikan,agar kata yang diucapkan itu:Tidak menyinggung ego siswa,Tidak menyakiti perasaan siswa,tidak lantas menjatuhkan mental siswa.
  2. Ucapkan kata yang tepat jika kita menemukan sesuatu yang salah diluar konsep,misalnya:"Jawaban yang Nanda tulis,ini KURANG TEPAT bukan  dengan redaksi seperti berikut:"Jawaban yang Nanda tulis ini,SALAH!"
  3. Hindari menuliskan pesan atas hasil koreksi kita dengan warna ballpaint  yang tidak disukai,karena ada yang mengasosiasikan warna dengan karakter dan sifat,misalnya,bahwa warna merah melambangkan kemarahan,bahwa warna merah  memunculkan kesan negatif serta berdampak psychologis pada diri siswa,terlepas dari ada atau tidak ada penjelasan ilmiahnya,maka tidak ada salahnya jika kita hindari penggunaan warna merah,dan menggunakan saja warna yang lain,sebagai bentuk apresiasi kita terhadap aspirasi orangtua siswa yang tidak begitu suka dengan penggunaan warna merah pada hasil koreksi pekerjaan siswa.
Jadi,mari hindari "Menyalahkan hasil kerja siswa yang dapat menjatuhkan semangat belajar siswa!"
Koreksi yang kita berikan harus mempunyai:

  1. Tujuan yang jelas
  2. Mengangkat semangat belajar siswa bukan malah menjatuhkan semangat siswa
  3. Memotivasi bukan mengintimidasi
  4. Membina bukan menghina
  5. Mendidik bukan membidik
Demikian,terimakasih,kurang lebihnya mohon maaf,semoga bermanfaat!

Jumat, 12 Januari 2018

3 PANTANGAN BAGI GURU,KETIKA MARAH


"Roker,juga...manusia,punya rasa punya hati!"
Masih ingat kan cuplikan lirik lagu diatas?,stt...andai pun tidak ingat,tidak apa-apa,saya tidak bermaksud tes ingatan yang berhubungan dengan lagu tersebut.saya cuma ingin sedikit memplesetkan liriknya (izin ya...mas-mas SEURIEUS BAND),liriknya sedikit saya plesetkan seperti ini:"Guru,juga...manusia,punya rasa punya hati!",begitu....
Kemana sih,arah pemikiran saya yang ada hubungannya dengan lirik diatas?
Maksudnya,begini:
Bahwa guru juga sosok manusia,sama seperti manusia lainnya yang mempunya RASA,rasa apa sajakah itu?
  1. Rasa Sayang,itu sudah seharusnya,guru menyayangi muridnya,tentu dalam kapasitas sebagai guru dan peserta didik. 
  2. Rasa Marah nah...ini yang akan kita bahas,diakui atau tidak,sesekali rasa ini hadir dan mendominasi perasaan kita sebagai manusia,rasa marah hadir ketika dalam sebuah kegiatan,baik didalam KBM maupun diluar KBM,menemukan suatu permasahan yang berhubungan dengan KBM,misalnya:
  • Ada peserta didik yang susah....memahami materi pelajaran yang kita sampaikan,sudah berbagai metode,pendekatan dan cara dilakukan agar paham dan mengerti,namun,tetap...saja belum paham dan mengerti,disitulah kesabaran kita sebagai guru diuji dan dicoba melalui peserta didik tersebut,jika ditinjau dari sisi kemanusiaan kita,rasanya ingin gimana....gitu kan,tidak usah dijelaskan,bagaimana perasaan yang mencoba mempengaruhi sisi kemanusiaan guru,ketika menghadapi dan menemukan masalah seperti itu.
  • Ada peserta didik yang susah...dinasehatin,maunya ribut dan  bi kin ulah,baik dikelas maupun diluar kelas,diam sebentar   setelah itu,ribut...lagi,sekali lagi tidak usah dijelaskan,bagaimana perasaan   gimana....gitu kan,tidak usah dijelaskan,bagaimana perasaan yang mencoba mempengaruhi sisi kemanusiaan guru,ketika menghadapi dan menemukan masalah seperti itu.
Itu sebagian contoh kecil permasalahan dikelas,yang dapat memicu sisi kemanusiaan guru,untuk MARAH,bukan berarti guru tidak boleh marah,hanya harus bisa memanage rasa marah,bukan guru tidak boleh bersabar,hanya harus agak luas memberi space atau ruang kesabaran,agar dapat menampung lebih banyak rasa sabar dalam menghadapi permasalahan dikelas.
Dan,inilah pantangan guru ketika rasa marah itu menghampiri:
  1. Jika rasa marah itu menghampiri,janganlah sekalii-kali berkata kasar,karena ketika kata-kata kasar itu diucapkan akan berakibat negatif pada siswa,anak-anak akan tersakiti secara Psykhis, hati dan perasaannyapun terluka.
  2. Jika rasa marah itu datang,janganlah sekali-kali kita membelalakan mata,menaikan volume suara kita serta menunjuk-nunjuk para siswa,karena dihawatirkan mereka bisa menjadi takut,menurunkan mental,dan merasa diintimidasi.
  3. Jika rasa marah itu mendominasi perasaan dan akal sehat kita,janganlah sekali-kali ringan tangan kepada siswa karena ditakutkan para siswa tersakiti secara pisik,dan dihawatirkan kita lepas kendali sehingga terjadilah sesuatu yang tidak kita harapkan.
"Lho...itu sama saja jangan marah!"
Mungkin ada yang complain seperti itu,ketika selesai membaca artikel ini.
Sekali lagi saya kemukakan,bahwa guru tidak dilarang marah,akan tetapi guru harus pandai memanage atau mengelola perasaan,agar kemarahan tersebut tidak menjadi sesuatu yang menyebabkan peserta didik tersakiti,baik secara Pisik maupun secara Psykhis,kemarahan bukanlah bagian dari pendidkan,karena ketika kita marah,secara tidak langsung,kita telah mendidik siswa kita menjadi sosok yang pemarah,karena apa yang dilihat,dirasa dan didengar oleh siswa,itulah pendidikan,oleh karena itu,mari kita berikan rasa aman,perlihatkan pemandangan  yang menyejukan dikelas,serta berilah ucapan dan perbuatan yang baik,agar siswa kita selalu mendengar hal-hal baik,yang pada akhirnya,para siswa menduplikasi sifat dan tabiat baik dari bapak dan ibu gurunya,sehingga terbentuklah karakter baik dalam diri para siswa,kemarahan hanya akan melahirkan kebencian,dan pembentukan karakter yang dibentuk dan diukir diatas kemarahan,hanya akan melahirkan kesia-siaan,mari bentuk karakter para siswa dengan penuh kasih sayang.
Demikian,kurang lebihnya mohon maaf,semoga bermanfaat!

Kamis, 11 Januari 2018

KWALITAS DAYA INGAT PESERTA DIDIK

Mungkin permasalahan ini,pernah dialami oleh bapak dan ibu guru dikelas,ketika selesai melaksanakn KBM,lalu kita laksanakan tahap berikutnya yaitu menyelenggarakan evaluasi atas pelaksanaan KBM yang BARU SAJA selesai dilaksanakan.Kenapa kalimat BARU SAJA,diatas saya beri fonts warna MERAH dan diberi BOLD,tiada lain adalah untuk mempertegas permasalahan yang ditemui setelah hasil evaluasi diperiksa dan dianalisis,dan kesimpulan hasil analisisnya adalah sebagai berikut:
Dari jumlah siswa kita dikelas,sebanyak 20 siswa misalnya,terdapat:
  1. Terdapat 17 orang siswa yang memperoleh nilai diatas KKM atau sekitar 85% TUNTAS,dan
  2. Terdapat 3 orang siswa memperoleh nilai dibawah KKM atau sekitar 15% TIDAK TUNTAS
Kalau melihat perolehan prosentase siswa yang TUNTAS,KBM yang baru saja dilaksanakan itu berhasil,namun demikian,sebagai guru,kita tidak bisa mengabaikan 15% siswa yang belum tuntas dalam KD yang bersangkutan,kita berikan perbaikan untuk kelima siswa tersebut,bapak ibu guru sudah mafhum tentang prosedur itu.
Namun yang kita soroti adalah,evaluasi tersebut dilaksanakan dengan limit waktu tidak begitu lama setelah KBM berakhir,tapi hasil evaluasinya seperti itu untuk kelima siswa tersebut,ini juga tantangan bagi kita,untuk dianalisis dengan permasalahan sebagai berikut:
  • Kenapa daya ingat mereka berbeda dengan 85% siswa yang telah TUNTAS?
Itu yang menjadi bahan kajian kita,untuk dicarikan solusi jalan keluarnya.
Namun,sebelum kita cari solusinya,mari kita Refleksikan dulu atas KBM yang baru saja dilaksanakan,karena bagaimanapun,hasil yang diperoleh siswa adalah gambaran keberhasilan kita dalam KBM dan juga gambaran kegagalan kita dalam KBM,bukan berarti tidak boleh menyalahkan siapapun,termasuk siswa kita,kita ambil langkah bijaknya,mari kita refleksika,mari kita renungkan,stelah direfleksikan dan direnungkan,langkah selanjutnya adalah menyimpulkan apa yang menjadi penyebabnya apakah Metidanya yang salah,atau pendekatannya yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa tersebut,setelah diketahui penyebabnya,kemudian kita ramu sebuah skenario pembelajaran yang sesuai dengan karakterustik kelima siswa tersebut.
Namun,setelah direfleksikan secara internal,pada diri kita sebagai guru,dan ternyata tidak ada yang salah dengan semua proses dan performent sang guru,tiba saatnya kita tinjau kebiasaan sehari-hari kegiatan para siswa pasca pulang sekolah,jangan-jangan kegiatan yang mereka lakukan,memberikan kontribusi negatif terhadap perkembangan daya ingat siswa kita,misalnya:
  1. Pulang sekolah,ini mayoritas kegiatan mereka,tas sekolah disimpan,entah benar atau tidak menyimpannya,karena suka ada anak yang terburu-buru ingin cepat main,sehingga tas nya pun dilempar begitu saja.
  2. Pulang sekolah,yang mereka buru adalah makan dan main
  3. Pulang sekolah,yang mereka buru adalah film-film idola anak-anak yang selalu mereka tonton setiap hari
  4. Pulang sekolah,main,main dan bermain sampai lupa belajar
Itulah kebiasaan sebagian siswa kita,yang perlu disikapi,jangan-jangan,kebiasaan tersebut,mampu :
  1. Mendelete atau menghapus semua pelajaran yang diterimanya disekolah
  2. Menumpulkan ingatan meteka
  3. Mengabaikan tugas dan kewajiban mereka sebagai pelajar
Ilmu yang mereka perokeh selama disekolah kurang lebih dari pukul 06.30-13.00 wib,luluh lantak,terhapus oleh:
  1. Permainan (games) yang terdapat di Handphone yang mereka miliki.
  2. Waktu bermain,yang porsinya lebih banyak dan lebih lama,sehingga porsi waktu belajar mereka adalah waktu sisa sehingga terkadang dilaksanakan dengan penuh keluhan:cape,ngantuk,kurang mood,sehingga belajarnya pun tidak konsentrasi.
  3. Nonton film anak kesayangannya,sampai lupa belajar
Sehingga,hasil belajar mereka tidak pernah dibaca kembali dirumah,karena terlalu dominan melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang edukatif,dan kalau materi pelajaran tidak pernah dibaca kembali,lama kelamaan akan hilang dan lupa,karena ingatan itu,ibarat pisau,jika pisau sering diasah,akan menjadi sebilah pusau yang tajam,begitupun ingatan,jika sering diasah melalui proses membaca kembali dirumah,otak akan menjadi tajam dan ingatan menjadi terlatih.
Kiranya,kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak,setelah pulang sekolah,hendaknya menjadi perhatian khusus,terutama orangtua dirumah,jangan-jangan kegiatan tersebut,memberikan kontribusi dalam menurunkan daya ingat siswa,dengan tidak mengabaikan hak anak untuk bermain,mereka harus diberikan waktu untuk bermain dengan tidak mengabaikan kewajiban mereka untuk belajar.
Demikian,terimakasih,semoga bermanfaat,kurang lebihnya mohon maaf!